Header Ads

16 November 2014

MAKALAH AL-QUR’AN HADITS PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF AL-QUR’AN & HADITS

download ppt klik disini
Dosen Pengampu : Mukh. Nursikin, M.S.I.
Kelompok 10 :
M. Fuad Hasan (13410150)
Fandhon Setiyanto (13410134)
Sofiatul Azizah (13410148)
Laila Zuliani Ma’rifah (13410159)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT kerena atas berkah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADITS” ini tepat waktu. Makalah yang kami buat ini berisi tentang pembahasan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits tentang pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini,  kami banyak mengambil materi dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan dalam Islam, terutama yang berkaitan dengan Al-Qur’an dan Hadits.
Penulisan dan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nafidah. selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga  dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam meningkatkan pemahaman tentang menggunakan akal kita untuk berpikir. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah di kemudian hari.




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada era ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sekarang ini, pendiddikan Islam di tuntut untuk mekakukan antisipasi baik dalam dataran pemikiran (konsep) maupun datara tindakan. Kesiapan dunia pendiddikan  Islam dalam memasuki tahap ini banyak bergantung pada akurasi dan antisipasi yang dilakukan, termasuk kejelian dalam mengidentifikasi permasalahan yang di hadapi.[1] Sebab dalam sistem pendidikan itu masih ada beberapa hal yang perlu di benahi, khususnya yang berkaitan dengan problematika yang dihadapi dunia pendidikan Islam.
Di antara problematika itu adalah perkembangan ilmu pendidikan yang lamban. Kelambanan ini setidaknya disebabkan oleh: pertama, lemahnya paradigma pendidikan Islam, bahkan di anggap belum memiliki paradigma yang mapan, kedua, teori-teori ilmiah yang menyentuh pada pendidikan Islam di rasa masih kurang.[2] Akibatnya mendorong para pendidik untuk membuka paradigma baru yang membangun dan mengembangkan teori-teori pendidikan Islam dalam membentengi sistem pendidikan Islam pada era sekarang ini. Bahwasannya sistem pendidikan Islam belum mengacu pada al-Quran dan al-hadist sehingga sistem pendidikan Islam sekarang ini mudah terombang-ambing oleh pengetahuan barat dan teknologi yang semakin canggih.
Berangkat dari latar belakng tersebut, maka perlu di coba untk mencari konsep baru tentang pendidikan dalam perspektif al-qur’an dengan harapan dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru tentang teori pendidikan yang integral antara ilmu dan wahyu,sistematis dan bersifat operasional terhdap pendidikan Islam itu sendiri.[3]
B.     Rumusan Masalah
1.      bagaimana makna pendidikan dalam persepktif Al-Quran?
2.      bagaimana makna pendidika  dalam perspektif Al-Hadist?

