Header Ads

23 December 2016

KISAH-KISAH SAHIH TENTANG MALAIKAT

KISAH-KISAH SAHIH TENTANG MALAIKAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akidah Akhlak di Madrasah/ Sekolah.”
Dosen pengampu: Bapak Sangkot Sirait


logo


Disusun oleh:

Irlina Dwi Majidah     (13410063)
PAI B (Semester IV)


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2015




A.    Penciptaan, Wujud, danSifatMalaikat
·         PenciptaanMalaikat
Malaikatadalahmakhlukghaib yang diciptakanoleh Allah SWT daricahayadenganwujuddansifat-sifattertentu.
Malakatdiciptakan Allah daricahayasebagaimanasabdaRasulullah SAW yang berbunyi:

خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم

Artinya: “Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepada mu semua.” (H.R. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang dipancarkan oleh benda atau sumber cahaya dalam bentuk gelombang eletromagnetik. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat tanpa memerlukan medium dan merupakan gelombang transversal. Gelombang elektromagnetik dapat merambat di dalam ruang hampa udara (vakum).
Cahaya melaju dengan kecepatan kurang lebih 300.000 km/detik dalam vakum, tepatnya 299.792.458 meter/detik.
MengenaikapanMalaikatdiciptakanoleh Allah SWT, tidakadapenjelasan. Tetapi yang jelas, Malaikatdiciptakanlebihdahuludarimanusiapertama (Adam As)sebagaimanafirman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarahayat30:

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً
Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah...” (Al-Baqarah/2: 30)[1]

·                WujudMalaikat
SebagaimakhlukghaibwujudMalaikattidakdapatdijangkauolehpancaindramanusia, kecualijikaMalaikatmenampilkandiridalamrupatertentu, sepertirupamanusia. Sebagaimanafirman Allah dalam Surah Hudayat 69-70, yang artinya:
“Dan para utusanmalaikat Kami telahdatangkepada Ibrahim denganmembawaberitagembira. Merekamengucapkan. "Selamat! Ibrahim menyambut: "Selamat!" Tidak lama kemudianIbrahimpunsegeramenghidangkanpangganganaksapi. Setelah Ibrahim tahumerekanampaknyaagakseganmakanMalaikattidakmakanhidanganitu, iamulaicurigadanmerasatakutterhadapmereka. Kata mereka: "Jangantakut! Sebenarnya kami inidiutuskepadakaumLuth". ((Hud/11: 69-70)
Malaikattidakdilengkapidenganhawanafsu, tidakmemilikikeinginansepertimanusia, tidakberjeniskelaminlaki-lakidanperempuan, dantidakberkeluarga.[2]
·         Sifat-sifatMalaikat
a.    DiciptakandariNur (cahaya).
b.    Taatdanberbaktikepada Allah SWT, apa pun yang diperintahkan-Nya selaludikerjakan.
c.    Dapatberubahbentuknya, sepertimanusia.
d.   Selalubesujudkepada Allah SWT.
e.    Senantiasabertasbih, menyucikan Allah SWT.
f.     Tidakmerasaletihuntukmenyembah Allah SWT.
g.    Tidaksombong (takabur).
h.    Memberisalamkepadaahlisurga.
i.      Memohonampunanuntukoorang-orang yang beriman..
j.      Tidakberjeniskelaminlaki-lakiatauperempuan.
k.    Tidakmemilikihawanafsu.
l.      Tidakmatisebelumdatangnyakiamat.[3]

