1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai suatu totalitas, anak dipandang sebagai makhluk hidup yang utuh, yakni sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis anak tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena itu anak dipandang sebagai suatu individu. Dalam hal ini kita tidak akan memandang anak sebagai kumpulan organ-organ misalnya ada kepala, kaki, tangan, dan bagian tubuh yang terpisah satu sama lain.
Keseluruhan aspek anak saling terjalin satu sama lain. Keseluruhan aspek tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan memberikan dukungan satu sama lain. Sebagai misal, anak yang dimarahi orang tuanya bisa tidak berselera makan, anak yang sedang sakit nafsu makannya berkurang dan lain-lain. Contoh tersebut mengilustrasikan adanya keterkaitan dan perpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-reaksi psikis anak selalu disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya.
Agar pendidik maupun orang tua dapat menyelesaikan masalah seorang anak dengan baik, maka sangat diperlukan pemahaman yang baik tentang perkembangan sosial anak. Karena pada masa perkembangan anak, khususnya usia pertengahan yaitu usia enam hingga dua belas tahun, termasuk masa-masa yang penting dalam pembentukan karakter sosial anak. Disini, tugas pendidik dan orang tua (khususnya) sangat penting agar perkembangan sosial anak dapat terbentuk dengan baik.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak, khususnya dalam hal komunikasi dan interaksi. Disini orang tua atau keluarga sangat berperan penting dalam mengarahkan anaknya untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan, khususnya disaat anak-anak bersosialisasi dengan teman
2
sebaya mereka. Karena perkembangan sosial anak juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengembangan sosial pada masa kanak-kanak tengah?
2. Apa karakteristik pengembangan sosial pada masa kanak-kanak tengah?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan sosial pada masa kanak-kanak tengah?
4. Bagaimana konteks budaya dalam perkembangan anak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan sosial pada masa kanak-kanak
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial pada masa kanak-kanak
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial pada masa kanak-kanak
4. Untuk mengetahui penjelasan dari konteks budaya dalam perkembangan anak
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani, baik bersifat fisik maupun nonfisik. Perkembangan sendiri juga bisa diartikan sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Para ahli menyatakan bahwa perkembangan adalah proses perubahan pada seseorang ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.1
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusai telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah panjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi, faktor intelektual dan emosional memegang peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang menempatkan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi perkembangan anak. Jadi, perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, moral, dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi serta kerjasama.
Sedangkan Sunarto dan Hartono, menyatakan bahwa hubungan social merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi lebih kompleks sehingga tingkat hubungan sosial juga berkembang pesat. 2
Perkembangan sosial termasuk area yang sangat luas yang mencakup perasaan anak terhadap diri sendiri, dan hubungan mereka dengan orang lain. Hal ini mengacu pada perilaku dan tanggapan anak untuk bermain dan berkegiatan
1 Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2012), hlm 348
2 ibid 349
4
serta kedekatan mereka dengan anggota keluarga, pengasuh, guru dan teman-teman. Dalam menggembarkan perkembangan sosial harus diingat bahwa anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda.3
B. Karakteristik Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Tengah
1. Perkembangan diri ( the developing self)
a. Perkembangan Konsep Diri (Self Concept Development)
Konsep diri adalah gambaran total kita terhadap diri sendiri yang meliputi apa yang kita percayai mengenai siapa diri kita, gambaran-gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan trait-trait kita yang menentukan bagaimana kita merasa terhadap diri sendiri dan memandu tindakan-tindakan kita. Perasaan kita terhadap diri sendiri memiliki aspek sosial yaitu anak memasukkan pemahaman mereka yang tumbuh mengenai bagaimana orang lain melihat mereka ke dalam citra diri mereka.4
Selain itu, selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak menjadi lebih mungkin untuk mengenali aspek-aspek sosial dari diri ( Harter, 2006). Pemahaman diri anak-anak pada usia sekolah dasar juga meliputi peningkatan referensi untuk perbandingan sosial ( Harter, 2006). Artinya, anak-anak usia sekolah dasar tidak lagi cenderung berpikir tentang apa yang mereka lakukan, tetapi lebih cenderung berpikir tentang apa yang dapat mereka lakukan dalam perbandingan dengan orang lain. Mereka sudah dapat mendeskripsikan diri mereka menurut sifat-sifat yang mereka kenali dari diri mereka sendiri. 5
b. Harga diri (self esteem)
Menurut Erikson (1982), faktor penentu harga diri adalah pandangan anak akan kemampuan kerja produktif mereka. Anak-anak yang memliki harga diri yang rendah akan sangat memperhatikan penampilan mereka di dalam situasi
