UNTUK PPT KLIK DISINI
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Al Qur’an
dan Hadis
Dosen
Pengampu : Mukh. Nursikin, M.S.I
Disusun
oleh :
Syaiful
Akhadi (13410158)
Ma’ruf
Putra Subekti (13410160 )
Rahmawati Kusuma Dewi (13410133)
Mulat
Wahyanti (13410136)
Kelas D Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2013
DAFTAR
ISI
1. BAB I PENDAHULUAN:
I.
Latar
belakang ................................................................................ 1
II.
Rumusan
masalah............................................................................ 1
III.
Tujuan
............................................................................................. 1
2. BAB II PEMBAHASAN:
I.
Makna
Tarbiyah:
a.
Tarbiyah
dalm Al-Qur’an ......................................................... 3
b.
Pengertian
Tarbiyah ................................................................. 5
II.
Tujuan
dan Fungsi Tarbiyah ........................................................... 7
III.
Komponen
Tarbiyah :
a.
Pendidik
dalam Tabiyah dalam Al-Qur’an .............................. 8
b.
Anak
didik dalam Tarbiyah Al-Qur’an .................................... 9
c.
Media
Pembelajaran dalam Tarbiyah Al-Qur’an ...................... 10
IV.
Strategi
Pembelajaran dalam Tarbiyah Qur’an :
a.
Pendekatan Pembelajaran dalam
Tarbiyah ............................... 11
b.
Metode
Pembelajaran dalam Tarbiyah ..................................... 12
3. BAB III PENUTUP:
I.
Kesimpulan
..................................................................................... 16
II.
Daftar
Pustaka ................................................................................ 17
4.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Kehidupan manusia tidak akan lepas dari
sebuah hal-hal yang baru. Dengan adanya hal-hal baru inilah manusia dapat
memahami yang dapat mempengaruhi perubahan dan perkembangan berbagai dimensi
hidup termasuk didalamnya yaitu dimensi Tarbiyah. Tarbiyah atau pendidikan akan
selalu terkait dengan kontekstual hidup dan kehidupan manusia sepanjang usia.
Didalam sebuah pendidikan terdapat dua hal yang terkait dengannya yaitu antara
pengajaran atau pembelajaran. Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT merupakan
unsur Tarbiyah yang tidak akan tertandingi oleh karya lainya. Pada setiap
surat, ayat, kata, dan ketelitian huruf-huruf yang digunakan mengandung unsur
tarbiyah atau pendidikan yang luar biasa. Semua lingkup kehidupan manusia
termaktub dalam Al-Qur’an hingga masalah sekecil apapun.
Maka dengan ini, kami mencoba membahas
tentang “Tarbiyah dalam perspektif Al-Qur’an” dimana didalamnya akan kami bahas
dari pengertian Tarbiyah itu sendiri, Tujuan dan fungsinya, komponen dalam
Tarbiyah, serta strategi pembelajaran dalam Tarbiyah dipandang dari Al-Qur’an.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami menentukan
rumusan masalah yang akan menjadi topik pembahasan dalam penulisan makalah ini,
dimana rumusan masalahnya sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari Tarbiyah dan
maknanya?
b. Apa tujuan dan fungsi dari Tarbiyah?
c. Apa saja komponen dalam tarbiyah?
d. Bagaimana strategi pembelajaran dalam
Tarbiyah?
3. Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah
a. Memahami arti dari Tarbiyah dalam
pespektif Al-Qur’an
b. Mengetahui tujuan dan fungsi dari
Tarbiyah dalam perspektif Al-Qur’an
c. Mengetahui komponen dari Tarbiyah
d. Mengetahui strategi pembelajaran
yang diterapkan di Tarbiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA TARBIYAH
1. Tarbiyah dalam Al-Qur’an
Apabila kita mengkaji Al-Qur’an
sebenarnya semua aspeknya mengandung unsur pendidikan yang tidak tertandingi oleh
kitab dan karya tulis apapun. Ketika Al-Qur’an membicarakan pendidikan maka
tidak hanya menjelaskan bagaimana mendidik menusia menjadi baik, tidak tahu
kemudian menjadi tahu, memerintahkan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar,
atau yang lainya.Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Salah satu bentuk konkretnya yaitu
dengan turunya Ayat Al Qur’an yang pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW yang
berkenaan dengan masalah keimanan juga pendidikan.