B.  Kisah-kisahMalaikat
1.    Malaikat mengumumkan orang yang dicintai Allah dan orang yang dibenci-Nya
     Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah jika mencintai hamba, Dia memanggil Jibril. Allah berfirman: ‘Allah mencintai Polan. Oleh karenanya cintailah dia. ’Jibril lantas mencintainya dan mengumumkan di langit. Dia berkata: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Polan. Oleh karenanya cintailah dia. ‘Penghuni langit lantas mencintainya dan meletakkan status diterima di bumi. Jika Allah membenci hamba, Allah memanggil Jibril. Allah berfirman: ‘Aku membenci Polan. Oleh karenanya, bencilah engkau kepadanya. ‘Jibril lantas membencinyadan mengumumkan di tengah-tengah penghuni langit bahwa Allah membenci Polan. Oleh karenanya, bencilah kalian kepada Polan. ‘Setelah itu status dibenci diletakkan di bumi.” (HR. Muslim)[4]
     Jadi dapat disimpulkan bahwa Malaikat selalu tunduk dan patuh kepada penciptanya. Dapat dibuktikan,  jika Allah membenci atau menyenangi hambanya, malaikatpun turut serta membenci atau menyenangi hamba Allah pula. Dan malaikat langsung mengumumkan hal tersebut di langit.

2.      Malaikat Tidak Akan Masuk ke Dalam Rumah yang Penghuninya Memelihara Anjing
Rasululah telah bersabda,

لاَ تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيَتًافِيْهِ كَلْبٌ وَلاَصُوْرَةٌ
Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, juga tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung).” (HR Ahmad, Bukhari, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

اِنَّالمَلَ ئِكَةُ لاَ تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيَتًافِيْهِ كَلْبٌ
"Sesungguhnya malaikat (rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing.” (HR Thabrani dan Dhiyauddin dari Abu Umarah)

Ali r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda,

اِنَّالمَلَ ئِكَةُ لاَ تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيَتًافِيْهِ كَلْبٌ كَلْبٌ وَلاَصُوْرَةٌ
Sesungguhnya malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung).” (HR Ibnu Majah)
Imam Al-Manawi mengatakan, yang dimaksud dengan malaikat pada hadits tersebut adalah malaikat rahmat dan keberkahan atau malaikat yang bertugas berkeliling mengunjungi hamba Allah untuk mendengarkan dzikir dan sejenisnya. Mengapamalaikattidakmaumemasukirumah yang di dalamnyaterdapatanjing? Hal inidisebabkananjingmengandungnajis, sedangkanmalaikatmalaikatterpeliharadaritempat-tempatkotor.Merekaadalahmakhluk Allah yang paling muliasertatetapberadapadatingkatkebersihandankesucian yang paling luhur.Perbandinganmalaikat yang sucidengananjing yang bernajissepertiterangdangelap. Barangsiapa yang mendekatianjing, malaikatakanmenjauhdarinya.”
IbnuHajarberkata, “Ungkapanmalaikattidakakanmemasuki….menunjukkanmalaikatsecaraumum (malaikatrahmat, malaikathafazhah, danmalaikatlainnya).” Akan tetapiadapendapatlain, mengatakan. “Kecualimalaikathafazhah, merekatetapmemasukirumahsetiap orang karenatugasmerekaadalahmendampingimanusiasehinggatidakpernahberpisahsedetik pun denganmanusia.”PendapattersebutdikemukakanoolehIbnuWadhdhah, Imam al-Khaththabi, dan yang lainnya.
-          Yang dimaksudrumahpadahaditstersebutadalahtempattinggalseseorang, baikberuparumah, gubuk, tenda, dansejenisnya.
-          Ungkapananjingpadahaditstersebutmencakupsemuajenisanjing.
Imam Qurthubiberkata, “Telahterjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang di dalamnay terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing itu menempel najis.”
Ummul Mukminin Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi menagapa Jibril belum datang?” Ketika Rasulullah saw. menoleh, ternyata beliau melihat seekor anjing di bawah tempat tidur. “Kapan anjing ini masuk?” tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut, “Entahlah.” Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. “Mengapa engkau terlambat?” tanya Rasulullah saw. kepada Jibril. Jibril menjawab, “Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung).”
   Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

لاَتَصْهَبُ الْمَلَائِكَةُ رِفْقَةً فِيْهَا كَلْبٌ أَوْجَرَسٌ
Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia di tengah-tengah mereka terdapat anjing.” (HR Muslim)
          Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut, “Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sementara, yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun), bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia.”[5]

3.      Hadirnya Malaikat di tempat-tempat Dzikir
Hadis ini terdapat dalam kitab Sahih al-Buchori[6] pada bab keutamaan dzikir.

حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا جرير عن الأعمش عن أبي صالح عن أبي هريرة قال
 : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن لله ملائكة يطوفون في الطرق يلتمسون أهل الذكر فإذا وجدوا قوما يذكرون الله تنادوا هلموا إلى حاجتكم . قال فيحفونهم بأجنحتهم إلى السماء الدنيا قال فيسألهم ربهم وهو أعلم منهم ما يقول عبادي ؟ قال تقول يسبحونك ويكبرونك ويحمدونك ويمجدونك قال فيقول هل رأوني ؟ قال فيقولون لا والله ما رأوك قال فيقول وكيف لو رأوني ؟ قال يقولون لو رأوك كانوا أشد لك عبادة وأشد لك تمجيدا وأكثر لك تسبيحا قال يقول فما يسألونني ؟ قال يسألونك الجنة قال يقول وهل رأوها ؟ قال يقولون لا والله يا رب ما رأوها قال يقول فكيف لو أنهم رأوها ؟ قال يقولون لو أنهم رأوها كانوا أشد عليها حرصا وأشد لها طلبا وأعظم فيها رغبة قال فمم يتعوذون ؟ قال يقولون من النار قال يقول وهل رأوها ؟ قال يقولون لا والله يا رب ما رأوها قال يقول فكيف لو رأوها ؟ قال يقولون لو رأوها كانوا أشد منها فرارا وأشد لها مخافة قال فيقول فأشهدكم أني قد غفرت لهم

Malaikat mencari tempat-tempat zikir untuk menolong mereka dengan kekuatan spiritual. Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki sekelompok Malaikat yang berkeliling di jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Ketika mereka memanggil: ‘Kemarilah, itu yang kalian cari.’ Mereka berkumpul bersama kaum dengan sayapnya sampai ke langit dunia. Allah bertanya: ‘Apa yang dikerjakan hamba-hamba-Ku?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan mengagungkan-Mu.’ Allah bertanya: ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Malaikat menjawab: ‘Tidak, demi Allah ya Tuhan kami. Mereka tidak melihat-Mu.’ Allah bertanya: ‘Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’ Malaikat menjawab: ‘Seandainya mereka melihat-Mu, mereka akan lebih optimal beribadah, mengagungkan, dan bertasbih kepada-Mu.’ Allah bertanya: “Apa yang mereka minta?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka memohon kepada-Mu sorga.’ Allah bertanya: ‘Apakah mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab: ‘ Tidak, demi Allah ya Tuhan kami. Mereka tidak melihatnya.’ Allah bertanya: ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab: “Seandainya mereka melihatnya, tentu mereka lebih senang, lebih mencari, dan lebih mengerjakan karena sangat cinta.’ Allah bertanya: ‘Dari apa mereka berlindung?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka berlindung dari neraka.’ Allah bertaya: ‘Apakah mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab: ‘Tidak, demi Allah mereka tidak melihatnya. ‘Allah bertanya: ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab: ‘Seandainya mereka melihatnya, mereka akan lari dan sangat takut. ‘Allah berfirman: ‘Aku persaksikan kepada kalian bahwa aku telah mengampuni mereka.’ Malaikat berkata: “Ya Tuhan. Di tengah-tengah mereka terdapat Polan yang selalu berbuat dosa. Dia sedang lewat, kemudian dia duduk bersama mereka. “Allah berfirman: “Dia telah aku ampuni. Kaum itu tidak akan dicelakakan oleh teman duduknya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).
“Allah mempunyai malaikat yang selalu bepergian dan mempunyai keutamaan. Mereka mencari tempat-tempat zikir. Jika mereka menemukan tempat duduk yang di dalamnya terdapat zikir, mereka duduk bersamanya. Sebagian mereka dengan sebagian yang lain berbaris dengan sayapnya sehingga mereka memenuhi tempat antara mereka dan di langit.”(Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari Muslim)[7]