3 Eileen Allen, Psikologi Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun, (Jakarta : Indeks, 2010), hlm 31
4 Diane E.Papalia. Human Developement: Tenth Edition. (New York: McGraw-Hill Book Company,2007),hal.381
5 Santrok, John W. Life Span Development: Twelfth Edition. (New York: McGraw-Hill Book Company,2009).
5
sosial. Mereka akan menghubungkan penolakkan sosial adalah karena kepribadian mereka, yang mereka yakini tidak dapat diubah. Daripada mencoba hal yang baru agar dapat diterima, anak-anak akan mengulang strategi yang tidak sukses atau menyerah.
Anak-anak yang memiliki harga diri tinggi cenderung menghubungkan kegagalan mereka dengan faktor diluar diri mereka atau perlunya usaha yang lebih keras. Jika pada awalnya tidak berhasil, maka mereka akan bertahan dan mencoba strategi baru sampai mereka menemukan satu strategi yang berhasil. Anak-anak dengan harga diri yang tinggi, cenderung menolong anak-anak lain yang kurang beruntung dan mereka akan dapat membantu mereka dalam meningkatkan harga diri mereka.6
c. Perkembangan sosial dan perilaku prososial
Saat anak-anak tumbuh dewasa, mereka lebih menyadari perasaan mereka sendiri dan orang lain. Meraka dapat mengatur emosi mereka secara lebih baik dan merespon tekanan emosional orang lain.( Saarni et al.,1998). Pada usia 7 atau 8 tahun anak-anak biasanya sudah bisa merasa malu dan bangga. Mereka dapat mengeluarkan ide-ide yang dapat dilihat dengan jelas perbedaan antara rasa bersalah dan malu.
2. Perkembangan emosional
Perubahan perkembangan dalam emosi selama masa kanak-kanak menengah mencakup hal-hal berikut.
Meningkatkan pemahaman emosi. Kemampuan untuk memehami emosi yang kompleks seperti kebanggaan dan rasa malu.
Meningkatkan pemahaman bahwa lebih dari satu emosi yang dialami dalam situasi tertentu. Untuk mencapai sesuatu mungkin melibatkan, baik kecemasan maupun kegembiraan.
6 Ibid, hal.491-492
6
Meningkatkan kecenderungan untuk memahami peristiwa yang menyebabkan reaksi emosional. Contohnya menyadari bahwa kesedihan hari ini dipengaruhi oleh kepindahan temannya ke kota lain minggu kemarin.
Kemampuan untuk menekan dan menyembunyikan realsi emosional yang negatif.
Penggunaan strategi yang diprakarsai diri sendiri untuk memberitahukan perasaan. Seperti menghibur diri sendiri setelah mengalami kekecewaan.
Sebuah kapaitas untuk empati asli. Contoh merasa empati terhadap yang berduka cita dan mengalami sendiri kesedihan dari orang yang berduka cita tersebut.
3. Perkembangan moral
Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan moralnya. Penalaran moral merupakan dasar dari perilaku etis, memperluas pandangan Piaget, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan. Perkembangan Moral di bagi menjadi 3 tingkat, setiap tingkat di bagi menjadi 2 tahap yaitu :
Pra-Konvensional
Tahap 1 Orientasi Kepatuhan dan hukuman ( The Punistment and Obedience Orientation ). Pemikiran moral terkait dengan hukuman, anak-anak berpikir bahwa mereka harus patuh pada aturan karena takut pada hukuman untuk ketidaktaatan.
