UNTUK PPT KLIK DISINI
Dosen Pembimbing :
Mukh. Nursikin, M.Si.
Disusun oleh :
Nuraini Latifah (13410131)
Jeni Istiarini (13410132)
Ganis Agil Ramadhan (13410141)
Funky Febiantoni (13410138)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil
‘alamin berkat limpahan rahmat taufiq
dan hidayah Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sederhana ini. Dan dengan anugrah yang dilimpahkan-Nya kami dapat
menyusun kata demi kata sehingga dapat menjadi makalah yang diberi judul “Wawasan Al-Qur’an Dan
Hadits Tentang Manusia Sebagai Khalifah”.
Dalam menyelesaikan makalah ini tentulah tidak akan berhasil tanpa petunjuk dan karunia
nikmat dari Allah SWT, serta bimbingan dan bantuan dari banyak fihak. Maka
dalam kesempatan yang baik ini,kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak
Mukh. Nursikin, M.Si. selaku dosen mata kuliah Al-Qur’an-Hadits yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya
kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya
makalah ini. Dan mudah mudahan makalah sederhana
ini dapat memberikan manfaat.
Yogyakarta, 3 November 2013
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Al-qur’an mengajarkan kepercayaan
bahwa manusia adalah makhluk Allah yang bertanggung jawab dianatara semua makhluk. Dengan akal
pikirannya ia meyakini sama yang disaksikan dan di dengar. Dengan hati
nuraninya ia meyakini apa yang terdapat di belakang rasa ghaib, walaupun tidak
terjangkau dengan mata dan telinga. Menurut al-qur’an maupun hadits seluruh
umat manusia mulai dari yang pertama hingga yang terakhir adalah satu keluarga,
mempunyai asal keturunan yang satu dan di bawah naungan dengan Tuhan yang satu
pula. Manusia yang paling utama adalah mereka yang berbuat kebajikan dan
pantang akan kejahatan. Ia melakukan kebajikan dan menolak kejahatan dengan
niat yang sejujur-jujurnya.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah wawasan al-qur’an tentang
manusia sebagai khalifah?
2. Bagaimanakah wawasan Hadits tentang
manusia sebagai khalifah?
Maksud
dan Tujuan
Agar dapat mengetahui sejauh mana
wawasan al’qur’an maupun hadits tentang manusia yang dijadikan sebagai Khalifah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MANUSIA
dalam Al-Qur’an[1]
1.
Makhluk
Yang Bertanggung Jawab
Dalam
Al-Qur’anul Karim Manusia disebut sebagai makhluk yang amat terpuji dan disebut
pula sebagai makhluk yang amat tercela. Hal itu ditegaskan dalam berbagai ayat,
bahkan ada pula yang ditegaskan dalam satu ayat. Akan tetapi, itu tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam
waktuyang bersamaan melainkan berarti bahwa dengan fitrah yang telah disiapkan
baginya, manusia dapat menjadi makhluk sempurna dan dapat pula menjadi makhluk
yang serba kurang. Karena ia dibebabni kewajiban maka ia dapat menjadi makhluk
yang berbuat baik dan dapat pula menjadi makhluk yang berbuat buruk.
Bertanggung jawab atas perbuatannya,
sebagai individu dan sebagai jama’ah, seseorang tidak diharuskan memikul
dosakesalahan orang lain, dan suatu umat tidak diharuskan memikul dosa
kesalahan umat yang lain.
Manusia tidak dituntut
pertanggungjawaban atas apa yang tidakdiketahuinya. Ia dituntut
pertanggungjawaban atas segala yang telah diketahui dan yang diberi kesempatan
untuk mengetahuinya. Apa yang ada di dalam gaib itu tidak semuanya tertutup
bagi pengetahuan manusia. Apa yang kepadanya diberi kesempatan untuk
mengetahuinya, itulah yang akan dituntu pertanggungjawabannya.
2.