4.        Malaikat Memberkati Ahli Ilmu dan Merendahkan Diri Kepadanya
Dari Abu Darda’ bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesunggunhnya malaikat meletakkan sayapnya untuk orang-orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap perbuatan yang mereka kerjakan.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)[8]

5.    Hadirnya Malaikat Pada Waktu Salat Subuh dan Asar Setiap Hari
Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “ Keutamaan salat berjamaah melebihi salat sendirian dengan ukuran lima belas derajat dan malaikat bertugas pada waktu malam dan yang bertugas pada waktu siang berkumpul.” Abu Hurairah berkata: “Bacalah ayat: أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖإِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
Artinya:
“Laksanakan shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat subuh). Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”(Q.S. Ai-Isra’/17: 78)
Bukhari Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Malaikat penjaga malam dan penjaga siang saling bergantian di tengah-tengah kalian. Mereka berkumpul pada saat salat subuh dan asar. Malaikat yang bermalam di tengah-tengah kalian naik ke atas. Tuhan mereka bertanya, Dzat yang lebih mengetahui mereka: “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?” Malaikat menjawab: “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan salat dan mendatangi mereka juga dalam keadaan salat.”[9]

6.    Malaikat Membaca Amin Bersama Orang-orang yang Mengerjakan Salat
Malaikat membaca amin bersama orang-orang yang mengerjakan salat. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Jika imam membaca: ‘ Ghairil Maghdlubi ‘Alaihim Waladdlallin’ maka bacalah amin karena malaikat dan imam membaca amin. Barangsiapa yang aminnya bersamaan dengan amin malaikat, maka dosanya yang telah lewat akan diampuni.”[10]

7.        Doa dan Permohonan Ampun Para Malaikat Untuk Orang-orang yang
Beriman dan Orang yang Mendoakan Saudaranya Tanpa sepengathuannya
     Diantara tugas Jibril dan Mikail beserta malaikat-malaikat lainnya adalah memohon ampun untuk orang-orang mukmin tanpa mereka ketahui. Allah swt. berfirman,
(7) (Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, (8) Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (9) dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar."(Al Ghafir/40: 7-9)
     Malaikat Al-Muqarrabun: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail(yang senantiasa  mendekatkan diri kepada Allah swt.) yang terdiri dari malaikat pemangku Arsy ada empat antara lain Jibril dan Mikail, dan malaikat-malaikat muqarrabun lainnya. Mereka senantiasa bertasbih dan memohon ampun untuk orang-orang yang beriman yang ada di permukaan bumi, mereka beriman kepada yang ghaib. Allah swt. menakdirkan mereka (malaikat muqarrabun) untuk senantiasa mendoakan orang-orang beriman, tanpa mereka ketahui.
     Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya termasuk doa-doa yang mustajab, karena diamini oleh malaikat-malaikat muqarrabun. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap hari, seorang hamba didatangi oleh dua malaikat. Salah satunnya berdoa, ‘Ya Allah, berilah pengganti bagi orang-orang yang berinfak’. Malaikat lainnya berkata, ‘Ya Allah swt. berilah orang yang tidak berinfak kehilangan (kebinasaan).[11]

8.      Malaikat melemahkan orang-orang fasik dengan dipukul wajah dan punggungnya
     Allah berfirman: “Yaitu, orang-orang yang diwafatkan malaikat adalah orang yang menganiaya terhadap dirinya sendiri.” (QS. AmNahl/16: 28) “Jika engkau lihat ketika malaikat mewafatkan orang-orang kafir, mereka memukul punggung dan wajahnya.” (QS. Al-Anfaal/8: 50)[12]


9.    Malaikat Memasuki Rumah yang Penghuninya Selalu Ruku’ dan Sujud
                          Rumah-rumah yang di dalamnya selalu diramaikan dengan aktivitas-aktivitas ibadah sunnah, akan selalu ramai dengan suara-suara imani para malaikat dan membuat malaikat menaungi rumah kita. Penghuni rumah tersebut adalah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,

التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’´, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.”(QS: At-Taubah Ayat: 112)
     Rumah yang dihuni mereka adalah rumah yang penghuninya selalu melakukan hubungan dengan Allah SWT. Rumah-rumah yang selalu dipenuhi dengan cinta kasih sayang Allah dan cahaya kenabian, cahaya Muhammad saw.
   Ibnu Mas’ud r.a. bahwa diceritakan kepada Rasulullah saw. tentang seorang laki-laki yang tidur sampai shubuh. Lalu beliau bersabda, “Laki-laki itu kedua telinganya telah dikencingi setan.” Atau Rasulullah saw bersabda, “Pada telinganya.” (HR Muttafaq ‘alaih)
     Betapa jauhnya perbedaan antara rumah-rumah yang penghuninya terlelap tidur dengan ditemani setan-setan, serta melalui malam-malamnya dengan begadang, mengobrol yng tidak ada gunanya dengan rumah-rumah yang ketika malam tiba berbah menjadi seperti sarang lebah, yang terdengar dari dalamnya hanya suara-suara merdu lantunan Al-Qur’an, tasbih, dan istighfar. Mereka itulah hamba-hamba Allah yang melalui malam-malamnya dengan bersujud dan berdiri (shalat).[13]

10.    Malaikat Tidak Memasuki Rumah yang Peghuninya Mendurhakai Orang Tua
     Malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah tempat terjadinya dosa besar durhaka kepada orang tua (uquuq al-walidain). Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah berwasiat agar kita berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Perintah berbuat baik itu disertai dengan perintah untuk beribadah kepada-Nya, seperti yang dapat kita baca pada ayat berikut (Surah An-Nisa: 36),

وَاعْبُدُواْ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa’: 36)
     “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya...” (Al-Ahqaaf: 15)
     Rasulullah saw. menggandengkan perbuatan jahat dan mendurhakai orang tua dengan perbuatan menyekutukan Allah. Orang yang mendurhakai orang tua pun akan tercegah dari nikmat besar dipandang dan dilihat Allah dengan kemuliaan dan ampunan-Nya pada hari kiamat kelak. Rasulullah bersabda,
Terdapat tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari Kiamat, yaitu orang yang mendurhakai orang tua, perempuan yang tasabuh (menyerupakan diri) dengan laki-laki, dan dayuts (laki-laki yang membiarkan istrinya menyeleweng dengan laki-laki). Juga terdapat tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu orang yang mendurhakai orang tua, yang suka meminum khamr (pemabuk), dan yang suka mengungkit-ungkit pemberian yang telah dia berikan kepada orang lain.(HR Ahmad, Nasa’i, dan Hakim)
     Abdullah bin Amr ra. Berkata, “Seorang laki-laki meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk ikut berperang. Nabi saw. berkata kepadanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” laki-laki itu menjawab, “Ya, masih!” Beliau berkata, “Berjihadlah untuk keduanya!” (HR Muttafaq ‘alaih)[14]