Allah
berfirman dalam QS.Surat Al-‘Alaq 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Yang artinya adalah
1. bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.
Maksudnya adalah dimana Allah mengajar
manusia dengan perantaraan tulis baca.
Dari
ayat-ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa seolah-olah Allah berkata
hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal
darah), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak
luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Bahkan tidak hanya itu, Allah juga
memberikan materi pendidikan agar manusia hidup sempurna di dunia ini. Selain itu Allah juga berfirman dalam Q.S Al Baqarah: 31
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Yang artinya:
“dan
Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!"
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa untuk
memahami segala sesuatu belum cukup jika hanya memahami apa, bagaimana serta
manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai ke hakikat dari benda itu.
Selain itu Pada surat Al-Lukman juga dijelaskan konsep
pendidikan yaitu konsep ketauhidan, konsep hubungan interaksi sosial serta hubungan manusia
dengan alam semesta. Dimana pendidikan yang pertama yang harus diberikan dalam sebuah pendidikan
adalah pengenalan terhadap Tuhan dan mentauhidkanya, lalu dilanjutkan
pendidikan mengenai
interaksi sosial dan alam. Sebenarnya tarbiyah dalam Al-Qur’an sangat banyak
sekali baik dalam bentuk-bentuk yang bersifat umum ataupun yang bersifat
khusus yaitu untuk orang-orang yang bertaqwa. Sebagai contoh perintah puasa
yang mendidik agar menjadi manusia yang bertaqwa, atau contoh yang lain yaitu perintah
untuk mendirikan sholat malam, dimana tujuanya yakni medidik agar memilki jiwa
yang tangguh, tidak goyah apabila dalam posisi yang strategis, dan masih banyak
tujuan yang lainya. Selain pendidikan yang secara langsung termuat dalam
Al-Qur’an, dari aspek eksternal apabila kita mengamati proses penyampaian wahyu
dari Allah SWT kepada nabi Muhammada SAW yang kemudian diterima oleh umat
muslim seluruh dunia yang tidak hanya dibaca dan dipahami saja, melainkan pada
taraf aplikasinya dalam kehidupan
masyarakat, itu yang merupakan proses tarbiyah yang luar biasa[1].
Dengan penjelasan ini dapat disimpulkan
bahwa Islam menegaskan supaya manusia menemukan jati dirinya sebagai insan yang
bermartabat,
maka harus menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Selain ayat-ayat yang
memerintah tentang pendidikan yang sudah dijelaskan diatas, masih banyak lagi
ayat-ayat Al Qur’an yang menyinggung pendidikan, diantaranya yaitu dalam surat
Al Baqarah ayat 129 dan 151, surat Ali Imran ayat 164, surat Al Jumuah ayat 2
dan sebagainya[2].
2. PENGERTIAN TARBIYAH
§ Secara Etimologi
Makna
Tarbiyah dalam bahasa Arab berasal dari kata “rabba” yang artinya adalah
mendidik, merawat, mengasuh. Yaitu pemberian pendidikan secara afektif dan
kognitif yang dilakukan kedua orang tua sehingga anak menjadi santun dan
berpengetahuan.
§ Secara Terminologis
Namun
dalam penerapanya makna Tarbiyah menjadi begitu luas, sehingga memunculkan
pendapat atau pandangan beragam dari beberapa Ulama maupun ahli pendidikan.