Makhluk
Yang Dibebani Kewajiban
Manusia
adalah makhluk yang dibebani kewajiban (mukallaf) dan bertanggung jawab.
Ia
adalah bagian dari alam wujud yang menurut definisi para ahli pikir lebih tepat
disebut dengan nama “makhluk yang berbicara” (Al-kaa’inun Naathiq) dan makhluk
yang mempunyai nilai termulia.
3.
Roh
dan Jasad
Mempercayai
adanya roh merupakan salah satu keyakinan yang diajarkan Al-qur’an dan
mempercayai soal-soal ghaib adalah salah satu sendi keyakinan beragaa. Semua
agama ditegakkan atas dasar keyakinan itu, dan dengan keyakinan itu perasaan
manusia menjad tentram. Akan tetapi kepercayaan mengenai soal-soal ghaib
sebagaimana yang diajarkan Qur’an mempunyai kelebihan istimewa karena
kepercayaan tersebut membekukan akal orang-orang beriman, tidak menghilangkan
kewajiban yang dipikulkan kepada manusia dan tidak melenyapkan peranan akal
yang sadar akan tanggungjawabnya. Kepercayaan mengenai soal-soal ghaib itu
justru merupakan perwujudan dari kebenaran iman dan Islam, yaitu menyerahkan
sesuatunya kepada Khaliq.
Manusia
ditempatkan di muka bumi di tengah-tengah makhluk Allah yang lain. Di muka bui
manusia diberi hak memperoleh penghidupan dan sebagi imbangannya ia pun
dibebani kewajiban, baik terhadap Allah maupun terhadap sesama makhluk-Nya di
dunia. Dalam hal itu tidak ada pertentangan antara dunia dan akhirat dan tidak
ada pula hal-hal yang merusak kelezatan manusia menikami karunia allah.
Sehingga membingungkan pikiran dan merobek-robek perasaan.
Upaya
memperoleh keduniaan bukan suatu kesesatan ari jalan akhirat. Dalam Al-Qur’an,
manusia adalah utuh, tak terpisahkan antara jasad dan tohnya, tidak terpisahkan
antara urusa dunia dan akhiratnya. Dalam hal akida pun manusia tidak
terpisahkan antara lahir dan batinnya, antara kenyataan dan kegaibannya.
Sebab
akidah itu sendiri adalah kepercayaan kepada satu hidayat yang apa memperbaiki
roh dan jasad, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa penyelewengan dari jalan yang
lurus.
Seperti
dalam surat Al-Isra’: 85 mengenai roh
Katakanlah (hai Muhammad): Roh
adalah termasuk urusan Tuhan-ku kalian tidak dibei pengetahuan (mengenai itu)
kecuali hanya sedikit.
4.
Jiwa
(Nafs)
Manusia
adalah makhluk yang mendapat bagian akal, tetapi akal manusia di bawah martaba
Poietikos, baik dalam esensinya maupun dalam hal kemurniannya.
Adapun
soal akal dan jiwa, Al-Qur’anul Karim menjelaskan bahwa jiwalah yang paling
dekat dengan tabiat atau dengan kekuatan vital yang mencakup kemauan dan
naluri, yaitu kekuatan yang dapat bekerja sadar. Banyak ayat-ayat menerangkan
kekuatan hidup atau jiwa itu degan sinonim kekuatan yang dapat dirasakan di
waktu tiur, atau kekuatan yang dapat berpisah dari jasad melalui kematian,
kekuatan yang memberi inspirasi perbuatan durhaka dan takwa, kekuatan yang akan
ituntu tanggung jawabnya atas perbuatan bak an buruk
5.
Amanat
Kata
“Amanat” dikemukakan dalam Al-Qur’an pada lima tempat. Semuanya bermakna
menepati janji dan bertanggung jawab. Mengena amanat yang oleh Allah ditawarkan
kepada semua makhluk secara umum dan ternyata tidak ada yang sanggup memikulnya
kecuali manusia.
