KISAH-KISAH SAHIH TENTANG MALAIKAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akidah
Akhlak di Madrasah/ Sekolah.”
Dosen pengampu: Bapak Sangkot Sirait
Disusun oleh:
Irlina Dwi Majidah (13410063)
PAI B (Semester IV)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2015
A. Penciptaan, Wujud, danSifatMalaikat
·
PenciptaanMalaikat
Malaikatadalahmakhlukghaib yang
diciptakanoleh Allah SWT daricahayadenganwujuddansifat-sifattertentu.
Malakatdiciptakan Allah
daricahayasebagaimanasabdaRasulullah SAW yang berbunyi:
خُلِقَتْ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُم
Artinya: “Malaikat itu diciptakan dari
cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah
diterangkan kepada mu semua.” (H.R. Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Cahaya merupakan salah satu bentuk
energi yang dipancarkan oleh benda atau sumber cahaya dalam bentuk gelombang eletromagnetik. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
dapat merambat tanpa memerlukan medium dan merupakan gelombang transversal. Gelombang elektromagnetik dapat
merambat di dalam ruang hampa udara (vakum).
Cahaya melaju dengan kecepatan
kurang lebih 300.000 km/detik dalam vakum, tepatnya 299.792.458 meter/detik.
MengenaikapanMalaikatdiciptakanoleh Allah
SWT, tidakadapenjelasan. Tetapi yang jelas, Malaikatdiciptakanlebihdahuludarimanusiapertama
(Adam As)sebagaimanafirman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarahayat30:
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ
لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً
“Dan (ingatlah)
tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan di bumi seorang khalifah...”
(Al-Baqarah/2: 30)[1]
·
WujudMalaikat
SebagaimakhlukghaibwujudMalaikattidakdapatdijangkauolehpancaindramanusia,
kecualijikaMalaikatmenampilkandiridalamrupatertentu, sepertirupamanusia.
Sebagaimanafirman Allah dalam Surah Hudayat 69-70, yang artinya:
“Dan para
utusanmalaikat Kami telahdatangkepada Ibrahim denganmembawaberitagembira.
Merekamengucapkan. "Selamat! Ibrahim menyambut: "Selamat!" Tidak
lama kemudianIbrahimpunsegeramenghidangkanpangganganaksapi. Setelah
Ibrahim tahumerekanampaknyaagakseganmakanMalaikattidakmakanhidanganitu,
iamulaicurigadanmerasatakutterhadapmereka. Kata mereka: "Jangantakut!
Sebenarnya kami inidiutuskepadakaumLuth". ((Hud/11: 69-70)
Malaikattidakdilengkapidenganhawanafsu,
tidakmemilikikeinginansepertimanusia,
tidakberjeniskelaminlaki-lakidanperempuan, dantidakberkeluarga.[2]
·
Sifat-sifatMalaikat
a. DiciptakandariNur (cahaya).
b. Taatdanberbaktikepada Allah SWT, apa pun yang diperintahkan-Nya
selaludikerjakan.
c. Dapatberubahbentuknya, sepertimanusia.
d. Selalubesujudkepada Allah SWT.
e. Senantiasabertasbih, menyucikan Allah SWT.
f. Tidakmerasaletihuntukmenyembah Allah SWT.
g. Tidaksombong (takabur).
h. Memberisalamkepadaahlisurga.
i. Memohonampunanuntukoorang-orang yang beriman..
j. Tidakberjeniskelaminlaki-lakiatauperempuan.
k. Tidakmemilikihawanafsu.
l. Tidakmatisebelumdatangnyakiamat.[3]
B. Kisah-kisahMalaikat
1. Malaikat mengumumkan orang yang dicintai Allah
dan orang yang dibenci-Nya
Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya Allah jika mencintai hamba, Dia memanggil Jibril.
Allah berfirman: ‘Allah mencintai Polan. Oleh karenanya cintailah dia. ’Jibril
lantas mencintainya dan mengumumkan di langit. Dia berkata: ‘Sesungguhnya Allah
mencintai Polan. Oleh karenanya cintailah dia. ‘Penghuni langit lantas
mencintainya dan meletakkan status diterima di bumi. Jika Allah membenci hamba,
Allah memanggil Jibril. Allah berfirman: ‘Aku membenci Polan. Oleh karenanya,
bencilah engkau kepadanya. ‘Jibril lantas membencinyadan mengumumkan di
tengah-tengah penghuni langit bahwa Allah membenci Polan. Oleh karenanya,
bencilah kalian kepada Polan. ‘Setelah itu status dibenci diletakkan di bumi.”
