BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Kognisi merupakan konsep yang luas dan inklusif yang berhubungan dengan
kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan
pengetahuan. Proses utama yang termasuk di dalam istilah kognisi adalah
mendeteksi,menginterpretasi, mengklasifikasi, dan mengingat informasi,
mengevaluasi gagasan, menyaring prinsip, dan menarik kesimpulan dari aturan.[1]
Dalam dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi.
Mereka menangkap apa saja yang berbentuk simbolik yang ada di depan mereka dan pada
masa ini anak-anak sudah mulai bisa membedakan antara benda-benda yang ada.
Anak akan cenderung menggambarkan apa saja yang dilihat mereka secara simbolik.
Pada masa ini, perlu adanya pengawasan oleh orang tua agar hal-hal yang dilihat
seorang anak adalah hal yang positif. Namun, jika dilihat dari prakteknya para
orang tua justru membiarkan anaknya begitu saja dan kurang adanya pengawasan,
sehingga dikhawatirkan dapat terjadi salah persepsi dalam diri seorang anak
ketika memahami apa yang dilihatnya . Sebagian dari mereka para orang tua belum
menyadari atau bahkan belum mengetahui perkembangan kognitif seorang anak. Oleh
karena itu, didalam makalah kami ini akan membahas perkembangan kognitif pada
masa anak-anak agar nantinya dapat menjadi bahan baca dan menjadi solusi
didalam mengasuh anak terutama memperhatikan kognitifnya.
Selain itu, kami juga membahas mengenai perkembangan bahasa. Karena
perkembangan bahasa ini menurut piaget adalah aspek dari perkembangan kognitif.
Dan disini perkembangan kognitif sangat mempengaruhi kemahiran berbahasa.[2]
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa
kanak-kanak?
2. Bagaimana perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Kognitif
1.
Perkembangan
kognitif pada masa awal perkembangan anak
Dunia
kognitif anak-anak prasekolah adalah kreatif, bebas, dan penuh imajinasi.
Didalam seni mereka matahari kadang-kadang berwarna hijau dan langit berwarna
kuning. Imajinasi anak-anak prasekolah terus bekerja, dan daya serap mental
mereka tentang dunia makin meningkat.[3]
Sesuai dengan teori
kognitif Piaget maka perkembangan kognitif pada masa awal anak dinamakan
praoperasional ( preoperational stage ), yang berlangsung dari usia 2-7 tahun. Pada
tahap inilah konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme
mulai kuat, dan kemudian lemah serta keyakinan terhadap hal yang magis
terbentuk. Pemikiran praoprasional tidak lain dari masa tumbuh yang longgar
bagi pemikiran operasional kongkrit walaupun label praoperasional menekankan
bahwa anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional. Apa itu operasi?
Menurut Piaget, operasi adalah perangkat tindakan terinternalisasi yang
menungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan secara fisik
sebelumnya. Sedangkan Pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan untuk
merekontruksi pada tingkat pemikiran apa yang telah dilakukan didalam perilaku.[4]
Pemikiran praoperasional dapat dibagi
kedalam dua sub tahab:
a.
Sub tahab Fungsi Simbolis ( sub tahab
prakonseptual )
Adalah subtahab pertama
praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 2-4 tahun. Pada subtahab ini
anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek
yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir simbolis
semcam itu disebut ” fungsi simbolis”, dan kemampuan itu mengembangkan secara
cepat dunia mental anak. Misalnya, anak-anak kecil menggunakan desain
coret-coret untuk menggambarkan mobil, alam manusia, dan lain lain.[5]
Dengan berkembangnya kemampuan mensimbolisasikan ini maka anak memperluas ruang
lingkup aktifitasnya yang menyangkut hal-hal yang sudah lewat ata hal-hal yang
akan dating atau juga hal-hal yang sekarang. Kemunculan pemikiran simbolis pada
subtahap operasional ini dianggap sebagai pencapaian kognitif yang paling
penting. Melalui pemikiran simbolis anak-anak prasekolah dapat mengorganisir
dan memproses apa yang mereka ketahui. Dengan demikian dalam subtahab
prakonseptual, kemunculan fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa yang cepat, permainan imajinatif dan peningkatan dalam peniruan.
b.
