UNTUK PPT KLIK DISINI
Disusun Oleh:
Krisnanto Muhammad Aziz (13410124)
Ampuh Sejati (13410125)
Melya Dwi Astuti (13410126)
Parsad Amalia Ulhusna (13410127)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BALAKAANG
Al Qur’an adalah pedoman dari seluruh
umat yang ada di seluruh alam ini terutama umat beragama islam,namun disamping
itu terdapat hadis yang berfungsi sebagai pelengkap dari Al-Qur’an.
Hadis menurut ulama ushul adalah segala
perkataan,perbuatan & ketetapan Nabi Muhammad saw. yang bersangkut paut
dengan hukum,dan seiring berkembangnya zaman
hadis-hadis itu semakin bertambah banyak yang kadang-kadang membuat percekcokan
sesema muslim.
Penelitian ini
akan membahas tentang macam-macam hadis yang kemudian diharapkan timbulnya
pemahaman yang lebih mendalam tentang hadis.
B.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pembagian hadits berdasarkan kuantitas perawi?
Bagaimana macam-macam hadits yang maqbul dan mardud?
Bagaimana pengertian dan cara takhrij hadits?
C.
TUJUAN
Mengetahui pembagian hadits berdasarkan kuantitas perawi
Mengetahui macam-macam hadits yang maqbul dan mardud
Mengetahui pengertian dan cara takhrij hadits
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Pembagian Hadits Berdasarkan Kuantitas Perawi
Ditinju dari
sedikit banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadits terbagi kepada dua
macam, yakni:
Hadis mutawatir
dan Hadits ahad.
a.
Hadits mutawatir
Secara lughowi
istilah mutawatir berasal dari isim fail musytaq dari al-tawatur yang berarti
tatabu’ (datang berturut-turut dan beriringan satu dengan yang lain).
Secara istilah
yang dimaksud dengan mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak
periwayat alam setiap tingkatan satu dengan yang lainnya dan masing-masing
periayat tersebut semuanya adil yang tidak memngkinkan mereka itu semuanya
sepakat berdusta atau bohong semuanya berandar pada pancaindra.
Syarat-syarat hadits mutawatir:
1.
Bilangan atau jumlah periwayatnya banyak.
2.
Semuanya bersandar pada panca indera.
Macam-macam Mutawatir:
1.
Mutawatir Lafdzi, hadits yang diriwayatkan secara banyak periwayat
(mutawatir) dari sisi lafalnya satu dengan yang lain sam seperti hadits nabi
Muhammad: منكدبعلي متعمدا
2.
Mutawatir ma’nawi, hadits yang diriwyatkan secara banyak periwayat
(mutawatir) dipandang dari sisi lafalnya satu engan yang lain berbeda tetapi
masih dalam konteks yang sama (satu makna).
3.
Menurut M. Suhudi Ismail menambahkan Mutawatir ‘amali, amalan agama
(ibadah) yang dikerjakan oleh Rosululloh SAW, lalu diikuti oleh sahabat nabi
Muhammad dan seterusnya sampai umat islam sekarang ini.
b.
Hadits ahad
Yaitu hdits
yang tidak mencapai derajat mutawatir biasanya disebut dengan hadits ahad yang secara bahs dari kata wahid
artinya satu. Secara istilah sering diartkan dengan hadits yang jumlah
periwayatnya trbatas atau tidak banyak sebagaimana yang terjadi pada hadits
mutawatir. Hadits ahad dibagi menjadi tiga.
1.
Masyhur, secara etimologi berarti tersebar atau tersiar (muntasyir).
Menurut istilah menurut Ibn Hajar Al- Asqolan hadits adalah hadits yang
diriwayatkan lebih dari dua orang tetapi belum mencapai derajat mutawatir.
Menurut ulama Hadits Mashur adalah
hadits yang memiliki sanat terbatas dan lebih dari dua, namun derajatnya tidak
sampai mutawtir. Sebagian ulama terutama ulama ushul al fiqih menyamakan dengan
hadits mustafid (sesuatu yang tersiar atau yang terbatas).
Kriteri
kesohihan hadits bukan terletak pada kemasyhuran atau populernya sanat
tersebut, namun tergantung keriteria kesohihan hadits dan persambungan sanad
hadits tersebut. Dengan demikian hadits ang populer dapat bernilai macam-macam.
Beberapa bentuk nilai hadits masyhur adalah:
a.
Sohih, seprti hadits
b.
Hasan
c.
Da’if
2.
Aziz
Secara bahasa
dari kata عز يعز yang brarti kuat (QS.36:14) atau
sedikit/jarang atau disebut juga dengan (Al-nadir) atau disebut juga al-syarif
(yang mulia). Adapun secara istilah hadits aziz yaitu hadits yang jumlah
periayatnya tidak kurang dari dua orang
dalam seluruh tingkatannya.
