download ppt klik disini
Dosen Pengampu : Mukh. Nursikin, M.S.I.
Kelompok 10 :
M. Fuad Hasan
(13410150)
Fandhon Setiyanto (13410134)
Sofiatul Azizah (13410148)
Laila Zuliani Ma’rifah (13410159)
Fandhon Setiyanto (13410134)
Sofiatul Azizah (13410148)
Laila Zuliani Ma’rifah (13410159)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT kerena atas berkah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADITS” ini tepat waktu. Makalah yang kami buat ini
berisi tentang pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini,
kami banyak mengambil materi dari buku-buku yang berkaitan dengan
masalah-masalah pendidikan dalam Islam, terutama yang berkaitan dengan
Al-Qur’an dan Hadits.
Penulisan dan penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Nafidah. selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum
yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
dalam meningkatkan pemahaman tentang menggunakan akal kita untuk berpikir.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah di kemudian hari.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada era ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sekarang ini,
pendiddikan Islam di tuntut untuk mekakukan antisipasi baik dalam dataran
pemikiran (konsep) maupun datara tindakan. Kesiapan dunia pendiddikan Islam dalam memasuki tahap ini banyak
bergantung pada akurasi dan antisipasi yang dilakukan, termasuk kejelian dalam
mengidentifikasi permasalahan yang di hadapi.[1]
Sebab dalam sistem pendidikan itu masih ada beberapa hal yang perlu di benahi,
khususnya yang berkaitan dengan problematika yang dihadapi dunia pendidikan Islam.
Di antara problematika itu adalah perkembangan ilmu pendidikan yang
lamban. Kelambanan ini setidaknya disebabkan oleh: pertama, lemahnya paradigma
pendidikan Islam, bahkan di anggap belum memiliki paradigma yang mapan, kedua,
teori-teori ilmiah yang menyentuh pada pendidikan Islam di rasa masih kurang.[2]
Akibatnya mendorong para pendidik untuk membuka paradigma baru yang membangun
dan mengembangkan teori-teori pendidikan Islam dalam membentengi sistem
pendidikan Islam pada era sekarang ini. Bahwasannya sistem pendidikan Islam
belum mengacu pada al-Quran dan al-hadist sehingga sistem pendidikan Islam
sekarang ini mudah terombang-ambing oleh pengetahuan barat dan teknologi yang
semakin canggih.
Berangkat dari latar belakng tersebut, maka perlu di coba untk
mencari konsep baru tentang pendidikan dalam perspektif al-qur’an dengan
harapan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru tentang teori pendidikan
yang integral antara ilmu dan wahyu,sistematis dan bersifat operasional terhdap
pendidikan Islam itu sendiri.[3]
B.
Rumusan Masalah
1.
bagaimana makna pendidikan dalam persepktif Al-Quran?
2.
bagaimana makna pendidika
dalam perspektif Al-Hadist?
C.
Tujuan
1.
Mempelajari pendidikan dalam perspektif Al Qur’an.
2.
Mempelajari dan memahami pendidikan dalam perspektif Al-Hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Pendidikan dalam Al-Quran
Tidak hanya negara yang mempunyai konsep pendidikan, Islam pun
mempunyai konsep pendidikan juga . konsep pendidikan negara yang sekarang kita
gunakan tidak stabil, hampir setiap
pergantian mentri mengalami pergantian kurikulum. Sedangkan konsep pendidikan Islam
yang mengacu pada al-Quran tidak di terapkan di dalam negara ini, padahal di
dalam al-Quran mengintroduksikan dirinya sebagai “pemberi petunjuk kepada jalan
yang lebih lurus” ( QS 17:19). Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi
kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok
dan karena itu di temukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk
tersebut.[4]
Rasulullah saw yang dalam hal ini bertindak sebagi penerima al quran, betugas
untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan
manusia (QS. 67:2), menyucikan dapat identik dengan mendidik, sedangkan
mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.[5]
Kebahagian hidup manusia itulah yang menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya
sangant bergantung pada masalah pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan
kunci untuk membuka pintu ke arah modernisasi.[6]
Modernisasi dalam sistem pendidikan dapat kita capai dengan pemberdayaan
pendidikan. Agar sistem pendidikan dapat terwujud maka perlu konsep dan pedoman
untuk mencapai tujuan tersebut. Guna mendapatkan konsep pendidikan, para
pedagog muslim setidaknya menawarkan beberapa istilah sebagai referensi dalam
mengkaji problematika sistem pendidikan tersebut, yaitu pendidikan Islam.[7]
Menurut abdurrahman an-Nahwaly. Menurutnya lafal-lafal itu adalah “tarbiyah , ta’lim dan ta’dzib.
