Header Ads

23 August 2016

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Hasil gambar untuk LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Landasan Pengembangan kurikulum


Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum



NAMA :
Achmad Siddicq                             (NIM: 13410171)
Munirotul Umayyah                        (NIM: 13410   )
Maulana Luthfi Karim        (NIM: 13410231)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP
2013/2014



KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Landasan Pengembangan Kurikulum” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan dan bagi siswa yang sedang menempuh pembelajaran yang berkenaan dengan Pengembangan Kurikulum.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Sukiman, M. Pd. selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan sangat diharapkan dari penyusun.


                                                                                                                        Yogyakarta, 25 September 2014


                                                                                                                                   Penulis


DAFTAR ISI








bab i

Pendahuluan

A.      Latar Belakang

Kurikulum merupakan pedoman bagi berjalannya pembelajaran di lembaga pendidikan. Dalam kurikulum juga memuat tujuan pendidikan secara umum yang hendak dicapai. Hal ini menyebabkan kurikulum menjadi hal yang sangat penting dan paling berpengaruh bagi berjalannya suatu pembelajaran.
Seiring dengan perkembangan zaman banyak perubahan yang terjadi seperti pola hidup, pola berfikir, tantangan dan tuntutan zaman. Mengubah juga tujuan pendidikan agar relevan dengan perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum yang dilakukan haruslah berdasarkan landasan yang jelas dan valid agar kurikulum yang dihasilkan juga valid dan relevan. Sehingga output dari pembelajaran yang dilakukan bisa menghasilkan lulusan yang kompeten dan bisa menghadapi tuntutan zaman.

B.       Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian pengembangan kurikulum!
2. Jelaskan landasan pengembangan kurikulum!

C.      Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat menjelasan pengertian pengembangan kurikulum.
2. Mahasiswa dapat menjelasan landasan pengembangan kurikulum.


Bab ii

pembahasan

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Ditinjau dari segi bahasa definisi pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah meliputi proses, cara, perbuatan mengembangkan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni curriculae, yaitu curir (pelari) dan curere (tempat berpacu,) maka, secara singkat, kurikulum dapat diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh siswa yang bertujuan memperoleh ijazah.[1]
Sementara definisi kurikulum menurut para ahli antara lain, menurut Olivia yang menyatakan bahwa Kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan.
Dengan lebih sempit lagi, Miller dan Seller mendefinisikan bahwa Kurikulum adalah seperangkat mata pelajran. Kurikulum juga merupakan interaksi antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[2]
No. 20 tahun 003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19)  Menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai  tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pedoman penyelenggaraan  kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada  pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis  pendidikan dalam kerangka NKRI dengan memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia; 
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; 
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan; 
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 
6. Tuntutan dunia kerja; 
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 
8. Agama; 
9. Dinamika perkembangan global; dan 
10.persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan 

Lebih terperinci lagi, Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu mengkaji konsep, asumsi, teori – teori dan prinsip- prinsip dasar tentang kurikulum.
Jadi, adanya istilah pengembangan kurikulum dalam pendidikan ini jelas menunjukkan bahwa sebenarnya kurikulum bukan hanya sebuah kitab suci yang luput dari rekonstruksi. Perubahan kondisi sosial, politik dan budaya masyarakat dimana kurikulum itu diterapkan, memberikan kontribusi besar bagi dinamisme kurikulum yang dianut insan pendidikan. Intinya, pengembangan kurikulum merupakan bukti nyata bahwa kurikulum memang diharuskan mengalami evolusi selaras dengan perkembangan masyarakat.[3]
Secara teoritis kurikulum dapat berkembang kapan saja sesuai kebutuhan namun harus memperhatikan beberapa pertimbangan menurut Kemendikbud seperti:[4]

B. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

Saat akan melakukan sesuatu haruslah mempunyai dasar yang jelas. Apalagi saat membuat kurikulum mengingat kurikulum merupakan acuan dasar yang dipakai dalam menjalankan suatu kegiatan pendidikan. Kurikulum yang akan dibuat atau pengembangannya harus didasari dari berbagai aspek, jelas Sukiman dalam bukunya “Pengembangan Kurikulum” menyebutkan terdapat 5 dasar yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan kurikulum.[5]