Menurut ibnu
hajar Al’Asqalani, definisi lain tentang hadits aziz adalah hadits yang
diriwayatkan terbatas dua orang periwayat dalam sebagian tingkatannya dan
sebagian lainnya ada yang lebih dari dua periwayat.
Contoh hadits
aziz adalah tentang mencintai nabi Muhammad SAW. Yang artinya:
Tidaklah
beriman seseorang kepada kami sehingga mencintai diri Nabi dari cintanya kepada
orang tua dan akanya.
3.
Garib
Secara
etimologi kata garib merupakan kata musyabbih yang bermakna sendirian
atau jauh dari keluarganya atau jauh dari tanah air atau sulit dipahami.
Secara istilah
hadits garib diriwayatkan oleh satu periwayat saja dengan tidak dipersoalkan
dari tabaqot mana saja.
Oleh karena itu
ada ulama yang menyebut hadits ini dengan istilah hadits fard.
Kemungkinan-kemungkinan
ke ghoriban suatu hadits:
a.
Hadits yang ghorib dari sisi matan
Hal ini dikaernakan
seluruh matan hadits tidak dikenal oleh ulama hadits.Adanya hal ini disebabkan
adanya periwayat sanad yang garib atau sebagian lafat dalam hadits tersebut
sulit dipahamikaren dalam masyarakat matan tersebut jarang digunakan, atau dapat berupa lafal
hadits tersebut tdak temuat dalam matan yang semakna di sanad-sanad yang lain.
b.
Hadits yang ghorib dari sisi sanad
Dapat terjadi
dua kemungkinan yaitu gorib mutlak dan
gorib nisbi yaitu kegoriban terletak pada asal sanad yaitu terletak di tingkat
tabi’in atau tabi’ atau tabi’in dan juga
dapat terjadi pada setiap tingkatannya. Kegoriban atau kesendirian sanad
tidak berlaku pada tingkatan sahabat, hadits tersebut dikarenakan ulama sepakat
bahwa periwayat ditingat sahabat dinyatakan adil semuanya walaupun sendirian.
c.
Hadits yang ghorib dari sisi sanad dan matan
Gabungan dari
kedua bentuk diatas.
Hadits yang
gorib belum tentu bernilai do’if. Dintara hadits yang gorib ada yang sohih.
Terhadap
kehujjahan hadits ahad, ulama berbed pendapat ada yang mengatakan qad’iy dan
ada yang zanni al wurud atau dallahnya.
B.
Macam-Macam Hadits Yang Maqbul Dan Mardud
1.
Pengertian hadis maqbul dan mardud
A.
Hadis maqbul,secara bahasa berarti yang diambil, yang
diterima dan yang dibenarkan. Sedangkan menurut istilah ahli hadis,
hadis maqbul ialah hadis yang telah sempurna syarat-syarat penerimaannya. Hadis
shahih dan hadis Hassan termasuk dalam hadis maqbul.
1)
Hadis Shahih
Hadis shahih menurut Ibn Salah adalah hadis shahih yang sanadnya
bersambung,diriwayatkan oleh periiwayat yang adil dan dabit dari awal sampai
akhir sanadnya tidak ada yang syaz dan ‘illat.
Menurut Subhi al-Salih hadis shahih adalah,hadis yang sanadnya
bersambung,dikutip oleh periwayat yang adil dan cermat dari orang yang sama
hingga berakhir sampai ke Rasulullah SAW. atau kepada sahabat dan tabi’in,bukan
hadis yang syaz dan tidak ada ‘illiat.
Kedua pendapat tentang hadis sahih itu di ringkas kembali oleh Imam
al-Nawawi ysng mengungkapkan bahwa hadis shahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung,adil,dabit, tidak ada syaz dan ‘illiat.
Dan dari beberapa pendapat tentang hadis shahih itu dapat di
simpulkan bahwa hadis shahih iyalah hadis yang sanadnya bersambung,dirieayatkan
oleh periwayat yang adil dan dabit sampai akhir sanadnya,serta tidak ada
kejanggalan dan kecacatan. Contoh dari hadis shahih adalah Rukun islam yaitu
syahadat,sholat,zakat,puasa dan haji. Yang diriwayatkan oleh Hundalah Ibn Abi
Sufyan,Ikrimah ibn Khalid dan Ibn umar ra.
Syarat-syarat
hadis Shahih :
a.
seluruh sanadnya bersambung (musnad) ,masing-masing
periwayat yang terlibat dalam transmisi harus mendengar langsung dari periwayat
sebelumnya.
b.
Periwayat yang terkandung dalam periwayat hadis harus ‘adil. Kriteria
periwayat yang ‘adil adalahberagama islam,mukallaf,melaksanakan
ketentuan agama,memelihara muru’ah.
c.