Adapun penjelasan dari ketiga istilah itu sebagai berikut:
1.
Tarbiyah
Istilah tarbiyah itu setidaknya bisa memiliki arti tujuh macam,[8] yaitu
education ( pendidikan) , upbringing ( asuhan ), teaching ( pengajaran),
instruction (perintah), pedagogy (pendidikan), breeding (pemeliharaan), raising
(peningkatan). Istilath tarbiyah itu sendiri berasal dari kata raba-yarbu yang
berati tumbuh dan berkembanng.[9]
Semua arti itu sejalan dengan lafal yang digunakan oleh Al-Quran untuk
menunjukkan proses pertumbuhan dan perkembangan kekuatan fisik, akal, da
akhlaq. Hal ini diantaranya telah di jelaskan dalam al-Quran dalam surat as-Syu’ara:18
قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا
وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ
Artinya:
Fir’aun menjawab :” bukankah kami telah mengasuhmu di antara
(keluarga) kami, waktu kami masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa
tahun dari umurmu”.
Lafal tarbiyah dalam al–quran juga di maksudkan sebagai proses
pendidikan. Namun makna pendidikan tarbiyah dalam al quran tidak terbatas pada
aspek kognitif berupa pengetahuan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua,
akan tetapi pendidikan itu meliputi juga aspek afektif yang direalisasikan
sebagai apresiasi atau sikap respek terhadap keduanya dengan cara menghormati
mereka. Lebih dari itu, konsep tarbiyah meliputi juga tindakan untuk berbakti
bahkan sampai kepedulian untuk mendoakannya.
2.
Ta’lim
Istilah ta’lim memiliki dua pola atau bentuk jamak plural.
Perbedaan bentuk jamak itu mengakibatkan sedikit perbedaan arti, meskipun tidak
begitu signifikan untuk di bedakan .pertama, ta’lim dengan pola jamak ta’lim
mempunyai sembilan arti, yakni:informasi (berita), advice (nasehat), intruction
(perintah), direction (petunjuk), teaching (pengajaran), training (pelatihan),
schooling( pendidikan di sekolah), education (pendidikan ), apprenticeship
(bekerja sambil belajar). Kedua, ta’lim dalam pola jamak ta;limat hanya bearti
dua macam yakni :directives (petunjuk) dan announcement (pengumuman).
Lafal ta’lim ini dalam al quran disebut banyak sekali. Ayat yang
oleh para ahli dijadikan dasar proses rujukan proses pengajaran (pendidikan) di
antaranya adalah surat Al-Baqarah: 31:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ
كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ
هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan dia mengajarkan kepada adam
nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukannya kepada para malaikat
lalu berfirman:” sebutkanlah kepada aku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar “.
Dilanjutkan Al-Baqarah: 32:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ
لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mereka menjawab : maha suci engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada
kami,sesungguhnya engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.”
Ayat ini menunjukkan terjadinya proses pengajaran (ta’lim) kepada
adam sekaligus menunjukkan kelebihannya karena ilmu yang dimiliknya yang tidak
di berikan allah kepada para makhluk lainnya. Maka proses talim hanya bisa
terjadi pada makhluk berakal.
3.
Ta’dzib
Lafal ta’dib setidaknya memiliki lima macam arti yaitu: 1.education
(pendidikan ) 2. Discipline (ketertiban), 3. Punishment (chastisement-hukuman)
4. Disciplinary punishment-hukuman demi ketertiban nampaknya lafal ini lebih
mengarah kepada perbaikan tingkah laku. meskipun arti lafal ta’dizb begitu
tinggi nilainya,namun lafal ta’dizb tidak sekalipun dipakai dalam al quran.
barang kali asumsi al-Quran tidak menyebutkannya adalah bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam lafal
ta’dizb sudah termasuk dalam lafal yang menunjukkan dalam arti pendidikan yang
lain (tarbiyah dan ta’lim).[10]
4.