Sub tahap Intuitif.
Adalah subtahab
kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7
tahun. Pada subtahab ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan
ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut periode waktu
ini “ intuitif “ karena anak-anak berusia muda tampaknya begitu yakin tentang
pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka
tahu apa yang mereka
ketahui. Maksudnya, mereka mengatakan mengetahui sesuatu tapi mengetahuinya
tampa mengunakan pemikiran rasional. Misalnya, seorang anak diperlihatkan dua
baris obyek yang identik yang setuju jumlahnya sama, kemudian satu baris
dipanjangkan dan anak ditanya, apakah baris yang satu ini berisi lebih banyak
obyek? Jawaban anak : iya, baris lebih
panjang. [6]
2.
Perkembangan
kognitif masa pertengahan dan akhir
anak-anak.
Menurut teori kognitif
Piaget, masa ini adalah masa pemikiran anak-anak usia sekolah dasar yang
disebut pemikiran operasional konkrita. Menurut Piaget operasi adalah
hubungan-hubungan logis atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah
aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata
atau konkrit dapat diukur. Menut Piaget anak-anak pada masa konkrit operasional
ini telah mampu menyadari konservasi yakni kemampuan anak untuk berhubungan
dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Johnson dan medinnus, 1974). Hal ini adalah,
karna pada masa ini anak telah mengembang 3 macam proses yang disebut
operasi-operasi, yaitu negasi, resiprokasi, dan identitas.
Negasi ( negation ).
Pada masa operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari
deretan benda, yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaannya
menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya, tetapi
pada masa konkrit operasional, anak memahami proses apa yang terjadi di antara
kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan
benda-benda, anak bisa – melalui kegiatan mentalnya - mengembalikan atau membatalkan perubahan yang
terjadi sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.
Hubungan timbal-balik
(resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu
diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi
tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karna anak mengetahiu
hubungan timbal balik antara panjang dengan kurang rapat atau sebaliknya, maka
anak tau pula jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.
Identitas. Anak pada
masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada
pada deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda
dipindahkan anak dapat mengetahui jumlahnya akan tetap sama (Gunarsa, 1990).[7]
Setelah mengkonversikan
angka, maka akan bisa mengkonversikan dimensi-dimensi lain, seperti isi dan
panjang. Kemampuan anak melakukan operasi-operasi mental dan kognitif ini
memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi
yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan
tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukan. Jadi anak telah memiliki
struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu
tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang
dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang kongkrit, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang
benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak
ada hubungannya secara jelas dan kongkrit dengan realitas, masih sulit
dipikirkan oleh anak.
B.
Perkembangan
Bahasa
Pengertian
dan Tipe Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang
ataau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian seperti dengan menggunakan
lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisandan mimik muka.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan
manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah SWT, yang dengannya
manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan
penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai mahluk berbudaya dan
mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan
berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan
bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik
kesimpulan.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain dituntut kemempuan berbahasa. Bahasa merupaka faktor esensial yang
membedakan manusia dengan hewan. Dengan bahasa manusia dapat mengenal dan
memahami dirinya, sesama, dan lingkungan hidupnya. Manusia dapat mengutarakan
ide-ide, gagasan, pemikiran, hal-hal yang disukai dan yang tidak disukai
melalui bahasa. Dengan bahasa pula manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan kemempuan bahasa yang dimilikinya, manusia dapat berkomunikasi dengan
sesamanya walaupun masing-masing berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda.
Dengan berbahasa, seorang anak diharapkan dapat
memenuhi kemampuan yang berhubungan dengan :
1.
Pemahaman
kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
2.
Pengembangan
perbendaharaan kata: berkembangnya kemempuan anak untuk berkomunikasi dengan
orang lain diharapkan dapat menambah perbendaharaan katanya.
3.
Penyusunan kata
menjadi kalimat: semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak,
diharapkan ia mampu menyusun kata-kata tersebutdalam kalimat-kalimat yang
sederhana. Seiring dengan meningkatnya usia dan semakin luas lingkup pergaulan
anak maka tipe kalimat yang dapat disusun dan diucapkan akan semakin panjang
dan bervariasi.