(HR. Muslim)[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa Malaikat
selalu tunduk dan patuh kepada penciptanya. Dapat dibuktikan, jika Allah membenci atau menyenangi hambanya,
malaikatpun turut serta membenci atau menyenangi hamba Allah pula. Dan malaikat langsung mengumumkan hal
tersebut di langit.
2.
Malaikat Tidak
Akan Masuk ke Dalam Rumah yang Penghuninya Memelihara Anjing
Rasululah telah bersabda,
لاَ تَدْخُلُ
الْمَلَائِكَةُ بَيَتًافِيْهِ كَلْبٌ وَلاَصُوْرَةٌ
“Malaikat
tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing, juga tidak memasuki
rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung).” (HR Ahmad, Bukhari,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
اِنَّالمَلَ
ئِكَةُ لاَ تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيَتًافِيْهِ كَلْبٌ
"Sesungguhnya
malaikat (rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing.” (HR
Thabrani dan Dhiyauddin dari Abu Umarah)
Ali r.a.
mengatakan bahwa Rasulullah saw. telah bersabda,
اِنَّالمَلَ
ئِكَةُ لاَ تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيَتًافِيْهِ كَلْبٌ كَلْبٌ وَلاَصُوْرَةٌ
“Sesungguhnya
malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar
(patung).” (HR Ibnu Majah)
Imam Al-Manawi mengatakan, yang dimaksud
dengan malaikat pada hadits tersebut adalah malaikat rahmat dan keberkahan atau
malaikat yang bertugas berkeliling mengunjungi hamba Allah untuk mendengarkan
dzikir dan sejenisnya. Mengapamalaikattidakmaumemasukirumah yang di
dalamnyaterdapatanjing? Hal inidisebabkananjingmengandungnajis,
sedangkanmalaikatmalaikatterpeliharadaritempat-tempatkotor.Merekaadalahmakhluk
Allah yang paling muliasertatetapberadapadatingkatkebersihandankesucian yang
paling luhur.Perbandinganmalaikat yang sucidengananjing yang
bernajissepertiterangdangelap. Barangsiapa yang mendekatianjing,
malaikatakanmenjauhdarinya.”
IbnuHajarberkata, “Ungkapanmalaikattidakakanmemasuki….menunjukkanmalaikatsecaraumum
(malaikatrahmat, malaikathafazhah, danmalaikatlainnya).” Akan tetapiadapendapatlain,
mengatakan. “Kecualimalaikathafazhah, merekatetapmemasukirumahsetiap orang
karenatugasmerekaadalahmendampingimanusiasehinggatidakpernahberpisahsedetik pun
denganmanusia.”PendapattersebutdikemukakanoolehIbnuWadhdhah, Imam
al-Khaththabi, dan yang lainnya.
-
Yang
dimaksudrumahpadahaditstersebutadalahtempattinggalseseorang,
baikberuparumah, gubuk, tenda, dansejenisnya.
-
Ungkapananjingpadahaditstersebutmencakupsemuajenisanjing.
Imam Qurthubiberkata,
“Telahterjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya
malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang di dalamnay terdapat anjing. Sebagian
ulama mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai setan, sedangkan yang lainnya
mengatakan karena di tubuh anjing itu menempel najis.”
Ummul Mukminin Aisyah r.a. mengatakan bahwa
Rasulullah telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa akan datang. Ketika
waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan
tongkat yang dipegangnya, Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak mungkin
mengingkari janjinya, tetapi menagapa Jibril belum datang?” Ketika Rasulullah
saw. menoleh, ternyata beliau melihat seekor anjing di bawah tempat tidur.
“Kapan anjing ini masuk?” tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut, “Entahlah.”
Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. “Mengapa engkau
terlambat?” tanya Rasulullah saw. kepada Jibril. Jibril menjawab, “Karena tadi
di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di
dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung).”