Inilah beberapa pandanagan dari ulama dan ahli pendidikan muslim yang dianggap
telah memiliki pengetahuan yang cukup terhadap Al-Qur’an
a. Ibnu Qoyyim
Menurut
beliau kata “rabba” memilki arti merwat, mendidik, memimpin, menjaga,
memperbaiki, mengembangkan. Kemudian beliau menyimpulkan bahwa Tarbiyah
berkaitan dengan ilmu seorang murabbi, yakni sebuah Tarbiyah yang
dilakukan oleh seseorang murabbi terhadap ilmunya agar ilmu tersebut
menjadi sempurna dan menyatu dalam dirinya, disamping itu agar ilmunya tersebut
bertambah. Selain itu beliau juga menambahkan bahwa Tarbiyah berkaitan dengan
orang lain, yakni kerja tarbiyah yang dilakukan oleh seorang murabbidalam
mendidik manusia dengan ilmu yayng dimilkinya serta ketekunan mereka agar
menguasai ilmu yang diberikan kepadanya secara bertahap, ini diibaratkan orang
tua yang mendidik dan merawat anak-anaknya.[3]
b. Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali
bahwa tarbiyah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Pendidikan akhlak
2. Pendidikan akal
3. Pendidikan Jasmani
Selain
itu beliau juga mengatakan bahwa tuuan terpenting dari sebuah pendidikan adalah
terbentuknya norma-norma agama (akhlak). Karena memberikan pendidikan kepada
peserta didik merupakan upaya membentu kehidupanya dimasa mendatang, sehingga
diperlukan kebiasaan untuk menumbuhka kebiasaan-kebiasaan yang baik, menanamkan
keutamaan-keutamaan pada dirinya, dan mencintai figur-figur yang baik.[4]
c. Ibnu Sina
Dalam
sebuah bukunya yang berjudul ”Kitabu al-Siyasah” beliau membagi tingkat
tarbiyah menjadi dua, yaitu:;
1. Tingkat umum
Pada tingkat ini anak
dilatih untuk dapat belajar mempersiapkan jasmaninya, akal dan jiwanya. Yakni,
anak diberi pelajaran membaca, menulis, Al-Qur’an, masalah-masalah agama,
dasar-dasar bahasa dan sedikti sastra.
2. Tingkat khusus
Kemudian pada tingkat
ini anak dipersiapkan untuk menuju suatu profesi, yaitu mereka dilatih untuk
melakukan praktek yang berkaitan dengan masalah kehidupan. Karena jika hanya
memilki rasa ingin tahu saja belum cukup tetapi harus dilatih terus menerus.
d. Abdurrahman al-Nahlawi
Bahwa
beliau mendefinisikan tarbiyah bersal dari kata raba-yarbuyang berarti
tambahan, bertumbuh, seperti yang terdapat didalam Al-Qur’an surat ar-Rum ayat
39. Selain itu beliau juga memaparkan tarbiyah bersal dari kata rabiyah-yarbah
yang berarti menjadi besar, serta kata raba-yarubbu yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara[5].
Dari beberapa pendapat mengenai tarbiyah, jadi dapat disimpulkan
bahwa tarbiyah adalah membimbing seseorang anak didik dengan bimbingan yang
sebaik-baiknya dan merawat serta memperhatikan pertumbuhan badanya dengan serta
mengarahkan dan membina akhlak dengan mengajarkan kepada mereka beberapa
disiplin ilmu pengetahuan secara bertahap dengan berperan mengembangkan ilmu
yang telah diberikan sehingga ia mampu
mengajari orang lain dengan ilmu yang telah didapatkannya.
B. TUJUAN DAN FUNGSI TARBIYAH
a. Tujuan Tarbiyah
Tujuan Tarbiyah
diklasifikasikan menjadi:
Ø Tujuan Umum
merupakan tujuan yang
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan dengan pengajaran atau dengan
cara lain. Hal ini meliputi seluruh aspek kegiatan, meliputi sikap,tingkah
laku,penampilan, kebiasaan,dan pandangan.
Ø Tujuan Akhir
Tujuan akhir ini
bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan karena konsep Illahi yang mengandung
kebenaran mutlak dan universal. Tujuan akhir ini sesuai dengan tujuan hidup
manusia sebagai ciptaan Alloh, yaitu :
-
Menjadi
hamba Allah yang bertakwa
-
Mengantarkan
subjek didik menjadi Khalifah yang mampu membudayakan alam sekitar
-
Memperoleh
kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat
Ø Tujuan Sementara
yaitu tujuan yang akan
dicapai setelah anak didik diberikan sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Ø Tujuan Operasional
yaitu tujauan praktis
yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan
ini anak lebih dituntut untuk mampu dalam keterampilan tertentu, contohnya : anak didik harus sudah terampil
dalam melaksanakan sholat,
b. Fungsi Pendidikan
Ø Alat
untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa
Ø Alat
untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya
melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih
tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan
sosial dan ekonomi.
