Header Ads

24 August 2016

BAHASA DAN KOGNITIF

Hasil gambar untuk BAHASA DAN KOGNITIF
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan dengan kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan. Proses utama yang termasuk di dalam istilah kognisi adalah mendeteksi,menginterpretasi, mengklasifikasi, dan mengingat informasi, mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, dan menarik kesimpulan dari aturan.[1]
Dalam dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Mereka menangkap apa saja yang berbentuk simbolik yang ada di depan mereka dan pada masa ini anak-anak sudah mulai bisa membedakan antara benda-benda yang ada. Anak akan cenderung menggambarkan apa saja yang dilihat mereka secara simbolik. Pada masa ini, perlu adanya pengawasan oleh orang tua agar hal-hal yang dilihat seorang anak adalah hal yang positif. Namun, jika dilihat dari prakteknya para orang tua justru membiarkan anaknya begitu saja dan kurang adanya pengawasan, sehingga dikhawatirkan dapat terjadi salah persepsi dalam diri seorang anak ketika memahami apa yang dilihatnya . Sebagian dari mereka para orang tua belum menyadari atau bahkan belum mengetahui perkembangan kognitif seorang anak. Oleh karena itu, didalam makalah kami ini akan membahas perkembangan kognitif pada masa anak-anak agar nantinya dapat menjadi bahan baca dan menjadi solusi didalam mengasuh anak terutama memperhatikan kognitifnya.
Selain itu, kami juga membahas mengenai perkembangan bahasa. Karena perkembangan bahasa ini menurut piaget adalah aspek dari perkembangan kognitif. Dan disini perkembangan kognitif sangat mempengaruhi kemahiran berbahasa.[2]

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak?
2.      Bagaimana perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Kognitif
1.      Perkembangan kognitif pada masa awal perkembangan anak
            Dunia kognitif anak-anak prasekolah adalah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi. Didalam seni mereka matahari kadang-kadang berwarna hijau dan langit berwarna kuning. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mental mereka tentang dunia makin meningkat.[3]
Sesuai dengan teori kognitif Piaget maka perkembangan kognitif pada masa awal anak dinamakan praoperasional ( preoperational stage ), yang berlangsung dari usia 2-7 tahun. Pada tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat, dan kemudian lemah serta keyakinan terhadap hal yang magis terbentuk. Pemikiran praoprasional tidak lain dari masa tumbuh yang longgar bagi pemikiran operasional kongkrit walaupun label praoperasional menekankan bahwa anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional. Apa itu operasi? Menurut Piaget, operasi adalah perangkat tindakan terinternalisasi yang menungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan secara fisik sebelumnya. Sedangkan Pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan untuk merekontruksi pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan didalam perilaku.[4]
Pemikiran praoperasional dapat dibagi kedalam dua sub tahab:
a.       Sub tahab Fungsi Simbolis ( sub tahab prakonseptual )
Adalah subtahab pertama praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun. Pada subtahab ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir simbolis semcam itu disebut ” fungsi simbolis”, dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak. Misalnya, anak-anak kecil menggunakan desain coret-coret untuk menggambarkan mobil, alam manusia, dan lain lain.[5] Dengan berkembangnya kemampuan mensimbolisasikan ini maka anak memperluas ruang lingkup aktifitasnya yang menyangkut hal-hal yang sudah lewat ata hal-hal yang akan dating atau juga hal-hal yang sekarang. Kemunculan pemikiran simbolis pada subtahap operasional ini dianggap sebagai pencapaian kognitif yang paling penting. Melalui pemikiran simbolis anak-anak prasekolah dapat mengorganisir dan memproses apa yang mereka ketahui. Dengan demikian dalam subtahab prakonseptual, kemunculan fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan imajinatif dan peningkatan dalam peniruan.

b.      Sub tahap Intuitif.
Adalah subtahab kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahab ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut periode waktu ini “ intuitif “ karena anak-anak berusia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui. Maksudnya, mereka mengatakan mengetahui sesuatu tapi mengetahuinya tampa mengunakan pemikiran rasional. Misalnya, seorang anak diperlihatkan dua baris obyek yang identik yang setuju jumlahnya sama, kemudian satu baris dipanjangkan dan anak ditanya, apakah baris yang satu ini berisi lebih banyak obyek?  Jawaban anak : iya, baris lebih panjang. [6]