Malaikat
rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang
berteman dengan anjing. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw.
bersabda,
لاَتَصْهَبُ
الْمَلَائِكَةُ رِفْقَةً فِيْهَا كَلْبٌ أَوْجَرَسٌ
“Malaikat
tidak akan menemani kelompok manusia di tengah-tengah mereka terdapat anjing.”
(HR Muslim)
Imam
Nawawi mengomentari hadits tersebut, “Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa
membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan
malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sementara, yang dimaksud dengan
malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun), bukan malaikat hafazhah
yang mencatat amal manusia.”[5]
3.
Hadirnya
Malaikat di tempat-tempat Dzikir
Hadis ini terdapat
dalam kitab Sahih al-Buchori[6] pada bab
keutamaan dzikir.
حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا جرير عن الأعمش عن أبي صالح
عن أبي هريرة قال
: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن لله ملائكة يطوفون في الطرق يلتمسون أهل الذكر
فإذا وجدوا قوما يذكرون الله تنادوا هلموا إلى حاجتكم . قال فيحفونهم بأجنحتهم إلى
السماء الدنيا قال فيسألهم ربهم وهو أعلم منهم ما يقول عبادي ؟ قال تقول يسبحونك ويكبرونك
ويحمدونك ويمجدونك قال فيقول هل رأوني ؟ قال فيقولون لا والله ما رأوك قال فيقول وكيف
لو رأوني ؟ قال يقولون لو رأوك كانوا أشد لك عبادة وأشد لك تمجيدا وأكثر لك تسبيحا
قال يقول فما يسألونني ؟ قال يسألونك الجنة قال يقول وهل رأوها ؟ قال يقولون لا والله
يا رب ما رأوها قال يقول فكيف لو أنهم رأوها ؟ قال يقولون لو أنهم رأوها كانوا أشد
عليها حرصا وأشد لها طلبا وأعظم فيها رغبة قال فمم يتعوذون ؟ قال يقولون من النار قال
يقول وهل رأوها ؟ قال يقولون لا والله يا رب ما رأوها قال يقول فكيف لو رأوها ؟ قال
يقولون لو رأوها كانوا أشد منها فرارا وأشد لها مخافة قال فيقول فأشهدكم أني قد غفرت
لهم
Malaikat mencari tempat-tempat zikir untuk
menolong mereka dengan kekuatan spiritual. Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki sekelompok Malaikat yang
berkeliling di jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Ketika mereka
memanggil: ‘Kemarilah, itu yang kalian cari.’ Mereka berkumpul bersama kaum
dengan sayapnya sampai ke langit dunia. Allah bertanya: ‘Apa yang dikerjakan
hamba-hamba-Ku?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid,
dan mengagungkan-Mu.’ Allah bertanya: ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Malaikat
menjawab: ‘Tidak, demi Allah ya Tuhan kami. Mereka tidak melihat-Mu.’ Allah
bertanya: ‘Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’ Malaikat menjawab:
‘Seandainya mereka melihat-Mu, mereka akan lebih optimal beribadah,
mengagungkan, dan bertasbih kepada-Mu.’ Allah bertanya: “Apa yang mereka
minta?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka memohon kepada-Mu sorga.’ Allah bertanya:
‘Apakah mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab: ‘ Tidak, demi Allah ya Tuhan
kami. Mereka tidak melihatnya.’ Allah bertanya: ‘Bagaimana seandainya mereka
melihatnya?’ Malaikat menjawab: “Seandainya mereka melihatnya, tentu mereka lebih
senang, lebih mencari, dan lebih mengerjakan karena sangat cinta.’ Allah
bertanya: ‘Dari apa mereka berlindung?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka berlindung
dari neraka.’ Allah bertaya: ‘Apakah mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab:
‘Tidak, demi Allah mereka tidak melihatnya. ‘Allah bertanya: ‘Bagaimana
seandainya mereka melihatnya?’ Malaikat menjawab: ‘Seandainya mereka
melihatnya, mereka akan lari dan sangat takut. ‘Allah berfirman: ‘Aku
persaksikan kepada kalian bahwa aku telah mengampuni mereka.’ Malaikat berkata:
“Ya Tuhan. Di tengah-tengah mereka terdapat Polan yang selalu berbuat dosa. Dia
sedang lewat, kemudian dia duduk bersama mereka. “Allah berfirman: “Dia telah
aku ampuni. Kaum itu tidak akan dicelakakan oleh teman duduknya.” (Hadits ini
diriwayatkan oleh Muslim).