Diriwayatkan atas periwayat yang dabit.
d.
Tidak terdapat adanya syaz.
e.
Tidak adanya ‘illiat atau kecacatan pada hadis.
Macam-macam
hadis Shahih
Shahih
lizatihi, adalah hadis shahih yang telah memenuhi syarat-syarat untuk dinilai
shahih secara sempurna.
Shahih
lighairihi,adalah hadis shahih yang awalnya dinilai sebagai hadis Hassan,namun
dapat berubah menjadi hadis shahih karena di kuatkkan oleh pndapat dari beberapa periwayat.
2.
Hadis Hassan
Secara bahasa hadis Hassan berarti yang baik atau yang bagus,namun
dalam terminology hadis,hadis Hassan hampir mirip dengan hadis shahih,semua
syarat terpenuhi,namun kelemahanya ada pada daya hafalannya.
Macam-macam hadis Hassan
Hadis Hassan juga di klasifikasikan mirip dengan hadis Shahih
Yang pertama adalah Hadis Hassan
lizatihi,hamper sama dengan hadis Shahiih,hadis Hassan lizatihi adalah hadis
yang tellah mencapai syarat-syarat secara sempurna untuk di panggil hadis
Hassan.
Yang kedua yaitu hadis Hassan
lighairihi,hadis yang didalam sanadnya tidak di ketahui keadaanya,tidak dapat
dipastikan kelayakannya. Dengan demikian Hassan lighairih adalah hadis yang
diriwayatkan oleh periwayat yang dha’if
namun dha’ifnya tidak disebabkan oleh banyak kesalahan,tidak bersifat fasiq.
B.
Hadis mardud,hadis mardud secara bahasa adalah yang ditolak atau
yang tidak di terima. Namun secara istilah hadis mardud adalah hadis yang tidak
menunjuki keterangan yang kuat keberadaanya serta tidak keterangan yang kuat
atas ke tidakadaanya. Hadis dha’if adalah hadis yang termasuk sebagai hadis
mardud.
Hadis dha’if adalah hadis yang didalamnya tidak ada ciri ke-Shahihanya dank e-hassanannya . di dalamnya terdapat
periwayat yang dusta atau tertuduh dusta,banyak membuat keliruan,pelupa,suka
maksiat dan fisik,banyak angan-angan,menyalahi periwayat keppercayaan,periwayat
tidak dikenal,penganut bid’ah dan tidak baik hafalanya.
Menurut para ulama hadis
dha’if di bagi berdasarkan kelemahanya,ada lima kelemahan tentang hadis dha’if.
a.
Sanad terputus,masih di bagi lagi menjadi 2 yaitu
· Secara
jelas,ada hadis Mursal,
ü hadis yang
periwayat pertama di tingkat sahabt tidak digugurkan atau tidak disebutkan
namanya.
ü Hadis
munaqati,hadis yang gugur atau disbutkan periwayat yang tidak jelas.
ü Hadis
mildal,hadis yang gugur karena periwayatnya berjumlah 2 secara berturut-turut
ü aHadis
muallaq,hadis yang dibuang permulaan sanadnya,baik yang dubuang seorang atau
lebih.
· Secar
khafi,hanya ada 1 yaitu hadis mudallas,hadis yang disembunyikan aibnya.
b.
Secara periwayatnya
· Hadis
Mawdu’,hadis yang dibuat dan seakan-akan berasala dari Rasullulah saw.
· Hadis
Matruk,hadis yang ditinggalkan karena periwayatnya di tuduh dusta dan nampak
kefasiqkannya.
c.
Berdasarkan kadabitanya,
· Hadis
Munkar,hadis yang diriwayatkan oleh satu periwayat yang lemah serta menyalahi
periwayat yang lain.
· Hadis Mulallal
hadis yang mengandung cacat yang dapat menodai kashahihan.
· Hadis
mudraj,hadis yang sanad atau matannya terdapat suatu tambahan.
· Hadis
maqlub,hadis yang terbalik lafalnya pada matan,nama seseorang atau nasab ada di sanadnya
· Hadis Mazud fi
Muttasil al-Asanid,adanya penambahan tertentu pada suatu sanad.
· Hadis Mudtirib,hadis
yang didalamnya masih ada perselisihan.
· Hadis
Syaz,hadis yang diriwayatkan oleh seorang kepercayaan yang periwayatanya
berlawanan dengan riwayat orang banyak yang dipercaya,dengan cara menambahi
atau mengurangi.