4.
Ucapan : dengan
bertambahnya usia dan melalui proses belajar menirukan dan mencontoh orang lain
disekitarnya, anak akan mampu mengucapkan dengan benar dan jelas lafal
kata-kata tertentu yang pada mulanya dirasa sulit seperti huruf R, Z, W, G.
Tipe
Perkembangan Bahasa
Ada dua tipe dalam perkembangan bahasa
anak,
1.
Egocentric speech, yaitu anak berbicara
kepada dirinya sendiri ( monolog)
2.
Socialized specch, yang terjadi
berlangsungnya kontak antara anak dan temannya atau dengan lingkungannya.
Perkembangan ini terbagi dalam lima bentuk :
a.
Adapted in formation, yaitu terjadi
saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari.
b.
Critism, yaitu menyangkut penilaian anak
terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain.
c.
Command (perintah), request (permintaan)
dan threat ( ancaman).
d.
Questions (pertanyaan)
e.
Answers (penjawaban).
Berbicara monolog (egocentric specch)
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak yang pada umumnya berusia
2-3 tahun, sementara “socialized speech” mengembangkan kemampuan kesesuaian
social (social ad justment).
Tahapan
perkembangan Bahasa pada masa anak-anak :
1.
Perkembangan
Masa Anak-anak Awal
Dalam fase prakonseptual, seiring dengan kemunculan
pemikiran simbolis, anak-anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat.
Perkembangan bahasa yang cepat ini dianggap sebagai hasil dari perkembangan
simbolisasi. Dengan demikian pada masa ini anak-anak telah mengalami sejumlah
nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol. Ia juga dapat membedakan baerbagai
benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara benda-benda
tersebut.
Disamping itu pada masa ini penguasaan kosakata anak
juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang semakin panjang da makin
bagus, menunjukan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan
pendapatnya dengan kalimat majemuk. Sekali-kali ia menggunakan kata perangkai,
akhirnya timbul anak kalimat. Schaerlaekens (dalam Desmita, 2013), membeadakan
perkembangan bahasa pada masa awal anak-anak ini atas tiga yaitu, periode
pra-lingual (kalimat-satu-kata), periode lingual-awal (kalimat-dua-kata) dari 1
sampai 2,5 tahun, dan periode differensiasi (kalimat-tiga-kata dengan
bertambahnya diferensiasi pada kelompok kata dan kecapan verbal) (Monks, Knoers
& Haditono, 2001)
Penelitian Mar’at 1982 (dalam Desmita, 2013) di kota
Bandung terhadap 30 anak balita mengenai perkembangan bahasa menunjukkan bahwa
anak-anak juga mengikuti tingkatan perkembangan bahasa sebagaimana yang
disebutka oleh Schaerlaekens tersebut, yakni pada periode pra-ligual anak-anak
ini sudah dapat membuat kalimat satu
kata, dan pada periode lingual awal menjadi dua kata. Pada periode
diferensiasi terbentuk kalimat tiga-kata. Dengan perkembangan bahasa demikian,
anak-anak pada masa pra-sekolah sebenarnya sudah mampu membaca. Dalam suatu
penelitian yang dilakukan oleh Reni Akbar-Hawadi (2001), ternyata bahwa 46,67%
anak mampu membaca pada usia 5 tahun, 34,44% pada usia 6 tahun, dan hanya 4,49%
pada usia 7 tahun.
Untuk mengetahui perkembangan bahasa prasekolah ini,
dapat digunakan indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan oleh Roger Brown
(2973), yang dikenal dengan Mean Length of Utterance (MLU), yaitu sebuah indeks
perkembangan bahasa yyang didasarkan atas jumlah kata dalam kalimat. Dengan
menggunakan MLU ini, Brown mengindentifikasi 5 tahap perkembangan bahasa anak.