“Allah mempunyai malaikat yang selalu
bepergian dan mempunyai keutamaan. Mereka mencari tempat-tempat zikir. Jika
mereka menemukan tempat duduk yang di dalamnya terdapat zikir, mereka duduk
bersamanya. Sebagian mereka dengan sebagian yang lain berbaris dengan sayapnya
sehingga mereka memenuhi tempat antara mereka dan di langit.”(Hadits ini
diriwayatkan oleh Bukhari Muslim)[7]
4.
Malaikat
Memberkati Ahli Ilmu dan Merendahkan Diri Kepadanya
Dari Abu
Darda’ bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesunggunhnya malaikat meletakkan
sayapnya untuk orang-orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap perbuatan
yang mereka kerjakan.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)[8]
5.
Hadirnya
Malaikat Pada Waktu Salat Subuh dan Asar Setiap Hari
Bukhari
meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “ Keutamaan salat
berjamaah melebihi salat sendirian dengan ukuran lima belas derajat dan
malaikat bertugas pada waktu malam dan yang bertugas pada waktu siang
berkumpul.” Abu Hurairah berkata: “Bacalah ayat: أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ
وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖإِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا”
Artinya:
“Laksanakan shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya
malam dan (laksanakan pula salat subuh). Sungguh, salat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat).”(Q.S. Ai-Isra’/17: 78)
Bukhari Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Malaikat penjaga
malam dan penjaga siang saling bergantian di tengah-tengah kalian. Mereka
berkumpul pada saat salat subuh dan asar. Malaikat yang bermalam di
tengah-tengah kalian naik ke atas. Tuhan mereka bertanya, Dzat yang lebih
mengetahui mereka: “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?” Malaikat
menjawab: “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan salat dan mendatangi mereka juga
dalam keadaan salat.”[9]
6.
Malaikat
Membaca Amin Bersama Orang-orang yang Mengerjakan Salat
Malaikat
membaca amin bersama orang-orang yang mengerjakan salat. Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Jika imam membaca: ‘ Ghairil Maghdlubi
‘Alaihim Waladdlallin’ maka bacalah amin karena malaikat dan imam
membaca amin. Barangsiapa yang aminnya bersamaan dengan amin malaikat,
maka dosanya yang telah lewat akan diampuni.”[10]
7.
Doa dan
Permohonan Ampun Para Malaikat Untuk Orang-orang yang
Beriman dan
Orang yang Mendoakan Saudaranya Tanpa sepengathuannya
Diantara tugas Jibril dan Mikail beserta
malaikat-malaikat lainnya adalah memohon ampun untuk orang-orang mukmin tanpa
mereka ketahui. Allah swt. berfirman,
(7) (Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan
malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka
beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya
mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, (8)
Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga 'Adn yang telah Engkau
janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka,
dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (9) dan peliharalah mereka dari
(balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan)
kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat
kepadanya dan itulah kemenangan yang besar."(Al Ghafir/40:
7-9)
Malaikat Al-Muqarrabun: Jibril, Mikail,
Israfil, Izrail(yang senantiasa mendekatkan
diri kepada Allah swt.) yang terdiri dari malaikat pemangku Arsy ada empat
antara lain Jibril dan Mikail, dan malaikat-malaikat muqarrabun lainnya.
Mereka senantiasa bertasbih dan memohon ampun untuk orang-orang yang beriman
yang ada di permukaan bumi, mereka beriman kepada yang ghaib. Allah swt.
menakdirkan mereka (malaikat muqarrabun) untuk senantiasa mendoakan
orang-orang beriman, tanpa mereka ketahui.
Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama
muslim tanpa sepengetahuannya termasuk doa-doa yang mustajab, karena diamini
oleh malaikat-malaikat muqarrabun. Rasulullah saw. bersabda, “Setiap
hari, seorang hamba didatangi oleh dua malaikat. Salah satunnya berdoa, ‘Ya
Allah, berilah pengganti bagi orang-orang yang berinfak’. Malaikat lainnya
berkata, ‘Ya Allah swt. berilah orang yang tidak berinfak kehilangan
(kebinasaan).”[11]
8.