Tahzib
Hans Wehr mengartikan lafal tahzib dalam 10 macam arti.[11]
1. expurgation- penghijauan yang jelek, 2. emendation-perbaikan, 3. correction
atau retification-pembentukan,4. revision-perbaikan, 5. training-pelatihan, 6.
intruction-perintah, 7. education-pendidikan, 8. upbringing-penumbuhan, 9.
culture-kebudayaan dan 10. refinement-perbaikan. meskipun lafal tahzib begitu
tinggi kandungan artinya, namun ternyata tidak satu kali pun kata ini terdapat
dalam al-Quran. yang jelas ini juga menunjukan pada upaya menjadikan manusia
meningkatkan kualitas kebaikan seseorang supaya moral atau akhlaknya menjadi
lebih bagus. dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan, untuk itu istilah
tahzib juga di maksudkan sebagai upaya pendidikan. meskipun terma untuk
pendidikan tidak di gunakan dalam al quran hanya tarbiyah dan al-talim, tidak
bearti konsep pendidikan Islam tidak menyentuh aspek yang dimilki oleh istilah
ta’dib. sebab esensi dari sistem pendidikan adalah perbaikan moral. hal ini
tercermin dari misi rasulullah muhammad saw adalah penyempurnaan akhlak dengan
sabdanya;
artinya: “aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.”
begitu juga lafal tahzib yang lebih menekankan pada aspek perbaikan
atau penghilangan sifat buruk ini juga berkenaan masalah moral. sehingga
pendidikan akhlak di istilah tahzib al-akhlaq. sebab hasil dari pendidikan Islam
haruslah mampu berperan sesuai dengan kemajuan iptek, disamping harus menghiasinya
dengan dengan nilai-nilai akhlaq Islami. hal ini sebgai konsekuensi logis dari
posisi Islam sebagai agama penutup sehingga mesti memiliki nilai-nilai ajaran yang
sempurna. pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian yang menyeluruh
secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, perasaan dan indera.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam, menurut ashraf, adalah
penyerahan diri secara mutlak kepada allah swt. bahkan lebih tan musafdas lagi,
quraish shihab, seorang mufassir kenamaan indonesia, menyatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah membina manusia supaya menjadi khalifah allah di muka
bumi untuk membangun dunia sesuai konsep taqwa.[12]
B.
Prinsip-Prinsip Pendidikan dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadist
1. Prinsip Integrasi
Yaitu bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju akherat. Karena itu,
pendidikan dimaksudkan untuk bekal di akherat. Perilaku yang terdidik dan
nikmat Allah apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabadikan untuk
memenuhi keinginan Allah Swt..
Allah Swt. Berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ
اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ
اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
” (Q.S. Al-Qashash: 77)
Dari ayat tersebut menunjukkan prinsip integrasi, di mana arah perjalanan
hidup kita (termasuk pendidikan) dimaksudkan untuk mengabdi kepada Allah dan berorientasi
akherat, namun tidak melupakan kehidupan dunia.
2. Keseimbangan.
Yaitu seimbang antara unsur material dan spiritual, unsur jasmani dan
rohani. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal
secara bersamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
َالْعَ
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali yang beriman
dan beramal sholeh dan
nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3)
Juga dalam Q.S. Al-Mulk: 3 Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ
الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
“Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
3. Persamaan.
Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang manusia yang mempunyai
kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara jenis kelamin,
kedudukan sosial, bangsa, suku, ras, maupun warna kulit. Sehingga budak sekali
pun mendapatkan hak dalam pendidikan.
Rasulullah bersabda:
“Siapa pun di antara seorang laki-laki yang mempunyai seorang budak
permpuan, lalu diajar dan dididiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik
kemudian dimerdekakannya lalu dikawininya, maka (laki-laki) itu mendapat dua
pahala” (H.R. Bukhari).