C. PENGERTIAN TAKHRIJ DAN DAN CARA MENENTUKAN TAKHRIJ
I. Pengertian
Takhrij
Takhrij menurut
bahasa
“Kumpulan dua
perkara yang saling berlawanan dalam satu masalah”
Takhrij menurut
istilah :
Pengertian
Tahrij Hadis : “Menunjukan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, dimana
hadist tersebut telah di riwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian
menjelaskan derajatnya jika di perlukan”
Penjelasan
definisi:
1. Menunjukan
tempat hadits, berarti menyebutkan kitab-kitab tempat hadits tersebut.
2.
Sumber-sumber asli hadits ialah:
a. Kitab-kitab hadits yang dihimpun
para pengarang dengan jalan yang diterima dari guru-gurunya dan lengkap dengan
sanad-sanadnya sampai ke Nabi Muhammad SAW, seperti kitab hadis enam, Muwatta’
Imam Malik, Masnad Ahmad, Mustadrak, Al-Hakim dan Musannaf Abdur Razzaq, serta
sesamanya.
b. Kitab-kitab hadis pengikut
(tabi’) kitab-kitab hadis pokok di atas, seperti kitab-kitab yang menghimpun
kitab-kitab hadis di atas. Misalnya kitab Al-Jam’u Bainas Sahihain, karya
Al-Humaidi. Kitab-kitab yang menghimpun bagian terkecil (Tarf) kitab-kitab di
atas. Misalnya , kitab Tahfatul Asyraf Bi-Ma’rifatul Atraf, karya Al-Mazi. Dan
kitab ringkasan dari kitab-kitab tersebut.
c. Kitab-kitab selain hadis.
Misalnya, kitab tafsir, fikih, dan sejarah yang didukung hadis dengan syarat,
penulisnya meriwayatkan lengkap dengan sanadnya sendiri. Maksudnya, mereka
tidak mengambil kitab-kitab dari sebelumnya. Di antar kitab-kitab ini adalah
kitab Tafsir dan Tarikh, karya At-Tabari
dan Al-Umm, karya Asy-syafi’i. Kitab-kitab tersebut, bukan merupakan
kitab himpunan hadis, namun pembahasannya didukung oleh hadis, baik dalam
menafsirkan ayat atau menjelaskan hukum, dan sebagainya. Ketika menyebuttkan
hadis-hadis tersebut sebagai pendukung, pengarangnya selalu meriwayatkan dari
para gurunya lengkap dengan sanad-sanadnya sampai ke Nabi Muhammad SAW dan
tidak mengambil karya yang lain sebelumnya. Inilh yang di maksud dengan
sumber-sumber hadis yang asli.
II. Cara
Menentukan Takhrij
Cara Menentukan Tahrij :
Jika ita hendak mentahrijkan hadis
dan hendak mengetahui tempat dalam sumber aslinya, terlebih dahulu harus
mepelajari keadaan hadis yang kita maksudkan, sebelum kita meneliti kitab-kitab
hadis. Hal ini dengan cara melihat sahabat yang meriwayatkannya (jika
terdapat), pokok bahasannya, lafal-lafalnya, lafal pertamanya, atau dengan
melihat sifat-sifat tertentu dalam sanad dan matannya. Demikian ini, agar kita
dapat menentukan metode yang tepat dan mudah dalam menakhrijkan hadis yang kita
maksud.
Metode
menakhrijkan hadis ada sekitar lima
macam, yaitu :
a. Dengan cara
meengetahui sahabat yang meriwayatkan hadis.
b. Dengan cara
mengetahui lafal pertama dan matan hadis.
c. Dengan cara
mengetahui lafal matan hadis yang sedikit berlakunya.
d. Dengan cara
mengetahui pokok bahasan hadis atau sebagainya, jika mengandung beberapa
pembahasan.
e. Dengan cara
meneliti keadaan hadis, baik dalam sanad atau matannya
Dengan adanya lima metode, di sini
saya akan berusaha untuk menjelaskan sedikit terhadap metode pertama dan metode
yang terakhir.
1. Metode yang
pertama dengan Cara Mengetahui Sahabat yang Meriwayatkan Hadis
A. Penggunaan Metode
Metode takhrij ini dapat diterapkan
selama nama sahabat yang meriwayatkan, terdapat dalam hadis yang hendak ditakhrij.
Jika sebaliknya, atau tidak mungkin dapat diketahui dengan cara apapun,
jelas metode ini tidak bisa di terapkan.
B. Untuk menerapkan motode takhrij
yang pertama ini, kita dapat memakai tiga macam kitab,yaitu:
a. Kitab-kitab Musnad
b. Kitab-kitab Mu’jam
c. Kitab-kitab Atraf
A. Kitab-kitab
Musnad
Musnad adalah kitab hadis yang
disusun berdasarkan nama-nama sahabat, atau kitab yang menghimpun hadis-hadis
tersebut.
