Header Ads

23 August 2016

PENDEKATAN BUDAYA DAN SENI DALAM PAI

Hasil gambar untuk PENDEKATAN BUDAYA DAN SENI DALAM PAI
PPT DOWNLOAD DISINI
MAKALAH PENGEMBANGAN BUDAYA DAN SENI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“PENDEKATAN BUDAYA DAN SENI DALAM PAI”


Disusun oleh :
1.     Ahmad Syafii (13410154)
2.     Khotimah (13410147)
3.     Miftah Alifatil Islam (13410161)
4.     Ina Agustina (13410164)

Dosen Pengampu : Drs H Abdul Malik Usman, M.Ag
NIP                        : 19600601 199903 1 001

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014/2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengembangan Kurikulum ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan  kepada baginda Nabi Muhammad  SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada:
1.                       Bapak Drs H Abdul Malik Usman, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah PENGEMBANGAN BUDAYA DAN SENI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM,
2.                       Seluruh sahabat/i keluarga besar PAI yang selalu memotivasi untuk lebih maju.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini. Akan tetapi, tidak ada manusia yang sempurna. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran pun kami terima dengan senang hati dari semua pihak agar selanjutnya bisa lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Semoga Allah SWT meridhoi setiap usaha kita Amin.

Yogyakarta,10 November 2014

Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Seni dan budaya adalah dua hal yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Seni dan budaya merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Karena ada hubungan yang sangat erat diatara keduanya.
Dalam dunia pendidikan seni dan budaya bukan hal yang seharusnya asing. Seharusnya seni dan budaya menjadi komponen penting dalam pendidikan. Pendidikan akan dapat berkembang apabila didalamnya terdapat seni dan budaya.
Seni dan budaya diberikan di sekolah karena memiliki keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik. Pendidikan seni ini dapat menggunakan tiga jargon yaitu "belajar dengan seni”,"belajar melalui seni” dan "belajar tentang seni”.
Terlebih dalam pendidikan agama islam, seni budaya merupakan alat yang menjadi pewarna dalam keindahan agama islam. Dengan seni budaya, visi misi yang diusung oleh pendidikan islam dapat tersampaikan dengan baik.
Jika dilihat dari berbagai sudut, ada 3 pendekatan yang biasa digunakan dalam seni budaya. Yaitu pendekatan ekspresi bebas, pendekatan disiplin ilmu dan pendekatan multikultural. 
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja pendekatan yang digunakan dalam seni budaya dalam PAI dan bagaimana penjelasannya ?
2.      Apa saja karakteristik dari pendekatan seni budaya dalam PAI?
C.    TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pendekatan seni budaya dalam PAI dan penjelasannya.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dari pendekatan seni budaya dalam PAI?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENDEKATAN PENDEKATAN SENI BUDAYA
1.      Pendekatan Disiplin Ilmu
Dalam pendekatan ini ingin menjelaskan pemikiran bahwa seni hadir dalam kehidupan bukan hanya sebatas pada kegiatan penciptaan, namun juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofis maupun ilmiah dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan.
Pada pendekatan ini berpendapat bahwa pendidikan seni yang memberikan kesempatan luas untuk peserta didik mengekspresikan emosinya memang penting, namun jangan sampai melupakan aspek pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikannya perlu diperluas.
Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim  dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian.[1]
Pendekatannya ini sebenarnya berawal dari seni rupa. Munculnya'pendekatan ini tidak terlepas dari gerakan dalam bidang pendidikan yang berupaya untuk mencari keunggulan akademis yang sedang marak di Amerika Serikat waktu itu (Chapman 17). Disadari bahwa program pendidikan seni rupa di sekolah di Amerika Serikat
pada masa itu terutama memusatkan perhatiannya pada kegiatan studio dan menelantarkan disiplin ilmu kesenirupaan, khususnya menyangkut engetahuan seni rupa (termasuk sejarah seni rupa) dan knitik seni rupa. Pendukung dari pendekatan ini meyakini bahwa upaya pengembangan individual melalui seni rupa sama pentingnya dengan mempelajari ilmu seni rupa.
Pendekatan ini yang oleh Efland disebut sebagai Scientific Rationalist Stream, memandang seni rupa sebagai sebuah rumpun ilmu atau disiplin yang mesti dikuasai, dan pengajaran seni rupa mestilah terstruktur secara sistematis.[2]