C.    Tujuan
1.      Mempelajari pendidikan dalam perspektif Al Qur’an.
2.      Mempelajari dan memahami pendidikan dalam perspektif Al-Hadist.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Konsep Pendidikan dalam Al-Quran
Tidak hanya negara yang mempunyai konsep pendidikan, Islam pun mempunyai konsep pendidikan juga . konsep pendidikan negara yang sekarang kita gunakan  tidak stabil, hampir setiap pergantian mentri mengalami pergantian kurikulum. Sedangkan konsep pendidikan Islam yang mengacu pada al-Quran tidak di terapkan di dalam negara ini, padahal di dalam al-Quran mengintroduksikan dirinya sebagai “pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus” ( QS 17:19). Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok dan karena itu di temukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.[4] Rasulullah saw yang dalam hal ini bertindak sebagi penerima al quran, betugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk tersebut, menyucikan dan mengajarkan manusia (QS. 67:2), menyucikan dapat identik dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisika serta fisika.[5] Kebahagian hidup manusia itulah yang menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangant bergantung pada masalah pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu ke arah modernisasi.[6] Modernisasi dalam sistem pendidikan dapat kita capai dengan pemberdayaan pendidikan. Agar sistem pendidikan dapat terwujud maka perlu konsep dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. Guna mendapatkan konsep pendidikan, para pedagog muslim setidaknya menawarkan beberapa istilah sebagai referensi dalam mengkaji problematika sistem pendidikan tersebut, yaitu pendidikan Islam.[7] Menurut abdurrahman an-Nahwaly. Menurutnya lafal-lafal itu adalah “tarbiyah , ta’lim dan ta’dzib.
Adapun penjelasan dari ketiga istilah itu sebagai berikut:
1.      Tarbiyah
Istilah tarbiyah itu setidaknya bisa memiliki arti tujuh macam,[8] yaitu education ( pendidikan) , upbringing ( asuhan ), teaching ( pengajaran), instruction (perintah), pedagogy (pendidikan), breeding (pemeliharaan), raising (peningkatan). Istilath tarbiyah itu sendiri berasal dari kata raba-yarbu yang berati tumbuh dan berkembanng.[9] Semua arti itu sejalan dengan lafal yang digunakan oleh Al-Quran untuk menunjukkan proses pertumbuhan dan perkembangan kekuatan fisik, akal, da akhlaq. Hal ini diantaranya telah di jelaskan dalam al-Quran dalam surat as-Syu’ara:18
قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ
Artinya:
Fir’aun menjawab :” bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kami masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu”.
Lafal tarbiyah dalam al–quran juga di maksudkan sebagai proses pendidikan. Namun makna pendidikan tarbiyah dalam al quran tidak terbatas pada aspek kognitif berupa pengetahuan untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, akan tetapi pendidikan itu meliputi juga aspek afektif yang direalisasikan sebagai apresiasi atau sikap respek terhadap keduanya dengan cara menghormati mereka. Lebih dari itu, konsep tarbiyah meliputi juga tindakan untuk berbakti bahkan sampai kepedulian untuk mendoakannya.
2.      Ta’lim
Istilah ta’lim memiliki dua pola atau bentuk jamak plural. Perbedaan bentuk jamak itu mengakibatkan sedikit perbedaan arti, meskipun tidak begitu signifikan untuk di bedakan .pertama, ta’lim dengan pola jamak ta’lim mempunyai sembilan arti, yakni:informasi (berita), advice (nasehat), intruction (perintah), direction (petunjuk), teaching (pengajaran), training (pelatihan), schooling( pendidikan di sekolah), education (pendidikan ), apprenticeship (bekerja sambil belajar). Kedua, ta’lim dalam pola jamak ta;limat hanya bearti dua macam yakni :directives (petunjuk) dan announcement (pengumuman).
Lafal ta’lim ini dalam al quran disebut banyak sekali. Ayat yang oleh para ahli dijadikan dasar proses rujukan proses pengajaran (pendidikan) di antaranya adalah surat Al-Baqarah: 31:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan dia mengajarkan kepada adam nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukannya kepada para malaikat lalu berfirman:” sebutkanlah kepada aku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar “.
Dilanjutkan Al-Baqarah: 32:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mereka menjawab : maha suci engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami,sesungguhnya engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.”
Ayat ini menunjukkan terjadinya proses pengajaran (ta’lim) kepada adam sekaligus menunjukkan kelebihannya karena ilmu yang dimiliknya yang tidak di berikan allah kepada para makhluk lainnya. Maka proses talim hanya bisa terjadi pada makhluk berakal.
3.      Ta’dzib
Lafal ta’dib setidaknya memiliki lima macam arti yaitu: 1.education (pendidikan ) 2. Discipline (ketertiban), 3. Punishment (chastisement-hukuman) 4. Disciplinary punishment-hukuman demi ketertiban nampaknya lafal ini lebih mengarah kepada perbaikan tingkah laku. meskipun arti lafal ta’dizb begitu tinggi nilainya,namun lafal ta’dizb tidak sekalipun dipakai dalam al quran. barang kali asumsi al-Quran tidak menyebutkannya adalah  bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam lafal ta’dizb sudah termasuk dalam lafal yang menunjukkan dalam arti pendidikan yang lain (tarbiyah dan ta’lim).[10]
4.      Tahzib
Hans Wehr mengartikan lafal tahzib dalam 10 macam arti.[11] 1. expurgation- penghijauan yang jelek, 2. emendation-perbaikan, 3. correction atau retification-pembentukan,4. revision-perbaikan, 5. training-pelatihan, 6. intruction-perintah, 7. education-pendidikan, 8. upbringing-penumbuhan, 9. culture-kebudayaan dan 10. refinement-perbaikan. meskipun lafal tahzib begitu tinggi kandungan artinya, namun ternyata tidak satu kali pun kata ini terdapat dalam al-Quran. yang jelas ini juga menunjukan pada upaya menjadikan manusia meningkatkan kualitas kebaikan seseorang supaya moral atau akhlaknya menjadi lebih bagus. dan inilah yang menjadi tujuan pendidikan, untuk itu istilah tahzib juga di maksudkan sebagai upaya pendidikan. meskipun terma untuk pendidikan tidak di gunakan dalam al quran hanya tarbiyah dan al-talim, tidak bearti konsep pendidikan Islam tidak menyentuh aspek yang dimilki oleh istilah ta’dib. sebab esensi dari sistem pendidikan adalah perbaikan moral. hal ini tercermin dari misi rasulullah muhammad saw adalah penyempurnaan akhlak dengan sabdanya;
artinya: “aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.”
begitu juga lafal tahzib yang lebih menekankan pada aspek perbaikan atau penghilangan sifat buruk ini juga berkenaan masalah moral. sehingga pendidikan akhlak di istilah tahzib al-akhlaq. sebab hasil dari pendidikan Islam haruslah mampu berperan sesuai dengan kemajuan iptek, disamping harus menghiasinya dengan dengan nilai-nilai akhlaq Islami. hal ini sebgai konsekuensi logis dari posisi Islam sebagai agama penutup sehingga mesti memiliki nilai-nilai ajaran yang sempurna. pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, perasaan dan indera.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam, menurut ashraf, adalah penyerahan diri secara mutlak kepada allah swt. bahkan lebih tan musafdas lagi, quraish shihab, seorang mufassir kenamaan indonesia, menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia supaya menjadi khalifah allah di muka bumi untuk membangun dunia sesuai konsep taqwa.[12]
B.     Prinsip-Prinsip Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