11.  Kisah Malaikat Malik dengan Neraka[15]
Manshur bin Ummar berkata, “Telah sampai kepadaku sebuah keterangan bahwa malaikat penjaga neraka (Malaikat Malik) mempunyai tangan dan kaki yang jumlahnya menyamai bilangan seluruh penghuni neraka. Dengan semua kaki dan tangannya itulah, ia berdiri, duduk, dan membelenggu serta merantai siapa saja yang ia kehendaki.”
Setiap kali Malaikat Malik melihat ke bagian dalam neraka, maka kobaran api di dalamnya akan saling memakan satu sama lain karena takut terhadapnya.
Sebagaimana jumlah huruf lafazh Basmalah, yaitu 19 huruf. Maka, jumlah pembesar (pemimpin) malaikat penyiksa juga sebanyak 19 malaikat. Mereka akan mengambil dan melempar penghuni neraka dengan tangan dan juga kaki mereka. Sebab, mereka bisa melakukan segala sesuatu dengan kkai mereka sebagaimana yang bisa mereka lakukan dengan tangan mereka. Jadi, satu malaikat Zabaniyah dalam satu waktu bisa membawa 10.000 orang kafir dengan satu tangan, 10.000 orang dengan tangan yang lain, 10.000 orang dengam salah satu kakinya, dan 10.000 orang lagi dengan kaki yang lain. Sehingga, satu malaikat Zabaniyah itu bisa melemparkan 40.000 orang kafir hanya dengan sekali hentak. Hal itu terjadi karena Allah SWT memberikan kekuatan dan kemampuan yang lebih kepada setiap Malaikat Zabaniyah.
Pemimpin dari seluruh Malaikat Zabniyah adalah Malaikat Malik si penjaga Neraka, dan 18 malaikat yang lain memiliki wujud sepertinya. Kesembilan belas malaikat ini adalah pemuka para malaikat. Setia satu dari mereka membawahi sekian malaikat penjaga yang tak terhitung jumlahnya. Hanya Allah yang mengetahui jumlah mereka secara pasti.
Pandangan mata para malaikat penjaga seperti kilat yang menyambar, gigi mereka putih seperti tanduk sapi, kedua bibir mereka menyentuh telapak kaki mereka, api yang menyala-nyala menjilat-menjilat dari dalam mulut mereka. Sementara itu, jarak antara bahu kanan ke bahu kiri setiap Malaikat Zabaniyah adalah sejau perjalanan kaki setahun.
Allah SWT tidak menciptakan rasa iba da kasihan sedikit pun di hati para malaikat ini. Setiap satu dari salah satu malaikat ini menyelam ke lautan neraka selama kira-kira 70 tahun, niscaya api neraka tidak menimbulkan bahaya apa pun karena mereka diciptakan dari cahaya, dan cahaya itu selalu mengalahkan api. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT agar dijauhkan dari api neraka.
Kelak Malaikat Malik akan berkata kepada para Malikat Zabaniyah, “Lemparkan orang-orang yang celaka itu ke dalam api neraka!”
Ketika para Malaikat Zabaniyah melempar orang-orang yang celaka ke dalam api neraka, maka mereka secara serempak berteriak seraya melontarkan,لاَ اِ لهَ اِ لّا ا للّهُ; La ilaha illallah. Mendengar suara itu, api neraka pun menolak untuk menjilat mereka.
Malaikat Malik berkata, “Wahai api neraka, ambilah orang-orang itu!”
Api neraka menjawab, “Bagaimana aku akan mengambil dan membakar mereka, sedangkan mereka mengucapkan kalimat La illaha illallah.”
Malaikat Malik pun berkata, “Wahai api neraka, ketahuilah bahwa perintah ini adalah perintah dari Tuhan, Sang Pemilik ‘Arsy Yang Agung.”
Akhirnya, api neraka pun menerima mereka. Di antara mereka, ada yang dijilat kedua lututnya. Ada yang dijilat pusarnya, dan ada yang dijilat lehernya. Namun, ketika api neraka hendak menjilat wajah mereka, Malaikat Malik berkata, “Jangan kau membakar wajah mereka, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang pernah sujud dengan wajah mereka kepada Dzat Yang Maha Penyayang. Jangan pula kau bakar hati mereka karena sesungguhnya di hati mereka terdapat tauhid, ma’rifat, iman, dan pernah menahan haus di bulan Ramadhan.” Demikianlah; mereka akan berada di dalam api neraka itu sampai Allah berkehendak mengentaskan mereka.