Jeffers membedakan pendekatan ekspresi-diri dari pendekatan disiplin dengan menggunakan metafora yang populer dalam dunia pendidikan yakni metafora pertumbuhan alamiah dan pembentukan. Metafora pertumbuhan alamiah memandang anak sebagai sekuntum bunga atau tanaman, guru sebagai pemelihara kebun, dan sekolah sebagai kebun (18). Guru sebagai pemelihara kebun haruslah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga anak sebagai tanaman tumbuh secara alamiah. Metafora ini, menurut jeffers, sesuai dengan dasar pemikiran dan praktik pelaksanaan  pendidikan seni rupa dan pendekatan ekspresi-diri (18). Pada sisi lain, metafora pembentukan memandang anak sebagai tanah hat dan guru adalah pematung. Gurulah yang amat menentukan bentuk dari sang tanah hat. Anak sebagai tanah hat tidak berada pada posisi untuk memilih atau menolak bentuk akhir dan dirinya sendiri. Metafora ini dianggap mencerminkan darsar pemikiran dari pendekatan disiplin
Lalu implikasinya dengan PAI adalah bahwa dengan pendekatan ini PAI selain dibawakan dengan kebebasan berekspresi namun juga nilai-nilai keilmuan yang ingin disampaikan oleh PAI tidak terlupakan. Karya seni yang dihasilkan dalam PAI tidak hanya diartikan sebagai produk seni yang terlupakan nilai-nilai substansinya. Namun nilai-nilai tersebut dapat direfleksikan langsung oleh peserta didik. Sehingga nilai pendidikan yang ingin disampaikan PAI dapat benar-benar tersampaikan dengan baik.
2.      Pendekatan Multikultural
            Pada tahun 2000 silam, sekitar empat ratus ilmuwan independen, yang diprakarsai oleh Nurcholis Majid, Emil Salim dll berkumpul di Bali untuk mencari solusi keterpurukan tata negara kita. Salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut  adalah pentingnya pendidikan multikultural. Salah satu alasan dalam merekomendasikan hal tersebut ialah pendidikan agama belum berhasil memerankan fungsinya membina kearifan tunas-tunas bangsa dalam menyikapi realitas sosial budaya yang plural.[3]
            Dengan demikian, cukup beralasan sekiranya dikatakan bahwa upaya mewujudkan pendidikan multikultural menghadapi tiga tantangan utama yaitu (1) agama, etnisitas, dan tradisi, (2) kepercayaan, (3) toleransi.[4]  Salah satu upaya mewujudkan hubungan yang harmonis adalah melalui kegiatan edukasi dalam rangka menumbuhkembangkan kearifan pemahaman, kesadaran, sikap dan perilaku peserta didik terhadap keragaman agama, budaya dan masyarakat. Dengan pengertian itu pendidikan multikultura mencakup pendidikan agama dan pendidikan umum yang mengindonesia karena responsif terhadap peluang dan tantangan kemajemukan agama, budaya dan masyarakat Indonesia. Tentu saia pendidikan multikultural tidak sekedar membutuhkan pendidikan agama melainkan juga pendidikan religiusitas.
            Pendidikan religiusitas mengandung arti pendidikan yang tidak sebatas mengenalkan kepada peserta didik ajaran agama yang dianutnya, melainkan juga mengajarkannya penghayatan kemanusiaan visi kemanusiaan aiaran agama tersebut.[5] Pendidikan gama di Indonesia memiliki dua fungsi diantaranya mendukung kebutuhan agama para peserta didik untuk memperkuat keimanan mereka dan untuk meningkatkan sikap saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda, kerukunan antar agama dan persatuan dan kesatuan nasional.[6] Dengan obyektifikasi Islam, ia adalah artikulasi Islam dalam semangat kebangsaan yang plural dan titik temu berbagai agama yang ada untuk mewujudkan kerukunan hidup bersama. Pendidikan agama diharapkan mampu menyalakan nyali peserta didikuntuk mengarungi kehidupan dalam dekapan kemajemukan agama, budaya, dan masyarakat tanpa merasa terancam sedikit pun oleh keberadaan orang lain.
            Sejalan dengan tanggung jawab tersebut , M. Amin Abdullah menggaris bawahi lima tugas utama pendidikan agama Islam, khususnya di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), dalam menghadapi keragaman agama yaitu (1) mengenalkan isu-isu kontemporer yang dihadapi umat Islam, bersamaan dengan upaya menjelaskan  ajaran Islam klasik, (2) mengarahkan tujuan uama Islam pada permasalahan mengenai hubungan antar manusia,(3) mengkontekstualisasikan Islam, (4) mengkritisi penenekanan pendidikan agama hanya pada domai kognitif, dan (5) mendedikasikan Islam tidak semata-mata untuk pengembangan moralitas individu, melainkan juga publik.[7] Salah satu sasaran tujuan dari tugas utama tersebut adalah pendidikan agama bisa membekali peserta didik kecakapan hidup berupakemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi dalam sepanjang hidupnya ditengah masyarakatnya yang plural.[8]