1.      Prinsip Integrasi

Yaitu bahwa dunia ini merupakan jembatan menuju akherat. Karena itu, pendidikan dimaksudkan untuk bekal di akherat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Allah apapun yang didapat dalam kehidupan harus diabadikan untuk memenuhi keinginan Allah Swt..
Allah Swt. Berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
” (Q.S. Al-Qashash: 77)

Dari ayat tersebut menunjukkan prinsip integrasi, di mana arah perjalanan hidup kita (termasuk pendidikan) dimaksudkan untuk mengabdi kepada Allah dan berorientasi akherat, namun tidak melupakan kehidupan dunia.

2.      Keseimbangan.

Yaitu seimbang antara unsur material dan spiritual, unsur jasmani dan rohani. Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara bersamaan, secara implisit menggambarkan kesatuan yang tidak terpisahkan.
Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
َالْعَ
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali yang beriman dan beramal sholeh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3)

Juga dalam Q.S. Al-Mulk: 3 Allah berfirman:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

3.      Persamaan.

Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan derajat, baik antara jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa, suku, ras, maupun warna kulit. Sehingga budak sekali pun mendapatkan hak dalam pendidikan.
Rasulullah bersabda:
Siapa pun di antara seorang laki-laki yang mempunyai seorang budak permpuan, lalu diajar dan dididiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik kemudian dimerdekakannya lalu dikawininya, maka (laki-laki) itu mendapat dua pahala” (H.R. Bukhari).