1. Landasan filosofis

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”, yang ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, juga guru, orang tua, masyarakat, dan bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, bahan pelajaran, cara mengajar, dan cara menilai.[6] Lembaga pendidikan yang tidak berlandaskan agama akan berbeda dengan lembaga yang memegang kuat unsur keagamaan baik itu dalam segi materi, cara mengajar, nilai-nilai yang terkandung maupun tujuan lembaga penidikan tersebut. Lembaga pendidikan Islam tentu semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran akan mengandung unsur keislamannya, bisa langsung diutarakan layaknya materi maupun hidden curriculum yang berupa nilai-nilai Islami.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum jurusan PAI UIN Sunan Kalijaga didasarkan pada kesadaran bahwa persoalan kehidupan manusia bersifat kompleks dan multi dimensi. Upaya memecahkan masalah tidak bisa hanya dengan menggunakan pendekatan yang parsial. Misalnya hanya mengandalkan peran ilmu modern dan teknologi semata, tetapi membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terpadu dan mendalam antar berbagai disiplin ilmu. Persoalan- persoalan manusia yang rumit misalnya adalah kemiskinan dan kebahagiaan hidup.[7] Oleh karena itu, hanya menggunakan satu disiplin ilmu saja, dapat dikatakan sebagai sikap yang tidak bijaksana. Karena satu disiplin ilmu itu hanyalah mewakili satu sisi saja dari kompleksitas persoalan kehidupan manusia.berdasarkan kesadaran tersebut.
Maka UIN termasuk di dalamnya jurusa PAI merasa perlu untuk mengkonstruk paradigma keilmuan baru, paradigma yang dimaksud adalah keilmuan yang menyatukan pengetahuan dari Tuhan dan pengetahuan yang berasal dari manusia. Perpaduan antara kedua jenis pengetahuan tersebut oleh Amin Abdullah disebut dengan pola pengembangan keilmuan yang bersifat teoantroposentris-integratif-interkonektif.[8] Paradigma keilmuan ini diarahkan untuk mengatasi kelemahan paradigma yang berkembang selama ini yang bersifat dikhotomis. Di satu sisi paradigma keilmuan modern dan teknologi yang berkembang pesat di barat lebih bersifat antroposentris. Sedang di sisi lain ilmu-ilmu yang berkembang di dunia islam lebih bersifat teosentris. Dikhotomi keilmuan seperti ini dinilai kurang fungsional dalam mengatasi persoalan kehidupan manusia yang bersifat kompleks dan multi dimensi.
Dengan pengembangan kurikulum yang dijiwai oleh semangat integrasi-interkoneksi keilmuan tersebut diharapkan mampu melahirkan output yang memiliki cara pandang keilmuan yang tidak lagi bersifat dangkal melainkan sebaliknya, luas dan komprehensif. Selain itu diharapkan pula output PAI menjadi sosok manusia yang beragama yang terampil dalam menganalisis dan menangani isu-isu yang menyentuh masalah kemanusiaan dan keagamaan dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif dan integratif.

2. Landasan psikologis

Menurut Nana Sudjana ada dua cabang psikologis yang sangat penting bagi landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan bermanfaat bagi penyusunan isi kurikulum agar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Sedangkan psikologi belajar memberikan sumbangan terhadap kurikulum dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinnya.[9]
Keduanya sangat dibutuhkan dalam mengembangkan sebuah kurikulum. Dengan berlandaskan psikologi perkembangan, kurikulum yang dibuat akan bisa menyesuaikan bobot materi dan beban yang ditanggung oleh peserta didik. Sehingga peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Artinya peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi yang diluar batas kemampuannya, namun juga bukan mempelajari materi yang terlalu mudah.
Tujuan dilandasi pengembangan kurikulum dengan psikologi belajar adalah untuk mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi belajar. Pemahaman yang luas dan komprehensif tentang berbagai teori belajar akan memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi para pengembang kurikulum.[10] Dengan landasan ini kurikulum yang dibuat akan lebih bisa menyesuaikan cara belajar dan metode yang tepat untuk diterapkan di pembelajaran secara efektif.