12.  Kisah Malaikat Izrail Mencabut Nyawanya Sendiri[16]
Malaikat Maut akan diperintahkan untu merusak lautan, yakni untuk menuju suatu keadaan sebagaimana yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya,
كُلُّ شَي ءٍ هَا لِكٌ إِ لَّا وَ جْهَهُ ٨٨٠٠٠
“... Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah SWT.....” (QS. Al-Qashash [28]: 88)
Malaikat Maut akan mendatangi lautan dan berkata kepadanya, “Waktumu benar-benar telah habis.”
Lautan menjawab, “Izinkanlah aku untuk meratapi diriku sendiri terlebih dahulu.” Lalu, ia berkata lagi, “Di manakah gelombang-gelombangku terlebih dahulu dan ke mana pula perginya berbagai macam keajaibanku?”
Namun, perintah Allah SWT telah turun dan tak dapat ditunda lagi. Malaikat Maut membentaknya denga keras hingga airnya lenyap, musnah seperti tak pernah ada.
Setelah itu, Malaikat Maut mendatangi gunung-gunung dan berkata kepada mereka, “Waktumu benar-benar telah habis.”
Pegunungan menjawab, “Izinkanlah aku untuk meratapi diriku sendiri terlebih dahulu.” Lalu, ia berkata lagi, “Di manakah tangga-tangga untuk menuju puncakku, dan ke mana pula perginya seluruh kekuatanku?”
Namun, perintah Allah SWT telah turun dan tak dapat ditunda. Maka, Malaikat Maut membentaknya dengan satu bentakan yang sangat keras hingga mereka meleleh tak berwujud lagi.
Kemudian Malaikat Maut mendatangi bumi dan berkata kepadanya, “Waktumu benar-benar telah habis.”
Bumi menjawab, “Izinkanlah aku untuk meratapi diriku sendiri terlebih dahulu.” Lalu, ia pun meratap dan berkata lagi, “Di manakah kerajaan-kerajaan yang berada di atasku, pepohonanku, sungai-sungaiku, dan berbagai macam tetumbuhanku?”
Malaikat Maut tak memberinya kesempatan dan langsung berteriak keras kepadanya hingga dinding-dindingnya berlongsora dan sumber-sumber lainnya lenyap terbenam.
Setelah membinasakan bumi, Malaikat Maut ke langit dan berteriak kepadanya dengan keras. Akibatnya, matahari dan bulan pun mengalami gerhana, serta bintang-bintangnya jatuh berserakan.
Kemudian, Allah SWT berfirman kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, siapakah makhluk-Ku yang masih tersisa dan belum binasa?”
Malaikat Maut menjawab, “Ya Tuhanku, Engkau adalah Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Makhluk-makhluk –Mu yang masih tersisa adalah Jibril, Mikail, Israfil, malaikat pemikul ‘Arsy, dan diriku sebagai hamba-Mu yang sangat lemah ini.”
Allah pun berfirman kepadanya, “Cabutlah ruh-ruh mereka semua!”
Malaikat Maut menjalankan titah dan mencabut ruh mereka semua. Kemudian, Allah SWT berfirman kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, bukankah engkau pernah mendengar firman-Ku yang berbunyi, كُلُّ نَفْسٍ ذَا آ ئِقَةُ الْمَوْتِ  : setiap jiwa pasti akan merasakan kematian ?’ Ketauhilah, bahwasanya engkau adalah salah satu dari makhluk-Ku. Karena itu, matilah engkau!” saat itu juga, Malaiat Maut pun mati.
Pada riwayat lain dituturkan:
Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat Maut untuk mencabut ruhnya sendiri. Maka, Malaikat Maut pergi ke suatu tempat yang berada di antara surga dan neraka. Ia mengadahkan pandangannya ke langit seraya mencabut ruhnya sendiri. Bersamaan denga itu, ia berteriak sangat keras sekali. Saking kerasnya, seandainya seluruh makhluk masih hidup dan mendengarnya, niscaya mereka semua akan mati saat mendengar teriakan tersebut.
Setelah berteriak, Malaikat Maut berakata, “Seandainya aku tahu bahwa pencabutan ruh itu menimbulkan rasa sakit yang luar biasa seperti ini, niscaya aku dahulu akan mencabut ruh orang-orang mukmin dengan lebih lembut dan penuh kasih.” Akhirnya, Malaikat Maut pun mati dan tak ada lagi satu pun makhluk yang tersisa.
Dalam riwayat lain, disebutkan:
Allah berfirman kepada Malaikat Maut, “Pergilah dan matilah engkau di sebuah tempat yang terletak antara surga dan neraka!”
Malaikat Maut pun mati di tempat tersebut. Setelah itu, tidak ada satu makhluk pun yang tersisa, selain Allah SWT. Dunia pun pada saat itu sudah rusak binasa.