Malaikat
melemahkan orang-orang fasik dengan dipukul wajah dan punggungnya
Allah berfirman: “Yaitu, orang-orang
yang diwafatkan malaikat adalah orang yang menganiaya terhadap dirinya
sendiri.” (QS. AmNahl/16: 28) “Jika engkau lihat ketika malaikat
mewafatkan orang-orang kafir, mereka memukul punggung dan wajahnya.” (QS. Al-Anfaal/8:
50)[12]
9.
Malaikat
Memasuki Rumah yang Penghuninya Selalu Ruku’ dan Sujud
Rumah-rumah yang di dalamnya
selalu diramaikan dengan aktivitas-aktivitas ibadah sunnah, akan selalu ramai
dengan suara-suara imani para malaikat dan membuat malaikat menaungi rumah
kita. Penghuni rumah tersebut adalah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ
السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Mereka itu adalah
orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang
ruku’´, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah berbuat munkar
dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin
itu.”(QS: At-Taubah Ayat: 112)
Rumah yang dihuni mereka adalah rumah yang penghuninya selalu melakukan
hubungan dengan Allah SWT. Rumah-rumah yang selalu dipenuhi dengan cinta kasih
sayang Allah dan cahaya kenabian, cahaya Muhammad saw.
Ibnu Mas’ud r.a. bahwa diceritakan kepada
Rasulullah saw. tentang seorang laki-laki yang tidur sampai shubuh. Lalu beliau
bersabda, “Laki-laki itu kedua telinganya telah dikencingi setan.” Atau
Rasulullah saw bersabda, “Pada telinganya.” (HR Muttafaq ‘alaih)
Betapa jauhnya perbedaan antara
rumah-rumah yang penghuninya terlelap tidur dengan ditemani setan-setan, serta
melalui malam-malamnya dengan begadang, mengobrol yng tidak ada gunanya dengan
rumah-rumah yang ketika malam tiba berbah menjadi seperti sarang lebah, yang
terdengar dari dalamnya hanya suara-suara merdu lantunan Al-Qur’an, tasbih, dan
istighfar. Mereka itulah hamba-hamba Allah yang melalui malam-malamnya dengan
bersujud dan berdiri (shalat).[13]
10.
Malaikat Tidak
Memasuki Rumah yang Peghuninya Mendurhakai Orang Tua
Malaikat rahmat tidak akan memasuki
rumah tempat terjadinya dosa besar durhaka kepada orang tua (uquuq
al-walidain). Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah berwasiat agar kita
berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Perintah berbuat baik itu disertai dengan
perintah untuk beribadah kepada-Nya, seperti yang dapat kita baca pada ayat
berikut (Surah An-Nisa: 36),
وَاعْبُدُواْ اللَّهَ
وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ
وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ
اللَّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (An-Nisa’:
36)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya...” (Al-Ahqaaf: 15)
Rasulullah saw. menggandengkan perbuatan
jahat dan mendurhakai orang tua dengan perbuatan menyekutukan Allah. Orang yang
mendurhakai orang tua pun akan tercegah dari nikmat besar dipandang dan dilihat
Allah dengan kemuliaan dan ampunan-Nya pada hari kiamat kelak. Rasulullah
bersabda,
“Terdapat
tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari Kiamat, yaitu orang yang
mendurhakai orang tua, perempuan yang tasabuh (menyerupakan diri) dengan
laki-laki, dan dayuts (laki-laki yang membiarkan istrinya menyeleweng dengan
laki-laki). Juga terdapat tiga orang yang tidak akan masuk surga, yaitu orang
yang mendurhakai orang tua, yang suka meminum khamr (pemabuk), dan yang suka
mengungkit-ungkit pemberian yang telah dia berikan kepada orang lain.”(HR
Ahmad, Nasa’i, dan Hakim)
Abdullah bin Amr ra. Berkata, “Seorang
laki-laki meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk ikut berperang. Nabi saw.
berkata kepadanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” laki-laki itu
menjawab, “Ya, masih!” Beliau berkata, “Berjihadlah untuk keduanya!” (HR
Muttafaq ‘alaih)[14]
Manshur bin Ummar berkata, “Telah sampai kepadaku sebuah keterangan
bahwa malaikat penjaga neraka (Malaikat Malik) mempunyai tangan dan kaki yang
jumlahnya menyamai bilangan seluruh penghuni neraka. Dengan semua kaki dan
tangannya itulah, ia berdiri, duduk, dan membelenggu serta merantai siapa saja
yang ia kehendaki.”