Tahap
|
Usia/bulan
|
MLU
|
Karakteristik
|
Kalimat
khas
|
I
|
12-26
|
1-2
|
Perbendaharaan kata terdiri dari
kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata bantu
|
“Dada mama”
“Dada papa”
“Anjing besar”
|
II
|
27-30
|
2-2,5
|
Kalimat-kalimat anak lebih
kompleks, kata majemuk terbentuk, mereka menggunakan preposisi, kata kerja
tak beraturan, tensisi, bentuk jamak.
|
“Boneka tidur”
“Mereka cantik”
“Susu habis”
|
III
|
31-34
|
2,5-3
|
Muncul petanyaan “ya- tidak”,
siapa, apa, dimana,” kata-kata negatif (tidak) dan kata impretif
(perintah-permohonan) digunakan
|
“Ayah Pulang”
“Susi nggak mau susu”
|
IV
|
35-40
|
3-3,75
|
Perbendaharaan kata meningkat,
penggunaan tata bahasa lebih konsisiten, mengaitkan kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain.
|
“itu mobil yang ibu beli untukku”
“kukira itu merah”
|
V
|
41-46
|
3,75-50
|
Kalimat lebih kompleks dengan
menggabungkan 2 atau lebih kalimat, kalimat-kalimat sederhana dan
hubungan-hubungan proposi terkoordinasi.
|
“Aku ke rumah bob dan makan es
krim”
“Aku mau kelinci karena lucu”
|
Sumber :
Santrock (1995); Lerner & Hultsch (1983)
Pada mulanya bahasa anak-anak bersifat egosentris,
yaitu bentuk bahasa yang lebih menonjolkan diri sendiri, berkisar pada minat,
keluarga dan miliknya sendiri. Menjelang masa ahir anak-anak awal, percakapan
anak-anak berangsur-angsur berkembang menjadi bahasa sosial. Bahasa sosial
dipergunakan untuk berhubungan, bertukar pikiran dan mempengaruhi orang lain.
Bentuk bahasa yang digunakan sering berupa pengaduan atau keluhan, komentar
buruk, kritikan dan pertanyaan. Ketika bahasa anak berubah dari bahasa yang
bersifat egosentris ke bahasa sosial, maka terjadi penyatuan antara bahasa dan
pikiran. Penyatuan antara bahasa dan pikiran ini sangat penting bagi
pembentukan struktur mental dan kognitif anak[8].
2.
Masa Pertengahan
dan Akhir Anak-anak
Selama masa ahir anak-anak perkembangan bahasa terus
berlanjut. Perbendaharaan kosa kata anak meningkat dan kalimat bertambah
kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa. Dari berbagai pelajaran
yang diberikan disekolah, bacaan, pembicaraan dengan anak-anak lain, serta
melalui radio dan televisi, anak-anak menambah perbendaharaan kosa kata yang ia
pergunakan dalam percakapan dan tulisan. Ketika anak masuk kelas satu sekolah
dasar perbendaharaan kosa kata sekitar 20.000 hingga 24.000 kata. Pada saat anak
duduk dikelas enam, perbendaharaan kosa katanya meningkat menjadi sekitar
50.000 kata, Seifert & Hoffnung 1994 (dalam Desmita, 2013)
Disamping peningkatan dalam jumlah dalam jumlah
perbendaharaan kosa kata, perkembangan bahasa anak usia sekolah juga terlihat
dalam cara anak berfikir tentang kata-kata. Pada masa ini anak menjadi kurang
terikat dengan tindakan-tindakan dan dimensi-dimensi perceptual yang berkaitan
dengan kata-kata, serta pendekatan mereka menjadi lebih analitis terhadap
kata-kata. Peningkatan kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis
kata-kata, menolong mereka memahami kata-kata yang tidak berkaitan langsung
dengan pengalaman-pengalaman pribadinya. Ini memungkinkan anak menambah kosa
kata yang lebih abstrak kedalam perbendaharaan kata mereka. Misalnya,
“batu-batuan berharga” dapat dipahami melalui pemahaman tentang ciri-ciri umum
“berlian” atau “zamrud” Santrock, 1995 (dalam Desmita, 2013)
Peningkatan kemampuan analitis terhadap kata-kata
juga disertai dengan kemampuan dalam tata bahasa. Anak usia 6 tahun sudah
menguasai hampir semua jenis struktur kalimat. Dari usia 6 hingga 9 atau 10
tahu panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9 tahun, secara bertahap
anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan
berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
Factor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa
Factor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seperti, kesehatan,
intelegensi, status social ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
1.