C. KOMPONEN TARBIYAH
a. Pendidik dalam Tarbiyah dalam Al-Qur’an
Selama ini kita mengetahui bahwa yang
namanya pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pengetahuan,
keterampilan atau pengalaman orang lain. Dan masyarakat lazim menyebutkan bahwa
pendidik adalah seorang guru. Dimana istilah guru umunya adalah orang yang
kerjanya mengajar atau memberikan
pelajaran di kelas. Secara khusus guru adalah orang yang bekerjanya
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab dalam
membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Artinya guru bukan hanya
sekedar berdiri didepan kelas untuk menyampaikan pelajaran atau materi
pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut
aktif dan berjiwa bebas dan kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak
didiknya untk menjadi anggaota masyarakat sebagaimana orang dewasa. Pengertian
ini terkesan adanya tugas amat berat yang dipikul oleh seorang pendidik,
khususnya guru.
Namun dalam perspektif Al-Qur’an tentang
seorang pendidik, disana akan dijumpai bahwa secara garis besar ada empat yang
menjadi pendidik[6],
yaitu:
1. Tuhan Allah SWT
Sebagai guru, Allah SWT
telah mengajarkanumat manusia menjadi baik dan bahagia hidup didunia dan
diakhirat. Karena itu, mereka harus memiliki etika dan bekal pengetahuanuntuk
mencapai tujuan tersebut. Allah SWT telah mengirimkan para Nabi yang patuh dan
tunduk kepada kehendak_Nya. Para Nabi menyampaikan ajaran Allah SWT kepada umat
manusia itu dapt memberikan petunjuk mengenai kebahagiaan hidup didunia dan
diakhirat.
2. Nabi muhammad SAW
Sejalan dengan
pembinaan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang menerima Al-Qur’an dan bertugas
untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
dilanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkanya kepada manusia serta membina
masyarakat. Mensucikan dapat diartikan dengan mendidik, sedangkan mengajar
tidak lain kecuali adalah mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang
berkaitan dengan alam metafisika dan fisika. Sebagai seorang Guru, Nabi memulai
mendidik pendidikannya kepada anggota keluarganya yang terdekat dahulu, dilanjutkan
dengan kepada orang-orang yang berada di sekitarnya, termasuk kaum Quraisy.
3. Kedua orang tua
Didalam Al-Qur’an
menyebutkan sifat-sifat yang harus dimilki orang tua sebagai guru, yaitu
memiliki hikmah atau kesadaran tentang kebenaran yang diperoleh melalui ilmu
dan rasio, dapat bersyukur kepada Allah, suka menasehati anaknya agar tidak
mnyekutukan Allah, memerintahkan anaknya agar menjalankan Sholat, puasa, sabar
dalam menghadapi cobaan atau penderitaan.[7]
4. Orang lain
Orang keempat inilah
yang disebut dengan guru. Yaitu ketika orang tua tidak mampu akan perkembangan
pengetahuan, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup yang sangat luas maka
butuh orang lain yang lebih mampu yaitu guru.
Dari penjelasan diatas, nampak bahwa apa
yang disebutkan Al-Qur’an mengenai adanya pendidik tersebut menggambarkan
adanya perkembangan masyarakat. Misalnya zaman dahulu Nabi Adam, dimana Allah
yang menjadi guru, karena tugas tersebut belum dapat diwakilkan kepada orang
lain, tetapi setelah ada Nabi maka tugas mendidik masyarakat sudah diwakilkan
kepada para Nabi, dan setelah masyarakat itu berkembang luas, maka tugas
mendidik dibagi lagi kepada orang lain yang secara khusus di persiapkan untuk
menjadi seorang guru dan sekaligus pendidik masyarakat.[8]
b. Anak didik dalam Tarbiyah Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan obyek pendidikan
disini adlah seorang anak didik. Anak didik dalam Tarbiyah Qur’an adalah anak
yang sedang tumbuh dan berkembbang baik secara fisik maupun psikologis. Untuk
mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan dialah yang harus
diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan agar menjadi manusia yang kokoh
Iman dan Islamnya serta berakhlak mulia.[9]
Ini berarti membuktikan bahwa anak didik adalah anak yang belum dewasa dan
masih memerlukan proses binaan dan bimbingan dari orang lain untuk tumbuh dan
berkembang menjadi dewasa ynag berarti dewasa secara fisik dan psikologisnya,
serta mempunyai kemampuan berpikir kearah yang lebih posistif dan mapan. Dalam
pandangan Islam hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehhnya melalui belajar kepada seorang
guru. Karena ilmu itu dari Allah maka membawa kosekuensi perlunya seorang anak
didik mendekatkan dirir keapda Allah atau menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia
yang disukai Allah dan sedapat mungkn menjauhi perbuatan yang tidak disukai
Allah. Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 23 yang dijelaskan bahwa Allah dapat
membimbing seseorang untuk mendapatkan cahaya ilmu, jika Dia menghendaki_Nya.