Tahap 2 Orientasi Minat Pribadi ( The Instrumental-Relavist Orientation / Exchange of favors ). Anak mengejar kepentingan mreka sendiri tetapi mereka membiarkan orang lain melakukan hal sama.
2. Konvensional
7
Tahap 3 Oreintasi Keserasian Interpersonal dan Konformitas (The Interpersonal concordance or “Good Boy-Nice Girl” Oreintation). Kepercayaan dan kepedulian terhadap orang lain sebagai dasar penilaian moral. Ingin dianggap oleh orang tua sebagai anak yang baik.
Tahap 4 Orientasi Otoritas dan pemeliharaan aturan social (Authority and Social Order Maintaining Orientation). Penilaian moral didasarkan pada pemahaman tatanan social, hukum, keadilan, dan tugas. Contoh remaja beralasan bahwa agar masyarakat bekerja secara efektif, perlu dilindungi undang-undang yang nantinya diadopsi oleh anggotanya.
Pasca Konvensional
Tahap 5 orientasi Kontrak Sosial (The Social-Contract Legalistic Orientation). Individu berpandangan bahwa nilai-nilai, hak-hak, dan prinsip-prinsip mendasari atau melampaui hukum. Mengevaluasi validitas hukum actual sejauh mana hukum tersebut dalam sistem social melestarikan serta melindungi hak asasi manusia dan nilai-nilai.
Tahap 6 Orientasi Prinsip Etika Universal ( The Universal Ethical Orientation). Orang-orang telah mengembangkan standar moral berdasar hak asasi universal. Ketika dihadapkan dengan konflik antara hukum dn hati nurani , alasan hati nurani harus diikuti meskipun keputusannya membawa resiko.
Sebelum usia sembilan tahun, kebanyakan anak menggunakan penalaran pra konvensional. Dalam sebuah studi longitudinal terhadap laki-laki berusia 10-36 tahun, kebanyakan penalaran moral pada usia 10 tahun berada pada tahap orientasai minat pribadi.7
4. Gender
Salah satu perbedaan gender paling konsisten adalah bahwa anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan anak perempuan. Meskipun anak laki-laki
7 Jhon W Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba, 2011). Hal 253
8
secara konsisten lebih agresif secra fisik dibandingkan dengan anak perempuan, kadang-kadang agresi verbal lebih jelas terlihat pada anak perempuan.
Hubungan yang bersifat agresi meningkat pada masa kanak-kanak menengah dan akhir. , beberapa penelitian menunjukan anak perempuan lebih terlibat dalam hubungan yang bersifat agresi.
C. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Tengah
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor berikut:
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2. Kematangan
Untuk bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasihat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak banyak memerhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
9
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, memberikan warna kehidupan sosial anak dalam masyarakat dan kehidupan mereka pada masa yang akan datang.
5. Kapasitas mental : emosi dan intelegensi
Kemampuan berpikir banyak memengaruhi banyak hal, seperti kemampn belajar, memecahkan masalah dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu, jika pengembangan ketiganya seimbang, terjadilah keberhasilan perkembangan sosial anak.8
D. Konteks Budaya dalam Perkembangan Anak
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa penerimaan sosial anak-anak pemalu sangat terkait erat dengan norma budaya. Para peneliti membandingkan anak–anak dengan umur yang sama pada masa tengah antara cina dengan kanada. Anak-anak Cina secara tradisional didorong untuk berhati-hati menahan diri mereka , dan menahan berbagai keingina mereka. Dengan demikian anak yang pemalu dan pendiam dianggap berperilaku baik. Dalam budaya barat, sebaliknya, anak seperti itu cenderung dianggap sebagai tidak matang secara sosial, takut, dan kurang percaya diri.9
Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh kontek social cultural yang majemuk. perkembangan anak paling baik dipahami dalam kontek keluarga, setting pendidikan, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Kontek-kontek yang beragam ini berhubungan satu sama lain dan semuanya memiliki pengaruh terhadap anak yang sedang berkembang. Sebagai contoh,
8 saefullah 352
9Diane E.Papalia,.Human Developement: Perkembangan Manusia ,(Salemba:Jakarta,2007),hal 514.