Factor kesehatan, factor ini sangatlah
mempengaruhui perkembangan bahasa anak terutama pada awal usia kehidupannya.
bila pada usia 2 tahun pertama anak mengalami sakit yang berkepanjangan maka
anak tersebut akan cenderung mengalami kelambatan dan kesulitan dalam
perkembangan bahasanya. Maka dari itu agar perkembangan bahasa anakl
terpelihara dengan baik dan normal, orang tua perlu memperhatikan kondisi anak.
Bebrapa upayanya adalah dengan memberikan asi sesuai ketentuan batas waktu
minimal pemberian asi, memberi makanan yang bergizi, menjaga kebersian tubuh,
atau secara rutin memeriksakan anak ke dokter.
2.
Factor intelegensi, pada factor ini anak
yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal
atau diatas normal. Namun begitu tak semua anak yang perkembangan bahasanya
lambat pada usia awal dikategorikan sebagai anak bodoh.(lindgren, dalam E.
Hurlock, 1956). Hurlock mengemukakan hasil studi mengenai anak yang mengalami
kelambatan mental, yaitu bahwa sepertiga diantara mereka yang dapat berbicara
secara normal dan anak yang berada pada tingkat intelektual yang paling rendah,
mereka sangat miskin dalam berbahasa.
3.
Factor statu social dan ekonomi
keluarga, pada factor ini beberapa studi menyatakan bahwa anak yang berasal
dsari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya
dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi
ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar. Pada
keluarga kurang mampu atau kiskin diduga kurang memperhatiakan kurang
memperhatiakan perkembangan anaknya terutama perkembangan bahasanya.
4.
Factor jenis kelamin, pada factor ini
terlihat bahwa pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam
vokalisasi antara pria dan wanita. Namun mulai pada usia dua tahun keatas, anak
perempuan memnunjukan perkembangan yang lebih cepat dari anak laki-laki.
5.
Factor hubungan keluarga. Pada faktor
ini dimaknai sebagai proses pengalaman
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan
orang tua yang mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada anak.
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak, ditandai dengan penuhnya
perhatian dan kasih sayang, misalnya memfasilitasi media untuk belajar anak.
Sedang hubungan anak dan orang tua yang kurang sehat ditandai dengan sikap orangtua
yang keras, kasar, kurang perhatian, dan kurang kasih sayang. Hubungan orang
tua dan anak yang tidak sehat ini akan berdampak pada perkembangan anak, karena
anak akan merasa tertekan dan stress sehingga anak akan mengalami stagnasi atau
kelainan seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-
kata, kurang percaya diri dan berkata kasar akibat dari kurangnya perhatian
dari orang tua sehingga anak tidak bisa belajar dengan baik.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada masa anak-anak terbagi menjadi
dua masa, yaitu yang pertama masa awal anak-anak, pada masa ini terbagi menjadi
dua tahap antara lain: tahap prakonseptual atau fungsi simbolik dan tahap
intuitif. Yang kedua adalah masa pertengahan dan akhir anak-anak, pada masa ini
ada tiga proses didalam perkembangan anak, yaitu negasi, hubungan timbal balik
(resiprokasi), dan identitas.
Bahasa merupakan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Perkembangan bahasa pada anak-anak dalam penjelasan
makalah ini dibagi menjadi dua masa, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak
pertengahan dan akhir. Di dalam perkembangan bahasa juga ada beberapa faktor
yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kesehatan, faktor
status sosial dan ekonomi keluarga, faktor jenis kelamin, dan faktor hubungan
keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Desmita. Psikologi Perkembangan Cet
8. 2013. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Santrock, John W. 2007. Life Span Development. Jakarta:Erlangga.
Paul Henry Mussen. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Jakarta:
Erlangga.
Yurdik Jahja. 2012. Psikologi
Perkmbangan. Jakarta : Kencana Prana Media Grup.
0 Comments:
Post a Comment