Musnad yang
telah berhasil di tulis para ahli hadis, jumlahnya cukup banyak , hingga
mencapai seratus musnad, bahkan lebih. Menurut Al-Kattani dalam Al-Risalatul
Mustatrafah bahwa kitab-kitab Musnad tersebut, berjumlah 82 kitab, dan selain
itu masih banyak lagi.
Nama-nama
sahabat dalam kitab Musnad itu terkadang disusun berdasarkan urut huruf hijaiyah.
Menurut
sebagian Ahli hadis , Musnad adalah kitab hadis yang di susun berdasarkan
urutan bab-bab fiqih atau berdasarkan urutan huruf Hijaiyah, tidak berdasarkan
urutan nama sahabat. Karena pada dasarnya hadis riwayat sahabat bernilai musnad
dan marfu sampai kepada Rasululloh SAW, se[erti Musnad Baqiyi Bin Makhlak
AL-Andalusi ang di susun berdasarkan bab-bab fiqih
Berikut ini nama-nama sbagian kitab
Musnad :
a. Musnad
Ahmad bin Hambal (-241 H)
b. Musnad Abu
Bakar, Abdullah Bin Az-Zubair Al-Humaidi.
c. Musnad Abu
Dawud Sulaiman Bin Dawud At-Tayalisi (-204 H)
d. Musnad
Asad bin Musal Al-Umawi (-212 H )
e. Musnad
Musaddad bin Mussarhad Al-Asadi Al-Basri(-228 H)
f. Musnad
Nu’aim bin Hammad
g. Musnad
Ubaidillah bin Musa Al-Aisi
i. Musnad Abu
Ya’laAhmad bun Ali Al-Musani Al-Mausili
(-249 H)
h. Musnad Aid
bin Humaid (-249 H)
Dari beberapa Musnad diatas, hanya dua
musnad yag akan kami sampaikan. Yaitu Musnad Al Humaidi dan Musnad Ahmad Bin
Hambal. Karena kedua Musnad tersebut , yang telah di cetak dan masyur di
kalangan masyarakat, sehingga mudah mendapatkannya.
a. Musnad Al-Humaidi
Musnad ini ditulis Al-Hafiz Abu
Bakar Abdullsh bin Az-Zubair Al Humaidi, guru Al Bukhar yang wafat tahun 219 h,
dalam ukuran sedang dan terdiri atas sebelas bagian hadis.
Kitab musnad
ini memuat 1300 hadis sesuai dengan jumlah nomr urut dalam naskah yang telah
dicetak, dan disusun berdasrkan urutan Musnad Sahabat, hanya saja nam sahabat
tidak disusun memakai urutan huruf hijaiyah, tetapi memakai sistemaika lain.
Dalam sistematika lain. Dalam sistematika kitabnya, beliu terlebih dahulu
menyebutkan Musnad Abu Bakar As Siddiq, khulafaurrasyidin, sesuai dengan urutan
sejarahnya. Musnad sepuluh sahabat yang telah dijanjikan Nabi masuk surga.
Kecuali Talhah bin Ubaidillah, karena Al Humaidi tidak pernah meriwaatkan hadis
melalui jalannya. Sedang berharap susunan nama-nama ssahabta lainnya tidak kami
dapatkan caraa beiau gunakan. Tetapi yang jelas beliau menyebutkan sahabat yang
lebih dahuu masuk islam, ummahatul mukminin, sahabat wanita, kemudian para rawi
dari sahabat Ansar, dan baru kemudian sahabat pada umumnya.
Sahabat yang
menjadi sandaran hadis dalam Musnad ini berjumlah 180 sahabat dan hanya satu
hadis yang di riwayatkan Al-Humaidi dengan jalan yag banyak.
Cara melacak
hadis pada musnad ini ialah mula-mula di cari nama sahabat yang
meriwayatkannya, kemudian hadis yang di maksud dicari dalam musnadnya. Jika
hadis tersebut terdapatdi dalam Musnad, maka Al Humaidi jelas meriwayatkan
dalam Musnassdnya. Tetapi jika sebaliknya , yakni hadis tersebut tidak terdapat
dalam musnad, berarti Al Humaidi tidak meriwayatkan dalam Musnadnya, dan harus
dicari dalam kitab lain.
b. Musnad Ahmad bin Hambal
Musnad telah dicetak menjadi enam
jilid besar dan semua 40.000 hadis, di tulis Imam Ahmad bin Hambal
As-syaibaniyag wafat tahun 241 H. Musnad
ini disusun berdasarkan musnad-musnad sahabat ataukitab-kitab yang meriwayatkan
hadis-hadis setiap sahabat, tanpa memerhatikan pokok bahasan hadis itu. Beliau
tidak menyusun nama-nama sahabat berdasarkan urutan huruf hijaiyah, karena
beliau hanya memperhatiakan beberapa hal, antar lain: keutamaan tempat tinggal,
dan kabilah para sahabat dan sebagainya.