4. Keutamaan.
Ditegaskan bahwa pendidikan bukan hanya proses mekanik melainkan merupakan
proses yang mempunyai ruh di mana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan
kepada keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari
nilai-nilai moral. Nilai moral yang paling penting dan paling tinggi adalah
tauhid.sedangkan nilai moral yang paling buruk dan paling rendah adalah syirik
Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ
أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa: 48)
Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan
kondisi belajr bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk
kepribadiannya denga perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut.
Rasulullah bersabda:
“Hargailah anak-anakmu dan baikkanlah budi pekerti mereka”(H.R.
Nasa’i).
5.
Berlangsung Seumur Hidup
Menuntut ilmu adalah fardhu ‘ain artinya diwajibkan bagi tiap-tiap
muslim selama hidupnya. Oleh karena menuntut ilmu berlangsung seumur hidup,
yaitu sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Prinsip ini bersumber dari
pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di
mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan
godaan yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam kehinaan. Dalam hal ini
dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali
kesalahan dan kejahatan yang dilakuan, disamping selalu memperbaiki kualitas
dirinya.
Allah
berfirman:
فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ
ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Maka
barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan
kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Maidah:
39)
Rasulullah
bersabda:
“Barang
siapa wafat dalam menuntut ilmu (dengan maksud) untuk menghidupkan Islam, maka
antara dia dan para Nabi adalah satu derajar di Surga” (H.R. Thabrani).
6.
Tidak Dibatasi Ruang dan Jarak
Pendidkan Islam bisa dilakasaakan di mana pun. Menuntut ilmu tidak
dibatasi ruang dan Jarak, artinya menuntut ilmu bisa dilakukan dimana saja,
bahkan bila perlu ke luar kota atau ke luar negeri.
Rasulullah
bersada:
“Tuntut
ilmu walalu sampai ke Negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu
diwajibkan atas tiap orang Islam, dan bahwasannya malaikat itu akan merendahkan
sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena rela (senang) pada orang-orang
yang menuntut ilmu” (H.R. Ibnu Barri)
7.
Berakhlakul Karimah
Menuntut ilmu sebagai relasi penddikan Islam haruslah memperhatikan
adab atau tata krama, baik kerika berlangsung pembelajaran (Ta’lim wa ta’lum),
maupun sebelum dan sesudah; misalnya murid menghormati ustadz/gurunya, dan guru
mengasihi serta menghargai muridnya.
Allah
berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21)
Rasulullah
bersabda:
“Sesungguhnya
aku telah diutus (tiada lain) untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (H.R.
Al Bazzar)
8.
Bersungguh-Sungguh dan Rajin
Setiap pengalaman ibadah dalam Islam (termasuk pendidikan) haruslah
dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh dan rajin (berkesinambungan) karena
hanya dengan demikian akan terwujud harapan serta akan diridhoi Allah.
Allah
berfirman:
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ
وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barang siapa yang menghendaki
kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia
adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan
baik.” (Q.S. Al Israa’:
19)
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ
كَدْحًا فَمُلاقِيهِ
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (Q.S.
al-Insyiqoq: 6).
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Q.S. Alam Nashroh:
7)
9.
Harus Diamalkan
Setiap ilmu yang telah dimiliki, dipahami dan diyakini kebenarannya
haruslah diamalkan. Manfaat ilmu baru dirasakan dan lebih berkah setelah
diamalkan.
Orang
yang mempunyai banyak ilmu tapi tak pernah diamalkan itu seperti pohon rindang
tapi tak berubah, jadi kurang atau tidak bermanfaatm, selain itu mereka juga
akan sangat menyesal di akhirat kelak.
Rasulullah
bersabda:
“Permpamaan
orang yang menuntut ilmu, lalu tidak mengajarkan menyebarkan dan mengamalkannya
adalah seperti orang yang menyimpan (menimbun) hartanya tapi tidak pernah
membelanjakannya” (H.R. Thabrani)
“Pelajari
ilmu apapun yang kamu kehendaki, demi Allah, kalian tidak akan diberi pahala
hanya dengan mengumpulkan ilmu sebelum kemu mengamalkannya” (H.R. Abul
Hasan Ibnul Akhzam dari Anas).
10.