Sudah saatnya pendidikan agama lebih menekankan transformasi nilai-nilai keagamaan dan moral dari pada sekedar transfer ilmu agama (kognitif). Sebab, pendidikan agama tidak hanya terbatas pada pengajaran agama, dengan demikian pendidikan agama hendaknya bekisar pada dua dimensi hidup yaitu penanaman rasa takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui penghayatan yang mendalam terhadap makna ibadah dan perenungan mendalam terhadap alam semesta dan kehidupan. Terkait dengan dimensi ini, nilai-nilai mendasar yang pelu ditanamkan dalam kegiatan pendidikan  antara lain: iman, islam ihsan, ikhlas, syukur dan sabar. Dimensi yang kedua yaitu pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesama, pendidikan bermaksud mengembangkan moralitas individu dan publik peserta didik. Untuk itu, termasuk nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah: persaudaraan, persamaan, rendah hati, lapang dada, baik sangka, tepat janji dan silaturrahim.
3.      Pendekatan Ekspresi Bebas
Pendekatan ekspresi bebas bercirikan pemberian kesempatan bagi anak untuk menyatakan dirinya secara tidak terganggu melalui seni dalam kegiatan pembelajaran.
Contoh Langkah Kegiatan Pembelajaran seni dan budaya melalui
pendekatan ekspresi bebas
:
         Guru menunjukkan rekaman video/visual/foto sebagai bahan pengamatan atau apresiasi kepada siswa disertai cerita tentang video dan foto tersebut.
         Siswa melakukan pengamatan dengan memperhatikan video visual dan foto yang disampaikan guru.
         Siswa memberikan penilaian terhadap obyek yang dilihat dan menghayati.
         Siswa mengekspresikan obyek yang dilihat.
         Siswa dengan panduan guru membuat kreasi baru berdasarkan obyek yang dilihat dalam proses apresiasi
B.     Karakteristik pendekatan seni budaya, mengedepankan :
1.      Olah rasa
Fransesco (1958), seorang ahli pendidikan seni rupa mengemukakan tugas pendidikan seni rupa antara lain sebagai penghalus rasa, mengembangkan daya cipta, dan pendidikan emosi. Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman modern. Dalam seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat.
  1. Ekspresi diri pendidik
Peranan pendidik adalah memberi inspirasi, memberi kejelasan / klarifikasi, membantu menerjemahkan gagasan perasaan dan reaksi siswa ke dalam bentuk-bentuk karya seni yang terorganisasi secara estetis (Jefferson, 1969); atau, menciptakan iklim yang menunjang bagi kegiatan “menemukan”, “eksplorasi” dan “produksi”. Peranan ini dapat dimainkan pendidik, baik pada saat awal ataupun di tengah pelajaran sedang berlangsung. Tentu saja, untuk dapat berperan seperti ini pendidik perlu “mengasah” kepekaan rasa seninya secara memadai, melalui kegiatan belajar yang terus-menerus (belajar bisa diartikan: mengamati, menghayati, mengkaji atau berkarya).
  1. Kreativitas pendidik dan peserta didik
Aspek kreativiitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apalagi di masa pembangunan ini, orang yang  berdaya kreatif sangat dibutuhkan guna mengembangkan ide-ide yang konstruktif yang akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam memajukan kehidupan dan berkebudayaan.  Pembinaan kreativitas manusia sebaiknya dilakukan sejak anak-anak. Kondisi lingkungan yang kreatif dan tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif bagi anak-anak akan sangat membantu dalam mengembangkan  budaya kreativitasnya. Perlu dingat bahwa dunia anak-anak merupakan awal perkembangan kreativitasnya. Kreativitas itu nampak di awal kehidupan anakk dan tampil untuk pertama kalinya dalam bentuk permainan anak-anak (Hurlock, 1985:328).   Seni sebagai bagian dari kegiatan bermain menempati kedudukan yang sangat penting dalam pendidikan umum, terutama di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, jika kita ingin memanfaatkan masa keemasan berekspresi secara kreatif untuk membina dan mengembangkan kreativitas anak-anak pada usia dini.  Masa keemasan berekspresi kreatif adalah pandangan Pierre Duquette yang menyediakan makalah untuk seminar Pendidikan Seni Rupa Internasional yang diselenggarakan di Bristol. Ia juga menegaskan bahwa pada anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun merupakan the golden age of creative expression. Ekspresi artistik merupakan salah satu kebutuhan anak-anak, oleh karena itu kebebasan berkarya dengan berbagai media dan metode pada kegiatan seni anak-anak menjadi pendekatan utama dalam pendidikan seni rupa.[9]
  1. Apresiasi warisan budaya adiluhung
Pendidikan seni dapat menghaluskan rasa, dan mengembangkan daya cipta, serta mencintai kebudayaan nasional, bahkan menghargai hasil-hasil kebudayan / kesenian dari bangsa manapun. Hal ini diperlukan dalam rangka menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, yang ditandai dengan arus globalisasi akibat ledakan teknologi komunikasi.
  1. Revitalisasi nilai-nilai seni budaya yang menjadi identitas bangsa