Langkah pertama
bagi orang yang ingin mentkhrij hadis yang telah diketahui nama sahabat yang
meriwayatkannya adalah melihat daftar isi yang telah di isi petunjuk , guna
mengetahui tempat musnad sahabt itu secara mudah, baik dari juz ataupun halamannya.
Musnad Imam
Ahmad bin Hambal ini memuat 904 musnad sahabat, yang diantaranya memuat jumlah
hadis yang besar . Ada juga memuat hadis diantara kedua musnad.
Mula-mula Ahmad
menyebutkan Musnad sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, dengan mendahulukan
Musnad Khulafah Rasyidin( Abu Bakar , Umar , Usman dan Ali), kenmudian
menyebutkan hadis abdur Rahman bin Abu Bakar , tiga hadis untuk tiga sahabat,
kemudian musnad dan hadis Ahlul Bait. Begitulah seterusnya hingga pada hadis
Syaddad bin Al-Hadi.
B. Kitab-kitab
Mu’jam (Al-Ma’ajim)
1) Pengertian
Mu’ajim
Al-Ma’ajim adalah kitab-kita hadis
yang disusun berdasarkan musnad-musnad sahabat, guru-gurunya, egara atau
lainnya dan umumnya sununan nama-nama sahabat itu di berdasarkan urutan huruf
hijaiyah.
2) Kitab-kitab
Mu’jam yang Masyur
Kitab-kitab Mu’jam ini jumlahnya
banyak sekali, dan yang masyur adalah:
a. Al-Mu’jamul Kabir
Kitab Al-Mu’jamul Kabir adalah karya
Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad Tabrani (-360 H). Kitab tersebut di susun
berdasarkan musnad-musnad sahabat sesuai dengan urut huruf hijaiyah, kecuali
musnad Anu Hurairah yang telah disusun
dalam kitab tersendiri, memuat 60.000 hadis. Karena itu Ibnu Dahyah
berpendapat, kitab Mu’jam merupakan kitab Mu’jam terbesar di diunia. Di katakan Mu’jam secara secara umum dalam
istilah ahli hadis maka yang di maksud adalah Mu’jam Al-Kabir. Jika yang di
maksud selainyang diatas maka di berikanketerangan.
b. Al-Mu’jamul Ausat
Kitab Al-Mu’jamul adalah karya Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad
At-Tabrani. Kitab tersebut disusun berdasarkan nama-nama gurunya yang hampir
mencapai 2.000 orang dan didalamnya terdapat 30.000 hadis.
c. AL-Mu’jam As-Sagir
Kitab Al-Mu’jam As-Sagir adalah
karya Abdul Qasim Sulaiman bin Ahmad AT-Tabrani. Kitab tersebut meriwayatkan
hadis dari 1.000 orang guru, dan kebanyakan hanya di ambil satu hadis dari
setiap guru.
d. Mu’jam As-Sahabah
Kitab Mu’jam As-Sahabah adalah karya
Ahmad bin Ali bin Lalin Al-Hmadany,(-398 H).
C. Kitab-kitab
Atraf
1) hakekat kitab Atraf
Kitab atraf adalah bagian
kitab-kitab hadis yang hanya menyebutkan bagian (tarf) hadis yang dapat
menunjukan keseluruhannya, kemudian menyebutkan sanad-sanadnya, baik secara
menyeluruh atau hanya di nisbatkan (dihubungkan) pada kitab-kitab tertentu.
Dalam Atraf ini ada yang sanadnya secara menyeluruh dan ada yang hanya
menyebutkan gurunya.
2) Susunan kitab Atraf
Pad umumnya kitab Atraf disusun
berdasarkan musnd-musnad sahabat sesuai dengan urutan huruf hijaiyah.
Maksudnya, kitab tersebut di muai denga hadis-hadis sahabat yang namanyadi
urutkan dengan huruf hijaiyah. Tetapi terkadang kitab tersebut disusun
berdasarkan huruf awal matan hadis, seperti yang di lakukan Abul Fadl Tahir,
dalam kitab Atraful Gara’ib Wal-Afrad
karya Ad-Daruqutni.
3) Arti Atraf
Atraf adalah bagian dari matan hadis
yag dapat menunjukan keseluruhannya.
4) Jumlah Kitab Atraf
Jumlahnya banyak sekali, yang masyur
(terkenal) diantaranya ialah :
a. Atraf As-Sahihain karya Abu
Mas’ud Ibrohim bin Muhammad Ad-Dimasyqi (-410
h)
b. Araf As-Sahihain karyan Abu
Muhammad khalaf bin Muhammad Al wasit (-410
H)
c.