Guna mewujudkan Kemaslahatan/Kebaikan Hidup
Setiap ilmu yang didapat selain harus diamalkan juga harusmembawa
manfaat; baik bagi dirinya sendiri, maupun bag orang lain. Misalnya ada
perubahan perilaku pada dirinya ke arah yang lebih baik, setelah ia mendapatkan
ilmu. Begitu juga orang-orang di sekitarnya harus mendapatkan manfaat dari ilmu
yang dimilikinya itu.
Rasulullah
bersabda:
“Apabila
datang kepadaku pergantian hari-hari, sedangkan pada hari itu aku tidak
menambahkan ilmu yang mendekatkan aku pada Allah SWT. Maka aku tidak akan
diberkahi pada hari itu.” (H.R. Tirmidzi).
Juga
dalam satu riwayat:
“Orang
yang paling berat penderitaannya di hari kiamat ialah orang pandai yang
pengetahuannya tak memberi manfaat baginya.” (H.R. Thabrani).[13]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu ke arah
modernisasi.Modernisasi dalam sistem pendidikan dapat kita capai dengan
pemberdayaan pendidikan. Agar sistem pendidikan dapat terwujud maka perlu
konsep dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. pendidikan Islam adalah
membina manusia supaya menjadi khalifah allah di muka bumi untuk membangun
dunia sesuai konsep taqwa.
Al-Quran mengintroduksikan dirinya sebagai “pemberi petunjuk kepada
jalan yang lebih lurus” ( QS 17:19). Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi
kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok
dan karena itu di temukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk
tersebut.
Daftar Pustaka
Abdurrahman An-Nahlawy. 1989. Prinsip-Prinsisp Metode Pendidikan Islam.
Bandung: Diponegoro
Drs. Heri jauhari Muchtar. 2008.
Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2001. Paradigma Pendidikan Islam.Pustaka
Pelajar
Horbison dan ca myers. 1964. Education,
Man Power
and Growth Strategies of Human Resources Development.
New York: Mcgrow Hill
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa
Arab-Indonesia. 1972 . Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Quran
Raradigma
Pendidikan Islam. diterbitkan IAIN Wali Songo, Mei 2011, Pustaka
Pelajar.
Shihab, Drs Quraish. 1994. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan
Sukanto. 1994. Prospek Dasar Agenda Masalah Pendidikan Dalam Pjp II, Makalah
seminar UII. Yogyakarta.
[1] Sukanto, Prospek Dasar Agenda Masalah Pendidikan Dalam Pjp II,
Makalah seminar UII, Yogyakarta, 28 juli 1994 hal 1.
[2]hal ini muncul pada seminar nasional tentang “ Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam “, Fakultas Tarbiyah IAIN
wali songo, Semarang, 3 April 1994
[3] “Paradigma Pendidikan Islam”, diterbitkan IAIN Wali Songo, Mei 2011,
Pustaka Pelajar.
[4] Shihab, Drs Quraish, “ Membumikan
Al-Quran ”,Bandung: Mizan, 1994.
[5] Bandingkan dengan amal Hamzah
Al-Marzuqiy dalam Nazhariyat Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah bayn Al-Fard wa Al-Mujtama’
, Makkah, Syarikat Makkah, 1400 H, h.1.
[6] Horbison dan ca myers, Education,
Man Power
and Growth Strategies of Human Resources Development, (New York: Mcgrow Hill,
1964) hal. 181.
[7] Abdurrahman An-Nahlawy, Prinsip-Prinsisp Metode Pendidikan Islam,(
Bandung: Diponegoro, 1989), hal 32.
[8] Wehr, a
dictionary.....,hal.324, kol 1
[9] Mahmud Yunus, Kamus
Bahasa Arab-Indonesia,( Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran
Al-Quran, 1972) hal.137
[10] Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang,” Paradigma Pendidikan
Islam “.Pustaka Pelajar:Mei 2001,hal.61
[11] Ibid.,hal.10,kol.II
[12] Quraish Shihab, “Membumikan Al-Quran” ,cet.II,( Bandung: Mizan,1992),
hal.173
[13]Drs. Heri jauhari Muchtar. Fikih Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008) hal, 131-133.
0 Comments:
Post a Comment