Ertolak dari ilmu datangnya dari Allah, maka muncullah etika tentang pendekatan
diri kepada Allah yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yang ingin
mendapatkan penjelasan tentang sikap jiwa seorang pelajar, yang muaranya akan
membawa pula pada pembahsan mengenai konsep tetang akhlak murid tehadap gurunya
serta konsekuensi jika akhlak yang demikian itu tidak ditegakan.
c. Media Pembelajaran dalam Tarbiyah
Al-Qur’an
Dari segi bahasa, media berasal dari
bahsa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah
berati pernatar atau pengantar, maksudnya adalah sebagaimana perantara
atau media untk menyampaikan sesuatu.[10]Didalam
Al-Qur’an menginformasikan, bahwa yang menjadi rujukan dalam mendefinisikan
media pendidikan adalah tentang keguruan Nabi Muhammad SAW. Keguran Nabi
sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2 yang isinya bahwa
Nabi dikisahkan telah mengajarkan umatnya dengan menggunakan media yang antara
lalin dengan perbuatanya, keteladanya, dimana Nabi langsung memberikan contoh (uswatun hasanah). Didalam pendidikan masa
kini, istilah uswatun hasanah barang
kali disebut dengan demonstrasi yakni percontohan atau pertunjukan tentang cara
membuat atau melaksanakan sesuatu. Media ini sangat ampuh dan sangat terkenal
diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan kepada umatnya bagaimana
cara melaksanakannya. Informasi Al-Qur’an tersebut memberi penjelasan tentang
keteladanan Nabi Muhammad SAW yang begitu gamblang dalam mengajarkan risalahnya
kepada umatnya. Sekaligus memberi dasar pijkan bagi umat Islam terhadap penggunaan
media pendidikan yang tepat dalam pengajaran pendidikan agama secara tepat dan
benar sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi.
D. STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM TARBIYAH
Secara umum strategi mempunyai
pengertian garis-garis haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan[11].
Al-Qur’an dalam menyampaikan pokok-pokok isinya memiliki stategi tersendiri
yang mampu diterima oleh semua kalangan dan berbagai tingkat daya nalar
pembacanya[12].
Salah satu contoh metode yang ada dalam Al-Qur’an diantarnya yaitu dengan
upaya-upaya untuk membuat emosi pembaca sehingga mereka merasa terlibat dengan
topik yang disampaikan Al-Qur’an. Hal ini dilakukan agar perhatian pembaca
maksimal. Conto yang paling jelas dari Al-Qur’an ini terdapat pada surat Ar-rahman.
Disitulah Allah merangsang emosi para pembaca secara berulang-ulang.
a. Pendekatan Pembelajaran dalam Tarbiyah
1. Pendekatan Ma’rifi
Yaitu merupakan
pendekatan yang cenderung menggunakan aspek nalar (kognitif). Contoh redaksinya
pada surat Al-Maidah:58 yang artinya “Dan apabila kamu menyeru (mereka)
untuk (mengerjakan) sembayang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan.
Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau
mempergunakan akal”.
2. Pendekatan Istiqra’i
Yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan menganalisis secara ilmiah, dmulai dari hal-hal atau peristiwa
yang khusus untuk menentukan hukum yang bersifat umum.Contoh redaksinya pada
surat yang artinya “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana
dia diciptakan?, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?, Dan gunung-gunung
bagaiman ia ditegakan?, Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?, Maka berilah
peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan”
.
3. Pendekatan Isti’dali (dedukasi)
Yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan menganalisis secara ilmiah, dimulai dari hal-hal atau
peristiwa yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus, atau
kebalikan dari pendekatan Istidali. Contoh redaksinnya pada surat Al-Baqarah
ayat 21-22 yang artinya “Hai manusia, sembalah Tuhanmu yang telah
menciptaknmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqka. Dialah Yang
menjadikan bumi sebgai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.
4. Pendekatan Wijdany (emosi)
Yaitu pendekatan yang
dilakukan untuk menggugah daya rasa atau emosi peserta dididk agar mampu
meyakini, memahami dan menghayati mteri yang disampaikan.