Al-Asyraf Makrifatil Atraf, tentang Atraf hadis kitab sunan empat, karya
Al-Hafiz Abul Qasim Ali bin Al-Hasan, yang dikenal dengan Ibnu ‘Asakir
Ad-Dimasyqi (-571 H)
5) Kegunaan Kitab Atraf
Kegunaan kitab Atraf banyak sekali,
beberapa yang masyur yaitu :
a.
Dapat mengetahui sanad yang berbeda-beda , tetapi dapat di kumpulkan dalam
suatu tempat, dan selanjutnya dapat mengetahui hadis garib, hadis aziz dan
hadis masyur.
b.
Dapat menetahui para Rawi hadis yitu para imam yang mengarang kitab-kitab hadis
pokok dan bab yang mereka riwayatkan.
c.
Dapat mengetahui jumlah hadis setiap sahabat dalam kitab-kitab yang menjadi
objek kitab Atraf
2. Metode yang
kelima Dengan Jalan Meneliti Sanad dan
Matan Hadis
Yang dimaksud dengan metode ini
adalah mempelajari sedalam-dalamnya tentang keadaan matan dan sanad hadis,
kemudian mencari sumbernya dalam kitab-kitab yang khusus membahas keadaan matan
dan sanad hadis tertentu.
Sifat dan
Keadaan matan, sanad, dan kemudian keduanya.
A. Penelitian
Matan
a. Jika dalam matan hadis terdapat
tanda-tanda keoalsuan saeperti lemah
lafalnya, rusak maknanya dan bertentangan dengan teks Al-Quran yang sarih atau
sebagainya. Maka cara yang tepat untuk mengetahui sumbernya adalah melihat
kitab-kiitab Al Maudu’ (Kitab-kitab tentang hadis maudu’). Dengan
kitab-kitab ini, dapat diketahui hadis-hadis yag mempunyai sifat-sifa tersebut
di atas, takhrijnya,bahasan, dan penjelasan tentang orang yang memal sukanya.
Di antar
kitab-kitab tentang hadis maudu’ terdapat kkitab yang disusun berdasrkan urutan
huruf hijaiyah dan terdapat yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih. Kitab yang
disusun berdasarkan huruf Hijaiyah adalah Al Maudu’atul Kubra karya
Syekh Ali Al Qari Al Harawi (-1014). Kitab yang yang disusun berdasarkan
bab-bab fiqih adalah Tanzihus-Syariat Al Marfu’ah Anil Ahadisis-Al Maudu’ah,
karya Abul Hasan Ali bin Muhammad bin
Iraq Al Kinani(-963)
b. Jika matan itu termasuk hadis
qudsi, maka sumber yang tepat untuk mencarinya adalah kitab-kitab yang khusus
menghimpun hadis Qudsi, karena didalamnya di sebutkan hadis dan parawinya
secarab lengkap.
Diantar
kitab-kitab tentang hadis qudsi:
1.
Misykatul Anwar Fima Ruwiya ‘Anillahu Subhanahu Wa Ta’ala Minal Akhbar,
karya Muhyidin Muhammad bin Ali bin Arabi Al Khatimi Al Andalusi(-638), yang
menghimpun 101 hadis lengkap dengan sanadnya.
2. Al
Ithafus-Saniyyah Bil Alhadsil Qudsiyyah, karya Syekh Abdur-Rauf Al Munawi (-1031), yang
berisi 272 hadis tanpa dengan sanadnya,
namun disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah.
B. Penelitian
Sanad
Jika dalam sanad hadis terdapt
kesamaran, seperti :
a. Seorang baoak meriwayatkan hadis dari ankanya
, maka sumber yang tepat untuk menakhrijnya adalah kitab-kitab khusus tentang
hadis-hadis riwayat bapak dari anaknya. Seperti kitab Riwayatul Aba’ ‘Anil
Abna , karay Abu Bakar Ahmas Bin Ali Al
Khatib Al Bagdadi(-463 H)
b. Sanadnya Musalsal. Maka dapat di
pakai kitab-kitab tentang hadis Musalsal, seperti kitab Al Musalsaltul
Kubra, karya As Suyuti, yang menghimpun 85 hadis musalsal, dan kitab Al
Manahilus Salsallah Fil Ahadisil
Musalsalah, karya Muhammad bin Abdul Baqi Al Ayyubi, yang menghimpun 212
hadis musalsal.
c. Sanadnya Mursal. Maka dapat di
pakai kitab-kitab tentang hadis mursal,
seperti kitab Al Marasil, karya Abu Dawud As Sijistani, yang di
susun berdasarkan bab-bab fikih, dan kitab Al Marasil, karya Ibnu Ibnu
Hatim Abdur Rahman bin Muhammad Al
Hanzal Ar Razi (-327).
d.