4.      Keutamaan.

Ditegaskan bahwa pendidikan bukan hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang mempunyai ruh di mana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nilai moral. Nilai moral yang paling penting dan paling tinggi adalah tauhid.sedangkan nilai moral yang paling buruk dan paling rendah adalah syirik
Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa: 48)

Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan kondisi belajr bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya denga perlakuan dan keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut.

Rasulullah bersabda:
Hargailah anak-anakmu dan baikkanlah budi pekerti mereka”(H.R. Nasa’i).

5.      Berlangsung Seumur Hidup

Menuntut ilmu adalah fardhu ‘ain artinya diwajibkan bagi tiap-tiap muslim selama hidupnya. Oleh karena menuntut ilmu berlangsung seumur hidup, yaitu sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana manusia dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang dilakuan, disamping selalu memperbaiki kualitas dirinya.
Allah berfirman:
فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Maidah: 39)

Rasulullah bersabda:
Barang siapa wafat dalam menuntut ilmu (dengan maksud) untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan para Nabi adalah satu derajar di Surga” (H.R. Thabrani).

6.      Tidak Dibatasi Ruang dan Jarak

Pendidkan Islam bisa dilakasaakan di mana pun. Menuntut ilmu tidak dibatasi ruang dan Jarak, artinya menuntut ilmu bisa dilakukan dimana saja, bahkan bila perlu ke luar kota atau ke luar negeri.
Rasulullah bersada:
Tuntut ilmu walalu sampai ke Negeri China, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap orang Islam, dan bahwasannya malaikat itu akan merendahkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena rela (senang) pada orang-orang yang menuntut ilmu” (H.R. Ibnu Barri)

7.      Berakhlakul Karimah

Menuntut ilmu sebagai relasi penddikan Islam haruslah memperhatikan adab atau tata krama, baik kerika berlangsung pembelajaran (Ta’lim wa ta’lum), maupun sebelum dan sesudah; misalnya murid menghormati ustadz/gurunya, dan guru mengasihi serta menghargai muridnya.
Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. al-Ahzab: 21)

Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya aku telah diutus (tiada lain) untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (H.R. Al Bazzar)

8.      Bersungguh-Sungguh dan Rajin

Setiap pengalaman ibadah dalam Islam (termasuk pendidikan) haruslah dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh dan rajin (berkesinambungan) karena hanya dengan demikian akan terwujud harapan serta akan diridhoi Allah.
Allah berfirman:
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (Q.S. Al Israa’: 19)

يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (Q.S. al-Insyiqoq: 6).



فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Q.S. Alam Nashroh: 7)

9.      Harus Diamalkan

Setiap ilmu yang telah dimiliki, dipahami dan diyakini kebenarannya haruslah diamalkan. Manfaat ilmu baru dirasakan dan lebih berkah setelah diamalkan.
Orang yang mempunyai banyak ilmu tapi tak pernah diamalkan itu seperti pohon rindang tapi tak berubah, jadi kurang atau tidak bermanfaatm, selain itu mereka juga akan sangat menyesal di akhirat kelak.
Rasulullah bersabda:
Permpamaan orang yang menuntut ilmu, lalu tidak mengajarkan menyebarkan dan mengamalkannya adalah seperti orang yang menyimpan (menimbun) hartanya tapi tidak pernah membelanjakannya” (H.R. Thabrani)

Pelajari ilmu apapun yang kamu kehendaki, demi Allah, kalian tidak akan diberi pahala hanya dengan mengumpulkan ilmu sebelum kemu mengamalkannya” (H.R. Abul Hasan Ibnul Akhzam dari Anas).