Setiap kali Malaikat Malik melihat ke bagian dalam neraka, maka kobaran api
di dalamnya akan saling memakan satu sama lain karena takut terhadapnya.
Sebagaimana jumlah huruf lafazh Basmalah, yaitu 19 huruf. Maka,
jumlah pembesar (pemimpin) malaikat penyiksa juga sebanyak 19 malaikat. Mereka
akan mengambil dan melempar penghuni neraka dengan tangan dan juga kaki mereka.
Sebab, mereka bisa melakukan segala sesuatu dengan kkai mereka sebagaimana yang
bisa mereka lakukan dengan tangan mereka. Jadi, satu malaikat Zabaniyah dalam
satu waktu bisa membawa 10.000 orang kafir dengan satu tangan, 10.000 orang
dengan tangan yang lain, 10.000 orang dengam salah satu kakinya, dan 10.000
orang lagi dengan kaki yang lain. Sehingga, satu malaikat Zabaniyah itu bisa melemparkan
40.000 orang kafir hanya dengan sekali hentak. Hal itu terjadi karena Allah SWT
memberikan kekuatan dan kemampuan yang lebih kepada setiap Malaikat Zabaniyah.
Pemimpin dari seluruh Malaikat Zabniyah adalah Malaikat Malik si penjaga
Neraka, dan 18 malaikat yang lain memiliki wujud sepertinya. Kesembilan belas
malaikat ini adalah pemuka para malaikat. Setia satu dari mereka membawahi
sekian malaikat penjaga yang tak terhitung jumlahnya. Hanya Allah yang
mengetahui jumlah mereka secara pasti.
Pandangan mata para malaikat penjaga seperti kilat yang menyambar, gigi
mereka putih seperti tanduk sapi, kedua bibir mereka menyentuh telapak kaki
mereka, api yang menyala-nyala menjilat-menjilat dari dalam mulut mereka.
Sementara itu, jarak antara bahu kanan ke bahu kiri setiap Malaikat Zabaniyah
adalah sejau perjalanan kaki setahun.
Allah SWT tidak menciptakan rasa iba da kasihan sedikit pun di hati para
malaikat ini. Setiap satu dari salah satu malaikat ini menyelam ke lautan
neraka selama kira-kira 70 tahun, niscaya api neraka tidak menimbulkan bahaya
apa pun karena mereka diciptakan dari cahaya, dan cahaya itu selalu mengalahkan
api. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah
SWT agar dijauhkan dari api neraka.
Kelak Malaikat Malik akan berkata kepada para Malikat Zabaniyah, “Lemparkan
orang-orang yang celaka itu ke dalam api neraka!”
Ketika para Malaikat Zabaniyah melempar orang-orang yang celaka ke dalam
api neraka, maka mereka secara serempak berteriak seraya melontarkan,لاَ اِ لهَ اِ لّا ا للّهُ; La ilaha illallah. Mendengar
suara itu, api neraka pun menolak untuk menjilat mereka.
Malaikat Malik berkata, “Wahai api neraka, ambilah orang-orang itu!”
Api neraka menjawab, “Bagaimana aku akan mengambil dan membakar mereka, sedangkan
mereka mengucapkan kalimat La illaha illallah.”
Malaikat Malik pun berkata, “Wahai api neraka, ketahuilah bahwa perintah
ini adalah perintah dari Tuhan, Sang Pemilik ‘Arsy Yang Agung.”
Akhirnya, api neraka pun menerima mereka. Di antara mereka, ada yang
dijilat kedua lututnya. Ada yang dijilat pusarnya, dan ada yang dijilat
lehernya. Namun, ketika api neraka hendak menjilat wajah mereka, Malaikat Malik
berkata, “Jangan kau membakar wajah mereka, sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang pernah sujud dengan wajah mereka kepada Dzat Yang Maha
Penyayang. Jangan pula kau bakar hati mereka karena sesungguhnya di hati mereka
terdapat tauhid, ma’rifat, iman, dan pernah menahan haus di bulan Ramadhan.” Demikianlah;
mereka akan berada di dalam api neraka itu sampai Allah berkehendak
mengentaskan mereka.