Parawinya lemah. Maka dapat di cari dalam kitab-kitab tentang perawi daif dan
yang masih di bicarakan kualitasnya seperti kitab Mizanul I’tidal, karya
Az Zahabi.
C. Penelitian
Matan dan Sanad
Dalam hal ini terdapat beberapa
sifat dan keadaan seperti adanya illat dan kesamaran dalam matan atau sanad
hadis. Hadis yang demikin ini dapat di cari dalam kitab-kitab yang khusus
mebicarakn illat dan kesamaran hadis , yang diantaranya :
a. ‘illalul hadis, karya Ibnu Abu
Hatim Ar Zani, yang disusun berdasrkan bab-bab fiqih. Pada setiap bab-bab
disebutkan hadis-hadis yang mengandung illat dan diterangkan illatnya secara
baik.
b. Al Asma’ul Mubhamah Fil Anaba’il
Muhkamah, karya Al Khatib Al Baghdadi. Dalam kitab in di bahas hadis-hadis yang
matanna engandung nama-nama atau hal-hal
yang samar, kemudian hal itu dijelaskan dengan jalan mengemukakan hadis
riwayat lain yang menyebutnya nama atau atau hal yang samar tersebut secara
jelas.
Kitab ini
disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah sesuai dengan nama atau hal yang
samar itu. Mengetahui nama atau hal yang samar tersebut adalah sulit sekali,
karena bagi orang yang mengetahuinya tentu tidak peru, dan bagi orang yang
belum mengetahuinya tidak akan dapat mengetahui tempatnya.
c. Al Mustafad Min Mubhamatil Matni
Wal Isnad, karyya Abu Zur’ah Ahmad bin Abdur Rahim Al Iraqi. Kitab ini disusun
berdasarkan bab-bab fiqih dan termasuk kitab yang paling berguna serta lengkap
dalam membicarakan hal ini.
BAB
III
ANALISIS
Macam-macam
hadis didefinisikan dalam bebagai sudut pandang, antara lain berdasarkan jumlah
perawina dan kuwalitas hadits tersebut, berdasarkan kuantitas perawinya dibagi
menjadi dua yaitu mutawair dan ahad. Berdasarkan materi yang telah kita kaji
tentang macam-macam hadits dan takhrij hadits banyak macam-macam hadits dan
banyak juga cara menentukan takhrij yang tentunya tidak singkat. Dan dalam
menentukan kevalidan hadits atau ke sohihan hadits tentunya membutuhkan
pengetahuan yang cukup dan proses yang lumayan panjang untuk itu siapapun yang
ingin menentukan kevalidan hadits harus mengetahui dan berhati-hati dalam
menentukan takhrij.
Hadis
juga dibagi berdasarkan kualitastas perawinya, yaitu hadis maqbul (hadis yang
dapat diterima diterima karena kualitas perawinya terjamin) dan hadis mardud
(hadis yang tidak dapat diterima/ditolak karena kualitas perawinya yang tidak
baik).
Dalam
menentukan hadist yang baik dan yang tidak baik, kita harus benar-benar dengan
seksama untuk mengkaji dan menelaah secara seksama dengan berbagai macam
sumber. Dan perbedaan pandangan tentang hadist merupakan suatu kewajaran dan
dan kita harus menyikapi dengan arif dan bijaksana. Bukan hanya menjelekan
ketetapan para ulama yang lain, tapi kita harus menjaga prasangka baik dengan
berbagai pendapat dalam menanggapi hadist. Semoga dengan usaha atau ikhtiar
terbaik kita. Insya Alloh, akan diberikan jalan oleh Alloh SWT untuk mendaptkan
yang terbaik.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi
kesimpuanya adalah hadis secara kuntitas perawi itu di bagi menjadi:
a.
Hadis mutawati
1.
Mutawatir Lafdzi,
2.
Muttawatir ma’nawi
3.
Muttawatir a’mali
b.
Ahad
1.
Masyur
2.
Aziz
3.
ghorib.
Hadis
secara kualitas
a.
Maqbul
1.
Shahih
2.
Hassan
b.
Mardud
1.
Dha’if
Tahrij
Hadis adalah Menunjukan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, dimana hadist
tersebut telah di riwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan
derajatnya jika di perlukan.
Daftar Pustaka
At,
Tahhan Mahmud.Metode Tahrij Dan Enelitian Sanad Hadits.PT Bina ilmu:
Surabaya.1995
Pokja
Akademik. Al-Hadits.Pokja akademik UIN SUKA. 2005
Rahman,
Fatchur. Ikhtisar Musthalahul’l Hadits.PT. Al-ma’arif: bandung.1970
0 Comments:
Post a Comment