Header Ads

24 August 2016

Perkembangan Kognitif pada masa bayi



Hasil gambar untuk Perkembangan Kognitif pada masa bayi
Perkembangan Kognitif pada masa bayi
Menurut Piaget, perkembangan pemikiran dibagi ke dalam empat tahap yang secara kualitatif sangat berbeda: sensoris motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Disini yang dibahas kita adalah pada tahap yang menandai pemikiran bayi, yaitu tahap sensoris-motorik.
Tahap Perkembangan Sensoris-Motorik
Tahap sensorik motorik Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira usia 2 tahun, sama dengan periode masa bayi. Selama masa ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar  dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik, oleh karena itu namanya sensoris motorik.
Pada permulaan tahap sensoris-motorik, bayi memiliki lebih dari sekedar refleks yang digunakannya untuk bekerja. Pada akhir tahap ini, anak berusia 2 tahun memiliki pola-pola sensoris-motorik yang kompleks dan mulai berkomunikasi dengan suatu sistem simbol yang primitif. Tidak seperti tahap-tahap lain, tahap sensoris-motorik dibagi lagi kedalam subtahap, yang masing-masing meliputi perubahan-perubahan kualitatif tahapan organisasi sensoris-motorik. [1] Subtahap perkembangan sensoris-motorik adalah:
a.    Refleks  sederhana (simple reflexes)
Ialah subtahap sensoris-motorik pertama Piaget, yang terjadi  pada bulan pertama setelah kelahiran. Pada subtahap ini, alat dasar koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku refleksif, seperti mencari dan mengisap, yang dimiliki bayi sejak kelahiran. Pada subtahap 1, bayi melatih seluruh refleks ini. Yang lebih penting bayi mengembangkan suatu kemampuan untuk menghasilkan perilaku yang menyerupai refleks dalam ketiadaan rangsang refleksif yang jelas.
b.    Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer 
Ialah subtahap sensoris-motorik yang kedua Piaget, yang berkembang antara usia 1 sampai 4 bulan. Pada subtahap ini, bayi belajar mengkoordinasikan sensasi dan tipe skema atau struktur- yaitu, kebiasaan-kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler primer. Suatu kebiasaan adalah suatu skema yang didasarkan atas satu refleks yang sederhana, seperti mengisap, yang sama sekali telah menjadi terpisah dari rangsangan yang mendatangkannya. Misalnya, seorang bayi pada subtahap 1 akan menghispa bila secara oral dirangsang oleh suatu botol atau bila secara visual diperlihatkan botol, tetapi seorang bayi pada subtahap 2 dapat melatih skema isapan bahkan bila tidak ada botol muncul.
Reaksi sirkuler primer ialah suatu skema yang didasarkan pada usaha bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang menarik atau menyenangkan yang pada mulanya terjadi secara kebetulan. Dalam suatu contoh Piaget yang populer, seorang anak secara kebetulan mengisap jarinya ketika jarinya ditempatkan di dekat mulutnya, kemudian ia mencari jarinya untuk dihisap lagi, tetapi jari “tidak bekerja sama” dalam pencarian karena bayi tidak dapat mengkoordinasikan tindakan visual dan tindakan manual. Dalam tahap ini bayi mengulang-ulang kebiasaan dan reaksi itu dengan cara yang sama setiap saat. Tubuh bayi itu sendiri merupakan pusat perhatian dan tidak ada unsur-unsur lain dari luar lingkungan bayi.
c.    Reaksi sirkuler sekunder
Ialah subtahap sensoris-motorik yang ketiga Piaget, yang berkembang antara usia 4 sampai 8 bulan. Pada subtahap ini bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak di dalam keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensoris-motorik.