                                                                                                                


                                                                                                                
DAFTAR PUSTAKA


Abdul, Manshur Hakim. 2008. Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an). Jakarta: AKBAR
Ahmad Al-Qodli, Bin Muhammad. 2011. Ditarjemahkan oleh Hendra Suherman, Lc. Daqoiqul Akbar. (Kitab Kejadian: Hakikat Penciptaan Manusia dan Hancurnya Alam Semesta). Jakarta: Pena Pundi Aksara

Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia
Hudzaifah, Abu Ibrahim dan Muhammad ash-Shayim. 2014. Mengapa Malaikat dan Setan di Rumah Kita?. Jakarta: Gema Insani
Ilyas, Yunahar. 2006. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI
Sabiq, Sayid. 1996. Akidah Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu. Surabaya: Al-Ikhlas






[1]H. YunaharIlyas, Lc., M.A., KuliahAqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2006), hal. 79
[2]Ibid.,hal. 80
[3]Rosihon Anwar, AkidahAkhlak, (Bandung: PustakaSetia, 2008), hal. 130
[4] Sayid Sabiq, Akidah Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya: Al Ikhlas, 1996), hal. 134
[5]Abu Hudzaifah Ibrahim, dan Muhammad ash-Shayim, Mengapa Malaikat dan Setan di Rumah Kita?, (Jakarta: Gema Insani, 2014), hal. 228
[6]Jika suatu hadis terdapat dalam kitab sahih al-buchori maka hadisnya di nilai sebagai hadis yang sahih dan bisa di jadikan sebagai landasan hukum. Karena ulama hadis telah bersepakat bahwa kitab sahih buchori merupakan kitab yang sahih setelah al-quran. Adapun kriteria hadis tersebut bisa dikatakan sebagai hadis sahih apabila hadis tersebut memenuhi 5 syarat diantaranya: di riwayatkan oleh para perawi yang adil, dhobit, tsiqoh,sanadnya bersambung dan hadis tersebut tidak adanya cacat/illat dan tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya/ syadz. Berkaitan dengan hadis tersebut setelah dilakukan penelitian bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqoh dan juga sanadnya bersambung dan juga tidak ada syadz dan illat.
[7]Sayid Sabiq, Akidah Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya: Al Ikhlas, 1996), hal. 132


[8]Sayid Sabiq, Akidah Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya: Al Ikhlas, 1996), hal. 133
[9]Ibid.,hal. 130
[10]Ibid., hal. 129
[11]Manshur Abdul Hakim, “Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an), (Jakarta: AKBAR, 2008)
[12]Sayid Sabiq, Akidah Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya: Al Ikhlas, 1996), hal. 137

[13]Manshur Abdul Hakim, “Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an), (Jakarta: AKBAR, 2008), hal. 81

[14]Manshur Abdul Hakim, “Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an), (Jakarta: AKBAR, 2008), hal. 209
[15] Abdurrahman Bin Ahmad Al-Qodli, ditarjemahkan oleh Hendra Suherman, Lc., Daqoiqul Akbar (Kitab Kejadian: Hakikat Penciptaan Manusia dan Hancurnya Alam Semesta), (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2011), hal. 190
[16]Abdurrahman Bin Ahmad Al-Qodli, ditarjemahkan oleh Hendra Suherman, Lc., Daqoiqul Akbar (Kitab Kejadian: Hakikat Penciptaan Manusia dan Hancurnya Alam Semesta), (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2011), hal. 108

0 Comments:

Post a Comment