3. Landasan sosial budaya

Yang dimaksud dengan landasan sosial budaya adalah pentingnya aspek-aspek sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum. Hal ini dikarenakan pendidikan lahir dari, oleh dan untuk masyarakat dan budaya.[11]
Tujuan utama pendidikan adalah mendidik peserta didik dengan cara yang manusiawi sehingga bisa hidup dalam masyarakat dan melestarikan budayanya. Pendidikan bukan hanya sekedar kemampuan kognisi saja, namun yang lebih penting adalah afeksi atau sikap berbudaya lokal yang harus ditingkatkan. Mengingat sekarang banyak sekolah atau madrasah yang lebih mementingkan kemampuan secara kognitif saja tanpa memperdulikan pendidikan moral dan kebudayaan lokal yang ada. Oleh karena itu, Kurikulum yang bagus adalah kurikulum yang memuat kebudayaan lokal dan pendidikan moral yang bagus sehingga bisa hidup ditengah-tengah masyarakat dengan sopan dan santun tanpa menyimpang norma adat yang berlaku di masyarakat.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata yang dikutip oleh Sukiman dalam bukunya Pengembangan Kurikulum menyebutkan terdapat 3 (tiga) sifat penting pendidikan dalam hubungannya dengan masyarakat.[12]
a.  Pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai
Pendidikan dibuat untuk pengembangan pribadi peserta didik agar sesuai dengan kebudayaan masyarakat setempat. Sehingga pendidikan yang ada didalam sekolah sinkron dengan pendidikan yang ada di masyarakat.
b.  Pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat
Pendidikan bukan hanya diperuntukkan wilayah pendidikan itu sendiri, namun pendidikan juga diperuntukkan untuk masyarakat pada umumnya. Karena selain dilingkungan sekolah, peserta didik juga hidup di masyarakat.
c.  Pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat
Berlangsungnya kehidupan pendidikan bertempat dilingkungan masyarakat, oleh karena itu kehidupan masyarakat disekitar tempat berlangsungnya pendidikan juga sangat berpengaruh. Pelaksanaan pendidikan juga membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat sebagai penyedia fasilitas, personalis, sistem sosial budaya, politik, keamanan dan lain-lain.
Pendidikan dengan budaya mempunyai kaitan yang sangat erat, karena pendidikan merupakan salah satu proses kebudayaan. Pendidikan bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang berbudaya dengan cara dihadapkan dengan budaya manusia, dididik, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya.[13] Budaya setiap daerah bisa berbeda-beda oleh karena itu pendidikan yang diajarkan disekolah pun berbeda-beda perihal pelajaran budaya, atau dalam istilah kurikulum disebut muatan lokal.

4. Landasan agama

Landasan ini muncul dari pemikir pendidikan Islam yang mempunyai pendirian yang bahwa segala sistem yang ada dalam masyarakat, termasuk pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran agama.[14] Tanpa menafikan agama selain Islam, karena hanya Islam lah yang sumber ajaran maupun cabang ajarannya memuat perihal pendidikan paling banyak. Baik itu mencakup mengenai sistem perancanaan pendidikan maupun teknik sebagai praktik nyatanya termuat dalam sumber ajaran agama Islam.
Terdapat 3 Sumber pokok dalam ajaran agama Islam yang dijadikan rumusan tujuan pendidikan, materi maupun strategi pelaksanaannya. Yang pertama adalah Al Quran sebagai sumber utama yang diturunkan berdasarkan wahyu dari Allah yang tidak pernah berubah sepanjang zaman. Al Hadist yang merupakan perkataan, perbuatan maupun diamnya Nabi Muhammad yang digunakan sebagai penjelas sumber pertama. Yang ketiga adalah Ijtihad yang merupakan penjelasan rasionalis dari pemikir-pemikir Islam yang didasarkan pada kedua sumber diatas.
Sukiman mengungkapkan bahwa peran agama dan filsafat dalam pendidikan bisa saling melengkapi. Agama yang bersumber pada wahyu yang sifat kebenarannya mutlak akan memberikan jawaban dan arahan yang tidak bisa diberikan oleh filsafat. Sementara filsafat yang bersumber utamanya adalah hasil perenungan pemikiran manusia akan memberikan perincian lebih lanjut atas jawaban yang diberikan agama yang mungkin masih bersifat global.[15] Pemikiran yang dihasilkan dari kedua landasan ini (filosofis dan agama) hakikatnya sama, namun hanya sumber dan metodenya saja yang berbeda.

5. Landasan organisatoris

Landasan membahas masalah dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran dalam kurikulumakan disusun, dikelompokkan dan disajikan? Menurut S. Nasution yang dikutip oleh Sukiman mengelompokkan organisasi kurikulum menjadi dua kelompok besar, yaitu:[16]

a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Curriculum)

1) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran terpisah (separate subject curriculum)
2) Kurikulum mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)

b. Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum)