Malaikat Maut akan diperintahkan untu merusak lautan, yakni untuk menuju
suatu keadaan sebagaimana yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya,
كُلُّ شَي ءٍ هَا لِكٌ إِ لَّا وَ جْهَهُ ٨٨٠٠٠
“... Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah SWT.....” (QS. Al-Qashash [28]: 88)
Malaikat Maut akan mendatangi lautan dan berkata kepadanya, “Waktumu
benar-benar telah habis.”
Lautan menjawab, “Izinkanlah aku untuk meratapi diriku sendiri terlebih
dahulu.” Lalu, ia berkata lagi, “Di manakah gelombang-gelombangku
terlebih dahulu dan ke mana pula perginya berbagai macam keajaibanku?”
Namun, perintah Allah SWT telah turun dan tak dapat ditunda lagi. Malaikat
Maut membentaknya denga keras hingga airnya lenyap, musnah seperti tak pernah
ada.
Setelah itu, Malaikat Maut mendatangi gunung-gunung dan berkata kepada
mereka, “Waktumu benar-benar telah habis.”
Pegunungan menjawab, “Izinkanlah aku untuk meratapi diriku sendiri
terlebih dahulu.” Lalu, ia berkata lagi, “Di manakah tangga-tangga untuk
menuju puncakku, dan ke mana pula perginya seluruh kekuatanku?”
Namun, perintah Allah SWT telah turun dan tak dapat ditunda. Maka, Malaikat
Maut membentaknya dengan satu bentakan yang sangat keras hingga mereka meleleh
tak berwujud lagi.
Kemudian Malaikat Maut mendatangi bumi dan berkata kepadanya, “Waktumu
benar-benar telah habis.”
Bumi menjawab, “Izinkanlah aku untuk meratapi diriku sendiri terlebih
dahulu.” Lalu, ia pun meratap dan berkata lagi, “Di manakah
kerajaan-kerajaan yang berada di atasku, pepohonanku, sungai-sungaiku, dan
berbagai macam tetumbuhanku?”
Malaikat Maut tak memberinya kesempatan dan langsung berteriak keras
kepadanya hingga dinding-dindingnya berlongsora dan sumber-sumber lainnya
lenyap terbenam.
Setelah membinasakan bumi, Malaikat Maut ke langit dan berteriak kepadanya
dengan keras. Akibatnya, matahari dan bulan pun mengalami gerhana, serta
bintang-bintangnya jatuh berserakan.
Kemudian, Allah SWT berfirman kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat
Maut, siapakah makhluk-Ku yang masih tersisa dan belum binasa?”
Malaikat Maut menjawab, “Ya Tuhanku, Engkau adalah Dzat Yang Maha Hidup
dan tidak akan pernah mati. Makhluk-makhluk –Mu yang masih tersisa adalah
Jibril, Mikail, Israfil, malaikat pemikul ‘Arsy, dan diriku sebagai hamba-Mu
yang sangat lemah ini.”
Allah pun berfirman kepadanya, “Cabutlah ruh-ruh mereka semua!”
Malaikat Maut menjalankan titah dan mencabut ruh mereka semua. Kemudian,
Allah SWT berfirman kepada Malaikat Maut, “Wahai Malaikat Maut, bukankah
engkau pernah mendengar firman-Ku yang berbunyi, كُلُّ نَفْسٍ ذَا آ ئِقَةُ الْمَوْتِ : setiap jiwa pasti akan
merasakan kematian ?’ Ketauhilah, bahwasanya engkau adalah salah satu dari
makhluk-Ku. Karena itu, matilah engkau!” saat itu juga, Malaiat Maut pun mati.
Pada riwayat lain dituturkan:
Kemudian Allah SWT memerintahkan Malaikat Maut untuk mencabut ruhnya
sendiri. Maka, Malaikat Maut pergi ke suatu tempat yang berada di antara surga
dan neraka. Ia mengadahkan pandangannya ke langit seraya mencabut ruhnya
sendiri. Bersamaan denga itu, ia berteriak sangat keras sekali. Saking
kerasnya, seandainya seluruh makhluk masih hidup dan mendengarnya, niscaya mereka
semua akan mati saat mendengar teriakan tersebut.