Kesempatan menggoyang-goyangkan suatu mainan bayi yang bunyi kertak-kertak misalnya, dapat menakjubkan bayi, dan bayi akan mengulangi tindakan ini dalam rangka mengalami ketakjuban.  Bayi meniru beberapa tindakan sederhana orang lain, seperti berbicara atau menarik orang dewasa, dan beberapa gerakan fisik. Akan tetapi, imitasi ini terbatas pada tindakan-tindakan yang sudah dapat dihasilkan oleh bayi itu. Walaupun diarahkan kepada benda-benda di dunia, skema bayi kekurangan suatu kualitas yang direncanakan atau di sengaja, yang diarahkan kepada tujuan.
d.   Koordinasi reaksi sirkuler sekunder
Ialah subtahap sensoris-motorik yang keempat Piaget, yang berkembang antara usia 8 sampai 12 bulan. Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung yang meliputi koordinasi skema dan kesengajaan. Bayi dapat mengkombinasikan dan mengkombinasikan ulang skema yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara yang terkoordinasi. Bayi dapat melihat pada suatu benda dan memegangnya secara serentak, atau secara visual memeriksa suatu mainan, seperti mainan bayi yang kalau digoyang-goyangkan menghasilkan bunyi kertak-kertak, dan menyentuhnya secara serentak dalam “ penjelajahan” sentuhan yang jelas. tindakan-tindakannya kini bahkan lebih terarah diluar dirinya dibandingkan dengan sebelumnya.
e.    Reaksi sirkuler tersier, pencarian, dan keingintahuan
Ialah subtahap sensoris-motorik yang kelima Piaget, yang berkembang antara usia 12 sampai  18 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyaknya hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu. Balok dapat di buat jatuh, berputar, menabrak benda lain, beputar-putar diatas tanah, dan lain-lain. Reaksi sirkuler tersier adalah skema dimana bayi dengan tujuan tertentu menjelajahi kemungkinan-kemungkinan baru pada benda-benda dan terus-menerus mengubah apa yang dilakukan terhadap benda-benda itu dan mengamati hasilnya. Piaget mengatakan bahwa tahap ini menandai titik awal perkembangan bagi keingintahuan dan minat manusia pada sesuatu yang baru. Pada bab ini, reaksi-reaksi sirkuler yang terjadi pada tahap sebelumnya lebih diarahkan secara eksklusif untuk memproduksi peristiwa-peristiwa yang dialami bayi, tanpa ada imitasi tindakan-tinadakan baru, yang baru mulai terjadi pada subtahap 4.
f.     Internalisasi skema
Ialah subtahap sensoris-motorik yang keenam Piaget, yang berkembang antara usia 18 - 24 bulan. Pada subtahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensoris-motorik murni menjadi suatu taraf simbolis, dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitif. Bagi Piaget, simbol ialah representasi peristiwa yang dialami bayi melalui sensoris gambar atau kata yang terinternalisasi dalam dirinya. Simbol-simbol primitif memungkinkan bayi memikirkan peristiwa-peristiwa konkret tanpa secara langsung melakukan atau melihatnya. Selain itu, simbol memungkinkan bayi untuk memanipulasi dan mentransformasikan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dengan cara sederhana. Dalam suatu contoh yang disenangi Piaget, putri kecil Piagt melihat suatu kotak korek api sedang dibuka dan ditutup, suatu hari kemudian, ia meniru peristiwa itu dengan membuka dan menutup mulutnya. Ini merupakan ekspresi yang jelas tentang gambarannya terhadap peristiwa itu. Pada contoh lain, seorang anak membuka pintu pelan-pelan agar setumpuk kertas yang  diletakkan diatas lantai tidak terbang kemana-mana. Dengan jelas anak memiliki suatu gambaran atas kertas yang belum pernah ia lihat sebelumnya dan apa yang akan terjadi pada kertas itu bila pintu dibuka dengan cepat. Walaupun begitu, para ahli perkembangan masih memperdebatkan apakah anak berusia 2 tahun benar-benar memiliki gambaran urutan peristiwa semacam itu dalam pikiran mereka.[2]




[1] Santrock, w john, Live-Span Development:Perkembangan Masa Hidup,Jakarta:Erlangga,2002.hal.167
[2] Santrock, w john, Live-Span Development:Perkembangan Masa Hidup,Jakarta:Erlangga,2002.hal.168-169.

0 Comments:

Post a Comment