Perkembangan social merupakan pencapaian dalam hubungan social. Dapat
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok , moral dan tradisi; meleburkan diri sebagai suatu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Anak dilahirkan belum bersifat
social . dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang
lain. Untuk mencapai kematangan social, anak harus belajar tentang cara-cara
menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui
berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di
lingkungannya, baik orangtua, saudara , teman dewasa atau orang dewassa
lainnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi
oleh proses pelakuan atau bimbingan orang tua terhada anak dalam mengenalkan
berbagai aspek kehidupan social, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari . proses bimbingan orang tua ini lazim disebut
sosialisasi.
Sueann Robinson Ambron (1981)
mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah
perkembangan kepribadian social sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab dan efektif.
Sosialisasi dari orang tua ini
sangat efektif bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki
pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan.
Anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah
laku social, melalui pergaulan atau hubungan social, baik dengan orang tua ,
anggoota keluarga , orang dewasa lainnya atau teman bermainnya. Pada usia anak,
bentuk-bentuk tingkah laku social itu adalah sebagai berikut.
a.
Pembangkangan
(negativism), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini
terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai
muncul pada kira-kira 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun.
Berkembangnya tingkah laku negativism pada usia ini dipandang sebagai hal yang
wajar. Setelah usia empat tahun, sikap membangkang/melawan secara fsik beralih
menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata) . sikap orang tua
pada yingkah laku melawan pada usia ini, seyogianya tidak tidak memandangnya
sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala, tolol, atau sebutan
lainnya yang negative. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mampu memahami
tentang perkembangan proses anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu
mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent”(ketergantungan) ke posisi “independent” ( bersikap mandiri). Tingkah laku melawan merupakan
salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.
b. Agresi (aggression) , yaitu perilaku
menyerang balik secara fisik (non verbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini
merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak
terpenuhi kebutuhan atau keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud
dalam perilaku menyerang , seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit,
marah-marah dan mencaci maki. Orangtua yang menghukumanak yang agresif,
menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh sebab itu orang tua sebainya
berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak tersebut dengan cara mengalihkan
perhatian/keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya
(sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain yang bias
meredam agresifitas anak tersebut.
c. Berselisih/bertengkar (quarrelling), terjadi
apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku
anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang
atau mainannya.
d. Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk
lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap
orang lain dalam bentuk verbal ( kata-kata ejekan atau cemoohan), sehingga
menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.
e. Persaingan (rivalry), yaitu keinginan
untuk melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) oleh orang lain.
Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia empat tahun, semangat bersaing
ini berkembang lebih baik.
f.
Kerja sama
(cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang
berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap kerjasamanya, mereka masih
kuat sikap “self centered”-nya. Mulai
usia tiga tahun akhir atau empat tahun , anak sudah mulai menampakkan sikap
kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja
sama ini sudah berkembang dengan lebih baik. Pada usia ini anak mau bekerja
kelompok dengan teman-temannya.
g. Tingkah laku berkuasa (asentdant behavior), yaitu
sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi social, mendominasi atau bersikap “bossiness”. Wujud dari tingkah laku
ini, seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dirinya.
h. Mementingkan diri sendiri (selfishness), yaitu
sikap egosentris dalam memenuhi interest atau
keinginanya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya danapabila ditolak, maka
dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.
i.
Simpati
(sympathy), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh
perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya.
Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap “selfish”-nya dan dia mulai mengembangkan
sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.
Perkembangan social anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya,
baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya.
Apabila lingkungan social tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang
terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai
perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan social itu
kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar ; seering dimarahi;
acuh tak acuh; tidak memberikan bimbingan; teladan; pengajaran atau pembiasaan
terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/ budi
pekerti; cenderung menampilkan perilaku maladjustment,
seperti: (1) bersifat minder; (2) senang mendominasi orang lain; (3)
bersifat egois; (4) senang mengisolasi diri/menyendiri; (5) kurang memiliki
perasaan tenggang rasa; dan (6) kurang memperdulikan norma dalam berperilaku.
Psikologi perkembangan anak dan remaja karangan Dr. H. syamsu Yusuf LN.,
M.Pd. penerbit: rosda, tahun2004. bandung
0 Comments:
Post a Comment