1) Kurikulum inti (Core Curriculum)
2) Kurikulum pengalaman (Activity Curriculum)
Dari kedua jenis kurikulum ini tidak ada kurikulum yang lebih baik atau lebih jelek. Kedua kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing jika dilihat dari berbagai segi. Perbedaan yang sangat mencolok antara kedua jenis kurikulum ini adalah pada pemisahan mata pelajarannya. Pada kurikulum berdasarkan mata pelajaran berkeyakinan bahwa dengan memisah per mata pelajaran akan lebih memfokskan konsentrasi pada peserta didik, sehingga peserta didik bisa lebih mendalami setiap mata pelajaran secara utuh. Namun bagi yang mengintegrasikan kurikulum lebih berkeyanikan untuk mengutamakan keseluruhan, karena saat membahas mata pelajaran secara keseluruhan akan lebih bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Selain itu pada hakekatnya semua mata pelajaran mempunyai hubungan-hubungan yang saling berkaitan satu sama lain.[17]
Pada semua jenjang untuk kurikulum 2013 sudah menerapkan kurikulum yang terintegrasi untuk dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya sehingga konten pembelajaran terkait satu sama lain (kurikulum tematik integratif)[18]. Sedangkan untuk kurikulum yang berbasis pada mata pelajaran sudah sering diterapkan pada kurikulum KTSP dengan memisahkan tiap mata pelajaran.
Dari berbagai landasan-landasan pemilihan kurikulum yang sudah disebutkan, diharapkan pada akhirnya pembaca kelak bisa menentukan kurikulum yang tepat bagi sekolahnya kelak saat menjadi kepala sekolah. Bisa juga saat menjadi seorang guru bisa memilih teknik mengajar yang tepat diajarkan kepada peserta didik menurut pertimbangan-pertimbangan yang ada. Kurikulum hanyalah sebuah pedoman pengajaran, tanpa adanya penjabaran dari guru tidak akan terbaca oleh murid, oleh karenanya seorang guru diharapkan bisa menerjemahkan isi kurikulum dengan penjabarannya sendiri atau bersama berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah disebutkan.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, kelima pertimbangan diatas menjadi hal yang wajib diketahui dan difikir secara matang sebelum membuat atau mengembangkan kurikulum yang ada. Karena kurikulum yang ada harus benar-benar matang sebelum diujicobakan ke peserta didik. Jika saat mengembangkan suatu kurikulum sudah memikirkan masak-masak perihal kelima pertimbangan tersebut sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat, peserta didik, visi dan misi, serta sumber daya yang ada, niscaya pendidikan akan berjalan dengan baik dan sempurna.


Bab iii

Penutup

A. Kesimpulan

Kurikulum bukanlah sesuatu yang statis. Kurikulum disusun agar dunia pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang terus berkembang dalam masyarakat. Jika masyarakatnya berubah, kurikulumnya juga harus disesuaikan. Jika tidak, maka sistem pendidikan formal yang ada akan ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya.
Dalam mengembangkan kurikulum terdapat beberapa landasan yang dibutuhkan agar kurikulum yang dihasilkan relevan dengan perkembangan zaman dan mampu menjawab tantangan zaman, meliput landasan filosofis berkenaan mengenai tujuan pendidikan, landasan psikologis yang mempertimbangkan kondisi peserta didik sebagai subjek pembelajaran, landasan sosial budaya yang membahas mengenai keadaan dan perkembangan masyarakat dan budayanya, landasan agama sebagai dasar pengembangan kurikulum dengan validitas tertinggi, dan landasan organisatoris yang membahas tentang pengelompokan mata pelajaran ataukah pengintegrasian mata pelajaran.

B. Kritik dan Saran

Perubahan kurikulum itu mutlak adanya dan diperlukan untuk menjawab tuntutan zaman. Namun pengembangan kurikulum hendaknya diberlakukan dengan sistem yang berkala dan jelas masanya, sehingga implementasinya bisa berjalan sesuai rencana. Kemudian selang pergantian kurikulum lebih baik dalam waktu yang relatif lama mengingat wilayah Indonesia yang luas dengan perbedaan budaya dan tingkat pengetahuannya.


DAFTAR PUSTAKA


Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Kemendikbud. 2012. Pegembangan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud

Setiasih Ocih. 2007. Landasan Pengembangan Kurikulum. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Soeparto. 2012. Pengembangan Kurikulum SD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sujana, Nana.2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. (Sinar Baru Algensindo. 2005

Sukiman. 2013. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: FITK UIN Sunan Kalijaga. 2013





[1] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) Hlm 16.
[2] Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Sinar Baru Algensindo, 2005)

[3] Soeparto, Pengembangan Kurikulum SD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 3.
[4] Kemendikbud, Pngembangan Kurikulum 2013, (Jakarta: Kemendikbud, 2012) hlm 8.
[5] Sukiman, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: FITK UIN Sunan Kalijaga, 2013) hlm 33
[6] Soeparto, Op.Cit., hlm 16
[7] Sukiman, Op. Cit.,
[8] Ibid.,
[9] Ibid.,
[10] Ocih Setiasih, Landasan Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2007) hlm 28.
[11] Sukiman, Op.Cit., hlm 39
[12] Ibid.
[13] Ibid., hlm 40.
[14] Ibid., hlm 41.
[15] Ibid.
[16] Ibid., hlm 42.
[17] Ibid., hlm. 42.
[18] Kemendikbud., Op.Cit., hlm 83

0 Comments:

Post a Comment