5. Pendekatan Ifrady (individual)
Yaitu pendekatan yang
dilakukan untuk memberikan perhatian kepada seseorang (peserta didik) dengan
memperhatikan masing-masing karakter yang ada pada mereka.
6. Pendekatan Ijtima’i (kelompok)
Pendekatan Ijtima’i
sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam lingkuanya, baik
disekolah maupun di lingkungan masyarakat.
b.
Metode
Pembelajaran dalam Tarbiyah
Dalam menetukan metode, pada dasarnya yang terpenting yaitu
menanamkan rasa iman, rasa cinta kepada Allah, rasa nikmatnya beribadah, dll.
1.
Metode
Hiwar Qur’an
Yaitu
merupakan percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu
topik, dan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki.
2.
Metode
kisah Qur’an
Yaitumerupakan
metode yang menempatkan kisah itu sebagai sesuatu yang penting.
3.
Metde
Amstal (perumpamaan)
Contohnya
dalam surat Al-Baqarsh ayat 17: perumpamaan orang-orang kafir itu adalah
seperti orang yang menyalakan api...
4.
Metde
teladan
Pendidikan
bukan hanya proses saja, melainkan memerlukan realisasi, dimana realisasi itu
dilkukan oleh pendidik.
5.
Metode
Ibrah dan Mau’idzah
Ibrah
adalah suatu kondisi psikis yang memyampaikan
manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan
menggunakan nalar, yang menyebabkan hati mengakuinya. Sementara Mau’idzah
adalah nasihat yang lembut yang diteria oleh hati dengan car menjelaskan pahala
atau ancamanya.
6.
Metode
Targhib dan Tarhib
Targhib
adalah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan.
Tarhib adalah ancaman karena dosa yang dilakukan[13].
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya tarbiyah itu adalah
membimbing seseorang anak didik dengan bimbingan yang sebaik-baiknya dan
merawat serta memperhatikan pertumbuhan badanya dengan serta mengarahkan dan
membina akhlak dengan mengajarkan kepada mereka beberapa disiplin ilmu
pengetahuan secara bertahap dengan berperan mengembangkan ilmu yang telah
diberikan sehingga ia mampu mengajari
orang lain dengan ilmu yang telah didapatkannya. Al-Qur’an sebagai sumber utama
Islam didalamnya termaktub pendidikan yang luar biasa. Dimana tujuan dan fungsi
dari pendidikan itu sendiri adalah mengubah Hal-hal yang meliputi seluruh aspek
kegiatan, meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan
manusia. Namun aspek pendidikan atau tarbiyah bukan hanya pendidik atau anak
didiknya saja melainkan juga meliputi media pembelajaran, pendekatan, serta
metode pembelajaran yang sesuai Tarbiyah dalam perspektif Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
UIN
Malang, 2006, Tarbiyah Qur’aniyah, Malang:Uin
Malang press
Uhbiyati
Nur, 1997,Ilmu Pendidikan Islam I,Bandung:
Pustaka Setia
Rahman, Abdur, 1991,Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an Serta Implementasinya,
Bandung:Diponegoro
[1]UIN Malang, 2006, Tarbiyah
Qur’aniyah, Malang:Uin Malang press halaman 25
[2]Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan
Islam I, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 19-21.
[3]Zainuddin dkk 199:7
[4]UIN Malang, 2006, Tarbiyah
Qur’aniyah, Malang:Uin Malang press halaman 47
[5]Abdurrahman an-Nahlawi, 1998:32
[6]UIN Malang, 2006, Tarbiyah
Qur’aniyah, Malang:Uin Malang press halaman 68
[7]QS. Luqman, 31:12-19, Abudun Nata, 1999:66
[8]UIN Malang, 2006, Tarbiyah
Qur’aniyah, Malang:Uin Malang press halaman 69
[9]Abdullah Nashih Ulwan:diterj. Raharjo, 1999:59
[10]S.Wojowasito, 1976:425
[11]UIN Malang, 2006, Tarbiyah
Qur’aniyah, Malang:Uin Malang press halaman 85
[12]idem
[13]UIN Malang, 2006, Tarbiyah
Qur’aniyah, Malang:Uin Malang press halaman
98
0 Comments:
Post a Comment