Setelah berteriak, Malaikat Maut berakata, “Seandainya aku tahu bahwa
pencabutan ruh itu menimbulkan rasa sakit yang luar biasa seperti ini, niscaya
aku dahulu akan mencabut ruh orang-orang mukmin dengan lebih lembut dan penuh
kasih.” Akhirnya, Malaikat Maut pun mati dan tak ada lagi satu pun makhluk
yang tersisa.
Dalam riwayat lain, disebutkan:
Allah berfirman kepada Malaikat Maut, “Pergilah dan matilah engkau di
sebuah tempat yang terletak antara surga dan neraka!”
Malaikat Maut pun mati di tempat tersebut. Setelah itu, tidak ada satu
makhluk pun yang tersisa, selain Allah SWT. Dunia pun pada saat itu sudah rusak
binasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul, Manshur Hakim. 2008. Jibril dalam
Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an). Jakarta: AKBAR
Ahmad Al-Qodli, Bin Muhammad. 2011.
Ditarjemahkan oleh Hendra Suherman, Lc. Daqoiqul Akbar. (Kitab Kejadian:
Hakikat Penciptaan Manusia dan Hancurnya Alam Semesta). Jakarta: Pena Pundi
Aksara
Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung:
Pustaka Setia
Hudzaifah, Abu Ibrahim dan Muhammad
ash-Shayim. 2014. Mengapa Malaikat dan Setan di Rumah Kita?. Jakarta:
Gema Insani
Ilyas, Yunahar. 2006. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta:
LPPI
Sabiq, Sayid. 1996. Akidah Islam: Suatu
kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu. Surabaya: Al-Ikhlas
[4] Sayid Sabiq, Akidah
Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya:
Al Ikhlas, 1996), hal. 134
[5]Abu Hudzaifah
Ibrahim, dan Muhammad ash-Shayim, Mengapa Malaikat dan Setan di Rumah Kita?,
(Jakarta: Gema Insani, 2014), hal. 228
[6]Jika suatu
hadis terdapat dalam kitab sahih al-buchori maka hadisnya di nilai sebagai
hadis yang sahih dan bisa di jadikan sebagai landasan hukum. Karena ulama hadis
telah bersepakat bahwa kitab sahih buchori merupakan kitab yang sahih setelah
al-quran. Adapun kriteria hadis tersebut bisa dikatakan sebagai hadis sahih
apabila hadis tersebut memenuhi 5 syarat diantaranya: di riwayatkan oleh para
perawi yang adil, dhobit, tsiqoh,sanadnya bersambung dan hadis tersebut tidak
adanya cacat/illat dan tidak bertentangan dengan hadis sahih lainnya/ syadz.
Berkaitan dengan hadis tersebut setelah dilakukan penelitian bahwa hadis
tersebut diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqoh dan juga sanadnya bersambung
dan juga tidak ada syadz dan illat.
[7]Sayid Sabiq, Akidah
Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya:
Al Ikhlas, 1996), hal. 132
[8]Sayid Sabiq, Akidah
Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya:
Al Ikhlas, 1996), hal. 133
[11]Manshur Abdul
Hakim, “Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an), (Jakarta:
AKBAR, 2008)
[12]Sayid Sabiq, Akidah
Islam: Suatu kajian yang memposisikan akal sebagai mitra wahyu, (Surabaya:
Al Ikhlas, 1996), hal. 137
[13]Manshur Abdul Hakim, “Jibril dalam Tiga
Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an), (Jakarta: AKBAR, 2008), hal. 81
[14]Manshur Abdul
Hakim, “Jibril dalam Tiga Kitab Suci (Taurat-Injil-Al-Qur’an), (Jakarta:
AKBAR, 2008), hal. 209
[15] Abdurrahman
Bin Ahmad Al-Qodli, ditarjemahkan oleh Hendra Suherman, Lc., Daqoiqul Akbar
(Kitab Kejadian: Hakikat Penciptaan Manusia dan Hancurnya Alam Semesta), (Jakarta:
Pena Pundi Aksara, 2011), hal. 190
[16]Abdurrahman
Bin Ahmad Al-Qodli, ditarjemahkan oleh Hendra Suherman, Lc., Daqoiqul Akbar
(Kitab Kejadian: Hakikat Penciptaan Manusia dan Hancurnya Alam Semesta), (Jakarta:
Pena Pundi Aksara, 2011), hal. 108
0 Comments:
Post a Comment