2.      Perkembangan kognitif  masa pertengahan dan akhir anak-anak.
Menurut teori kognitif Piaget, masa ini adalah masa pemikiran anak-anak usia sekolah dasar yang disebut pemikiran operasional konkrita. Menurut Piaget operasi adalah hubungan-hubungan logis atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur. Menut Piaget anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak  (Johnson dan medinnus, 1974). Hal ini adalah, karna pada masa ini anak telah mengembang 3 macam proses yang disebut operasi-operasi, yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas.
Negasi ( negation ). Pada masa operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya, tetapi pada masa konkrit operasional, anak memahami proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-benda, anak bisa – melalui kegiatan mentalnya -  mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.
Hubungan timbal-balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karna anak mengetahiu hubungan timbal balik antara panjang dengan kurang rapat atau sebaliknya, maka anak tau pula jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
Identitas. Anak pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan anak dapat mengetahui jumlahnya akan tetap sama (Gunarsa, 1990).[7]
Setelah mengkonversikan angka, maka akan bisa mengkonversikan dimensi-dimensi lain, seperti isi dan panjang. Kemampuan anak melakukan operasi-operasi mental dan kognitif ini memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukan. Jadi anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang kongkrit, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan kongkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.

B.     Perkembangan Bahasa
Pengertian dan Tipe Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang ataau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisandan mimik muka.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah SWT, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dituntut kemempuan berbahasa. Bahasa merupaka faktor esensial yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan bahasa manusia dapat mengenal dan memahami dirinya, sesama, dan lingkungan hidupnya. Manusia dapat mengutarakan ide-ide, gagasan, pemikiran, hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai melalui bahasa. Dengan bahasa pula manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kemempuan bahasa yang dimilikinya, manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya walaupun masing-masing berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
Dengan berbahasa, seorang anak diharapkan dapat memenuhi kemampuan yang berhubungan dengan :
1.         Pemahaman kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
2.         Pengembangan perbendaharaan kata: berkembangnya kemempuan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain diharapkan dapat menambah perbendaharaan katanya.
3.         Penyusunan kata menjadi kalimat: semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak, diharapkan ia mampu menyusun kata-kata tersebutdalam kalimat-kalimat yang sederhana. Seiring dengan meningkatnya usia dan semakin luas lingkup pergaulan anak maka tipe kalimat yang dapat disusun dan diucapkan akan semakin panjang dan bervariasi.
4.         Ucapan : dengan bertambahnya usia dan melalui proses belajar menirukan dan mencontoh orang lain disekitarnya, anak akan mampu mengucapkan dengan benar dan jelas lafal kata-kata tertentu yang pada mulanya dirasa sulit seperti huruf R, Z, W, G.
Tipe Perkembangan Bahasa
Ada dua tipe dalam perkembangan bahasa anak,
1.      Egocentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri ( monolog)
2.      Socialized specch, yang terjadi berlangsungnya kontak antara anak dan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini terbagi dalam lima bentuk :
a.       Adapted in formation, yaitu terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
b.      Critism, yaitu menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.


c.       Command (perintah), request (permintaan) dan threat ( ancaman).
d.      Questions (pertanyaan)
e.       Answers (penjawaban).


Berbicara monolog (egocentric specch) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak yang pada umumnya berusia 2-3 tahun, sementara “socialized speech” mengembangkan kemampuan kesesuaian social (social ad justment).
Tahapan perkembangan Bahasa pada masa anak-anak :
1.         Perkembangan Masa Anak-anak Awal
Dalam fase prakonseptual, seiring dengan kemunculan pemikiran simbolis, anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat. Perkembangan bahasa yang cepat ini dianggap sebagai hasil dari perkembangan simbolisasi. Dengan demikian pada masa ini anak-anak telah mengalami sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol. Ia juga dapat membedakan baerbagai benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda tersebut.
Disamping itu pada masa ini penguasaan kosakata anak juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang semakin panjang da makin bagus, menunjukan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sekali-kali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbul anak kalimat. Schaerlaekens (dalam Desmita, 2013), membeadakan perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak ini atas tiga yaitu, periode pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1 sampai 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecapan verbal) (Monks, Knoers & Haditono, 2001)
Penelitian Mar’at 1982 (dalam Desmita, 2013) di kota Bandung terhadap 30 anak balita mengenai perkembangan bahasa menunjukkan bahwa anak-anak juga mengikuti tingkatan perkembangan bahasa sebagaimana yang disebutka oleh Schaerlaekens tersebut, yakni pada periode pra-ligual anak-anak ini sudah dapat membuat kalimat satu  kata, dan pada periode lingual awal menjadi dua kata. Pada periode diferensiasi terbentuk kalimat tiga-kata. Dengan perkembangan bahasa demikian, anak-anak pada masa pra-sekolah sebenarnya sudah mampu membaca. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Reni Akbar-Hawadi (2001), ternyata bahwa 46,67% anak mampu membaca pada usia 5 tahun, 34,44% pada usia 6 tahun, dan hanya 4,49% pada usia 7 tahun.
Untuk mengetahui perkembangan bahasa prasekolah ini, dapat digunakan indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan oleh Roger Brown (2973), yang dikenal dengan Mean Length of Utterance (MLU), yaitu sebuah indeks perkembangan bahasa yyang didasarkan atas jumlah kata dalam kalimat. Dengan menggunakan MLU ini, Brown mengindentifikasi 5 tahap perkembangan bahasa anak.