10.  Guna mewujudkan Kemaslahatan/Kebaikan Hidup

Setiap ilmu yang didapat selain harus diamalkan juga harusmembawa manfaat; baik bagi dirinya sendiri, maupun bag orang lain. Misalnya ada perubahan perilaku pada dirinya ke arah yang lebih baik, setelah ia mendapatkan ilmu. Begitu juga orang-orang di sekitarnya harus mendapatkan manfaat dari ilmu yang dimilikinya itu.
Rasulullah bersabda:
Apabila datang kepadaku pergantian hari-hari, sedangkan pada hari itu aku tidak menambahkan ilmu yang mendekatkan aku pada Allah SWT. Maka aku tidak akan diberkahi pada hari itu.” (H.R. Tirmidzi).

Juga dalam satu riwayat:
Orang yang paling berat penderitaannya di hari kiamat ialah orang pandai yang pengetahuannya tak memberi manfaat baginya.” (H.R. Thabrani).[13]

















BAB III
PENUTUP
Pendidikan merupakan kunci untuk membuka pintu ke arah modernisasi.Modernisasi dalam sistem pendidikan dapat kita capai dengan pemberdayaan pendidikan. Agar sistem pendidikan dapat terwujud maka perlu konsep dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut. pendidikan Islam adalah membina manusia supaya menjadi khalifah allah di muka bumi untuk membangun dunia sesuai konsep taqwa.
Al-Quran mengintroduksikan dirinya sebagai “pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus” ( QS 17:19). Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagian bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok dan karena itu di temukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.











Daftar Pustaka

Abdurrahman An-Nahlawy. 1989. Prinsip-Prinsisp Metode Pendidikan Islam. Bandung: Diponegoro
Drs. Heri jauhari Muchtar. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001. Paradigma Pendidikan Islam.Pustaka Pelajar
Horbison dan ca myers. 1964. Education, Man Power and Growth Strategies of Human Resources Development. New York: Mcgrow Hill
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia. 1972 .  Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Quran
Raradigma Pendidikan Islam.  diterbitkan IAIN Wali Songo, Mei 2011, Pustaka Pelajar.
Shihab, Drs Quraish. 1994.  Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan
Sukanto. 1994. Prospek Dasar Agenda Masalah Pendidikan Dalam Pjp II, Makalah seminar UII. Yogyakarta.





[1] Sukanto, Prospek Dasar Agenda Masalah Pendidikan Dalam Pjp II, Makalah seminar UII, Yogyakarta, 28 juli 1994 hal 1.
[2]hal ini muncul pada seminar nasional tentang “ Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam “, Fakultas Tarbiyah IAIN wali songo, Semarang, 3 April 1994
[3]Paradigma Pendidikan Islam”, diterbitkan IAIN Wali Songo, Mei 2011, Pustaka Pelajar.
[4] Shihab, Drs Quraish, “ Membumikan Al-Quran ”,Bandung: Mizan, 1994.
[5] Bandingkan dengan amal Hamzah Al-Marzuqiy dalam Nazhariyat Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah bayn Al-Fard wa Al-Mujtama’ , Makkah, Syarikat Makkah, 1400 H, h.1.
[6] Horbison dan ca myers, Education, Man Power and Growth Strategies of Human Resources Development, (New York: Mcgrow Hill, 1964) hal. 181.
[7] Abdurrahman An-Nahlawy, Prinsip-Prinsisp Metode Pendidikan Islam,( Bandung: Diponegoro, 1989), hal 32.
[8] Wehr, a dictionary.....,hal.324, kol 1
[9] Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia,( Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Quran, 1972) hal.137
[10] Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,” Paradigma Pendidikan Islam “.Pustaka Pelajar:Mei 2001,hal.61
[11] Ibid.,hal.10,kol.II

[12] Quraish Shihab, “Membumikan Al-Quran” ,cet.II,( Bandung: Mizan,1992), hal.173
[13]Drs. Heri jauhari Muchtar. Fikih Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal, 131-133.

0 Comments:

Post a Comment