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendekatan-pendekatan seni budaya:
·         Pendekatan Disiplin Ilmu
·         Pendekatan Multikultural
·         Pendekatan Ekspresi Bebas
Karakteristik Pendekatan Seni Budaya, mengedepankan :
·         Olah rasa
·         Ekspresi diri pendidik
·         Kreativitas pendidik dan peserta didik
·         Apresiasi warisan budaya adiluhung
·         Revitalisasi nilai-nilai seni budaya yang menjadi identitas bangsa





DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,  M. Amin, 2010, Membangun Perguruan Tinggi Islam Unggul dan Terkemuka Yogyakarta: Suka Press.
Baidhawy, Zakiyudin,  2005, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,  Jakarta: Erlangga
Majid, Nurcholis, Islam, Doktrin dan Peradaban,
Nanang, Ganda Prawira, 1997, Seni Rupa dan Pendidikan, Bandung: PGSD
Tarmizi Taher, Menuju Ummatan,
Tilaar, H.A.R. 2005, Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural, Jakarta: Buku Kompas
Salam, Sofyan, PENDEKATAN EKSPRESI-DIRI, DISIPLIN, DAN MULTIKULTURAL DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA, Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001
Zamroni, Pendidikan Agama dan Demokrasi
http://ulfakarunia.blogspot.com/2012/07/pendekatan-erbasis-disiplin-ilmu.html





[1] http://ulfakarunia.blogspot.com/2012/07/pendekatan-erbasis-disiplin-ilmu.html
[2] Sofyan Salam, PENDEKATAN EKSPRESI-DIRI, DISIPLIN, DAN MULTIKULTURAL DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA (Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001) hal 7-8
[3] Zakiyudin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, ( Jakarta : Erlangga, 2005) hlm. 13
[4] H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural ( Jakarta: Buku Kompas,2005) hlm.268
[5] Nurcholis Majid, Islam, Doktrin dan Peradaban, hlm 18-19
[6] Tarmizi Taher, Menuju Ummatan, hlm 72
[7] M. Amin Abdullah, Membangun Perguruan Tinggi Islam Unggul dan Terkemuka (Yogyakarta: Suka Press,2010), hlm 139-140
[8] Zamroni, Pendidikan Agama dan Demokrasi, hlm 228
[9] Ganda Prawira, Nanang, Seni Rupa dan Pendidikan, (Bandung: PGSD, 1997).

0 Comments:

Post a Comment