Tahap
Usia/bulan
MLU
Karakteristik
Kalimat khas
I
12-26
1-2
Perbendaharaan kata terdiri dari kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata bantu
“Dada mama”
“Dada papa”
“Anjing besar”
II
27-30
2-2,5
Kalimat-kalimat anak lebih kompleks, kata majemuk terbentuk, mereka menggunakan preposisi, kata kerja tak beraturan, tensisi, bentuk jamak.
“Boneka tidur”
“Mereka cantik”
“Susu habis”

III
31-34
2,5-3
Muncul petanyaan “ya- tidak”, siapa, apa, dimana,” kata-kata negatif (tidak) dan kata impretif (perintah-permohonan) digunakan
“Ayah Pulang”
“Susi nggak mau susu”
IV
35-40
3-3,75
Perbendaharaan kata meningkat, penggunaan tata bahasa lebih konsisiten, mengaitkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
“itu mobil yang ibu beli untukku”
“kukira itu merah”

V
41-46
3,75-50
Kalimat lebih kompleks dengan menggabungkan 2 atau lebih kalimat, kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proposi terkoordinasi.
“Aku ke rumah bob dan makan es krim”
“Aku mau kelinci karena lucu”
  Sumber : Santrock (1995); Lerner & Hultsch (1983)

Pada mulanya bahasa anak-anak bersifat egosentris, yaitu bentuk bahasa yang lebih menonjolkan diri sendiri, berkisar pada minat, keluarga dan miliknya sendiri. Menjelang masa ahir anak-anak awal, percakapan anak-anak berangsur-angsur berkembang menjadi bahasa sosial. Bahasa sosial dipergunakan untuk berhubungan, bertukar pikiran dan mempengaruhi orang lain. Bentuk bahasa yang digunakan sering berupa pengaduan atau keluhan, komentar buruk, kritikan dan pertanyaan. Ketika bahasa anak berubah dari bahasa yang bersifat egosentris ke bahasa sosial, maka terjadi penyatuan antara bahasa dan pikiran. Penyatuan antara bahasa dan pikiran ini sangat penting bagi pembentukan struktur mental dan kognitif anak[8].

2.         Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak
Selama masa ahir anak-anak perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak meningkat dan kalimat bertambah kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran yang diberikan disekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan televisi, anak-anak menambah perbendaharaan kosa kata yang ia pergunakan dalam percakapan dan tulisan. Ketika anak masuk kelas satu sekolah dasar perbendaharaan kosa kata sekitar 20.000 hingga 24.000 kata. Pada saat anak duduk dikelas enam, perbendaharaan kosa katanya meningkat menjadi sekitar 50.000 kata, Seifert & Hoffnung 1994 (dalam Desmita, 2013)
Disamping peningkatan dalam jumlah dalam jumlah perbendaharaan kosa kata, perkembangan bahasa anak usia sekolah juga terlihat dalam cara anak berfikir tentang kata-kata. Pada masa ini anak menjadi kurang terikat dengan tindakan-tindakan dan dimensi-dimensi perceptual yang berkaitan dengan kata-kata, serta pendekatan mereka menjadi lebih analitis terhadap kata-kata. Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata, menolong mereka memahami kata-kata yang tidak berkaitan langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadinya. Ini memungkinkan anak menambah kosa kata yang lebih abstrak kedalam perbendaharaan kata mereka. Misalnya, “batu-batuan berharga” dapat dipahami melalui pemahaman tentang ciri-ciri umum “berlian” atau “zamrud” Santrock, 1995 (dalam Desmita, 2013)
Peningkatan kemampuan analitis terhadap kata-kata juga disertai dengan kemampuan dalam tata bahasa. Anak usia 6 tahun sudah menguasai hampir semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6 hingga 9 atau 10 tahu panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara bertahap anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.


Factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seperti, kesehatan, intelegensi, status social ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
1.      Factor kesehatan, factor ini sangatlah mempengaruhui perkembangan bahasa anak terutama pada awal usia kehidupannya. bila pada usia 2 tahun pertama anak mengalami sakit yang berkepanjangan maka anak tersebut akan cenderung mengalami kelambatan dan kesulitan dalam perkembangan bahasanya. Maka dari itu agar perkembangan bahasa anakl terpelihara dengan baik dan normal, orang tua perlu memperhatikan kondisi anak. Bebrapa upayanya adalah dengan memberikan asi sesuai ketentuan batas waktu minimal pemberian asi, memberi makanan yang bergizi, menjaga kebersian tubuh, atau secara rutin memeriksakan anak ke dokter.
2.      Factor intelegensi, pada factor ini anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau diatas normal. Namun begitu tak semua anak yang perkembangan bahasanya lambat pada usia awal dikategorikan sebagai anak bodoh.(lindgren, dalam E. Hurlock, 1956). Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami kelambatan mental, yaitu bahwa sepertiga diantara mereka yang dapat berbicara secara normal dan anak yang berada pada tingkat intelektual yang paling rendah, mereka sangat miskin dalam berbahasa.
3.      Factor statu social dan ekonomi keluarga, pada factor ini beberapa studi menyatakan bahwa anak yang berasal dsari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar. Pada keluarga kurang mampu atau kiskin diduga kurang memperhatiakan kurang memperhatiakan perkembangan anaknya terutama perkembangan bahasanya.
4.      Factor jenis kelamin, pada factor ini terlihat bahwa pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai pada usia dua tahun keatas, anak perempuan memnunjukan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki-laki.


5.      Factor hubungan keluarga. Pada faktor ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, ditandai dengan penuhnya perhatian dan kasih sayang, misalnya memfasilitasi media untuk belajar anak. Sedang hubungan anak dan orang tua yang kurang sehat ditandai dengan sikap orangtua yang keras, kasar, kurang perhatian, dan kurang kasih sayang. Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat ini akan berdampak pada perkembangan anak, karena anak akan merasa tertekan dan stress sehingga anak akan mengalami stagnasi atau kelainan seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata- kata, kurang percaya diri dan berkata kasar akibat dari kurangnya perhatian dari orang tua sehingga anak tidak bisa belajar dengan baik.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada masa anak-anak terbagi menjadi dua masa, yaitu yang pertama masa awal anak-anak, pada masa ini terbagi menjadi dua tahap antara lain: tahap prakonseptual atau fungsi simbolik dan tahap intuitif. Yang kedua adalah masa pertengahan dan akhir anak-anak, pada masa ini ada tiga proses didalam perkembangan anak, yaitu negasi, hubungan timbal balik (resiprokasi), dan identitas.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Perkembangan bahasa pada anak-anak dalam penjelasan makalah ini dibagi menjadi dua masa, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak pertengahan dan akhir. Di dalam perkembangan bahasa juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kesehatan, faktor status sosial dan ekonomi keluarga, faktor jenis kelamin, dan faktor hubungan keluarga.





DAFTAR PUSTAKA

Desmita. Psikologi Perkembangan Cet 8. 2013. Bandung : Remaja Rosdakarya.
            Santrock, John W. 2007. Life Span Development. Jakarta:Erlangga.
            Paul Henry Mussen. 1984.  Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta: Erlangga.
                Yurdik Jahja. 2012. Psikologi Perkmbangan. Jakarta : Kencana Prana Media Grup.








      [1] Paul Henry Mussen. Perkembangan dan Kepribadian Anak.(Jakarta: Erlangga. 1984) Hlm. 194
[2] Ibid. 179
      [3] Santrock, John W.Life Span Development.(Jakarta:Erlangga.2007)Hlm. 228
[4] Ibid. Hlm.228
[5] Ibid. Hlm. 228-229
[6] Ibid. Hlm. 231-234
      [7] Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013). Hal. 157
      [8] Ibid Hal 140-141

0 Comments:

Post a Comment