10
bahkan seorang anak diasuh dalam keluarga yang mencintai dan mendukungnya, komunitas yang sehat dipengaruhi oleh bias-bias masyarakat yang lebih luas, seperti rasisme atau seksisme, dan kemungkinan memperlihatkan pengaruh negatif dari stereotif negative dan diskriminasi.
Budaya merupakan pola-pola keyakinan dan perilaku, baik eksplisit dan implisit, yang diwariskan kepada generasi penerusnya oleh masyarakat atau kelompok social, kelompok religi, atau kelompok etnis di mana mereka tinggal. Karena kultur seringkali didiskusikan dalam kontek diversitas atau multikulturalisme, orang seringkali gagal untuk mengenali peran dominan yang yang dimainkan budaya dalam mempengaruhi perkembangan semua anak-anak. Setiap budaya menstruktur dan memaknai perkembangan dan perilaku anak. Guru-guru perlu memahami pengaruh kontek-kontek sosiokultural dalam belajar, mengenali kompetensi yang sedang berkembang pada anak-anak, dan menerima sebuah cara yang beragam pada anak-anak untuk mengekspresikan pencapaian-pencapaian perkembangan yang mereka peroleh
Berikut adalah beberapa strategi efektif untuk meningkatkan hubungan diantara siswa dari beragam etnis:
Ubah kelas menjadi kelas jigsaw. Siswa dari latar belakang budaya yang berbeda ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang bersifat kerja sama yang mengharuskan mereka membangun bagian-bagian berbeda dari sebuah proyek untuk mencapai tujuan bersama. Seperti sekelompok siswa bekerja sama untuk menempatkan potongan-potongan yang berbeda secara bersama-sama untuk menyelesaikan kepingan jigsaw.
Mendorong siswa untuk memiliki kontak pribadi positif dengan beragam siswa lainnya. Manfaat dalam meningkatkan hubungan antar etnis adalah berbagi kekhawatiran, keberhasilan, kegagalan, strategi coping, minat seseorang dan informasi pribadi lainnya dengan orang-orang dari kelompok etnis lain.
11
Mengurangi bias. Dengan menampilkan gambar anak-anak dari budaya dan etnis yang berbeda. Kegiatan kelas yang mendorong pemahaman budaya, menolak stereotip.
Melihat sekolah dan masyarakat sebagai sebuah tim. Seluruh komunitas sekolah harus bekerja sama bukan bermusuhan.
Menjadi mediator budaya yang kompeten. Guru memainkan peran sebagai mediator dengan mempelajari lebih banyaktentang kelompok etnis yang berbeda, peka terhadap sikap etnis anak, memandang siswa dengan beragam warna secara positif, dan berpikir secara positif.10
10 Jhon W Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba, 2011). Hal 283
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani, baik bersifat fisik maupun nonfisik. Perkembangan sendiri juga bisa diartikan sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Para ahli menyatakan bahwa perkembangan adalah proses perubahan pada seseorang ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.
Karakteristik Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Tengah meliputi pembahasan tentang konsep diri, perkembangan emosi, perkembangan moral, dan gender.
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor keluarga, kematangan, status sosial, ekonomi, pendidikan, dan kapasitas mental : emosi dan intelegensi
Konteks Budaya dalam Perkembangan Anak menunjukan berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa penerimaan sosial sangat terkait erat dengan norma budaya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Eileen. 2010. Psikologi Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun. Jakarta : Indeks
Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Santrock, Jhon W. 2011. Masa Perkembangan Anak, Jakarta: Salemba.
Papalia, Diane E. 2009.Human Developement: Perkembangan Manusia. Salemba:Jakarta.
0 Comments:
Post a Comment