Header Ads

24 August 2016

Psikologi perkembangan anak dan remaja

Hasil gambar untuk Psikologi perkembangan anak dan remaja

Perkembangan social merupakan pencapaian dalam hubungan social. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok , moral dan tradisi; meleburkan diri sebagai suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
            Anak dilahirkan belum bersifat social . dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan social, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara , teman dewasa atau orang dewassa lainnya.
            Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses pelakuan atau bimbingan orang tua terhada anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan social, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari . proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.
            Sueann Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian social sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
            Sosialisasi dari orang tua ini sangat efektif bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan.
             Anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku social, melalui pergaulan atau hubungan social, baik dengan orang tua , anggoota keluarga , orang dewasa lainnya atau teman bermainnya. Pada usia anak, bentuk-bentuk tingkah laku social itu adalah sebagai berikut.

a.       Pembangkangan (negativism), yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada kira-kira 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku negativism pada usia ini dipandang sebagai hal yang wajar. Setelah usia empat tahun, sikap membangkang/melawan secara fsik beralih menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata) . sikap orang tua pada yingkah laku melawan pada usia ini, seyogianya tidak tidak memandangnya sebagai pertanda bahwa anak itu nakal, keras kepala, tolol, atau sebutan lainnya yang negative. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mampu memahami tentang perkembangan proses anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent”(ketergantungan) ke posisi “independent” ( bersikap mandiri). Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.
b.      Agresi (aggression) , yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (non verbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku menyerang , seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. Orangtua yang menghukumanak yang agresif, menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh sebab itu orang tua sebainya berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak tersebut dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain yang bias meredam agresifitas anak tersebut.
c.       Berselisih/bertengkar (quarrelling), terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.
d.      Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal ( kata-kata ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.
e.       Persaingan (rivalry), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia empat tahun, semangat bersaing ini berkembang lebih baik.
f.        Kerja sama (cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap kerjasamanya, mereka masih kuat sikap “self centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun , anak sudah mulai menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan lebih baik. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-temannya.
g.      Tingkah laku berkuasa (asentdant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi social, mendominasi atau bersikap “bossiness”. Wujud dari tingkah laku ini, seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
h.      Mementingkan diri sendiri (selfishness), yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginanya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya danapabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.
i.        Simpati (sympathy), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap “selfish”-nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

Perkembangan social anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan social tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan social itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar ; seering dimarahi; acuh tak acuh; tidak memberikan bimbingan; teladan; pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/ budi pekerti; cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti: (1) bersifat minder; (2) senang mendominasi orang lain; (3) bersifat egois; (4) senang mengisolasi diri/menyendiri; (5) kurang memiliki perasaan tenggang rasa; dan (6) kurang memperdulikan norma dalam berperilaku.

Psikologi perkembangan anak dan remaja karangan Dr. H. syamsu Yusuf LN., M.Pd. penerbit: rosda, tahun2004. bandung

0 Comments:

Post a Comment