Al-Qur’an
juga menyebutkan soal fitrah manusia bersamaan dengan soal kemuliaan
martabatnya dan kepemimpinannya atas semua makhluk yang lain sebagai tanda
keistimewaan dan klebihannya dibanding dengan makhluk-makhluk lainnya.
6.
Taklif
dan Kebebasan
Jika
setiap manusia dibebani taklif, akalnya tidak mengharuskan dia elain tetap
berada di dalam sau keadaa, yaitu tetap dalam keadaan berkemauan sebagaimana
yang telah ditentukan Tuhan menjadi fitrahnya. Yaitu kemauan yang difitrahkan
bagi manusia atas dasar ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an. Kebebasan yang diciptakan Tuhan adalah kebebasan yang benar dan
sehat, karena kebebasan tersebut yang dapat dimengerti oleh akal yang sadar dan
dapat membedakan sesuatu.
7.
Satu
Keluarga
Bahwa
Al-Qur’an menempatkan manusia pada kedudukan yang sebenarnya, bahwa manusia
adalah anak dari eorang pria dan seorang wanita. Semua bangsa dan semua suku
bangsa adalah satu keluarga dan saudara. Tak ada sesuatu yang membuat sebagian
lebih utama daripada sebagian yang lain kecuali perbuatan baik dan takwa.
8.
Adam
Sejak
awal penciptannya, Adalm sebagai manusia pertama, telah dipilih sebagai
khalifah di bumi. Dalam Al-Qur’an, Adam adalah bapak manusia yang dijanjikan
menjadi khalifah sebelum dia diciptakan, yaitu pada saat alam telah
dipersiapkan untuk menyambut perkemangan penciptaan baru ini.
Pada
pertengahan periode Madinah, turunlah surat Al-Baqarah yang di dalamnya
diproklamasikan kekhalifahan Adam di muka bumi.
Dalam
Al-Qur’an diterangkan beberapa prinsip dan dasar-dasar kepemimpinan untuk
ditaati oleh manusia:[2]
a)
Persamaan
dan Persaudaraan
Dalam
surat Al-Hujurat: 13
Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Tuhan ialah yang lebih
bertakwa (memliahara diri dari kejahatan). Sesungguhnya Tuhan itu Maha Tahu dan
Mengerti.
Dalam
Surah Al-Hujurat: 10
Orang
yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, damaikanlah antara kedua
saudaramu itu, dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Al-Qur’an
menyebutkan bahwa seorang pemimpin dapat mengorbankan sebagian harta, waktu
bahkan jiwa dan raganya untuk kepentingan kemashlahatan umat seluruhnya.
b)
Musyawarah
Prinsip
musyawarah adalah sendi-sendi demokrasi yang dibangun semenjak Al-Qur’an
diturunkan 15 abad yang lalu. Yang dimaksud melakukan permusyawaratan dalam
urusan, terutama dalam urusan pemerintahan. Dalam surah Al-Imran: 159 dan
Asy-Syura: 38.
c)
Hukum
itu hanyalah pada Allah an pemimpin diamati masyarakat
Beberapa
surah dalam Al-Qur’an mewajibkan kita mengembalikan segala perselisihan yang
terjadi antara umat manusia, kepaa kitab dan sunnahnya. Dalam surah An-Nisa: 59
d)
Ketaatan
umat kepada pemimpin
Ketaatan
kepada pemimpin adalah wajib, sebab pemimpin itulah yang memikul dan
menjalankan seluruh perbaikan seluruh perbaikan kesejahteraan dan kemajan di
dalam masyarakat. Akan tetapi, ketaatan rakyat kepada pimpinannya adalah selam
pemimpin tidak kuluar dari kewajibannya, tidak mementinhkan dirinya sendiri
tidak membawa kehancuran atau permusuhan. Rasulullah bersabda: Mendengar dan
taat kepada pemimpin adalah hak, selama tidak disuruh kepada maksiat, apabila
disuruh kepada maksiat, maka tidak usah mendengar dan tidak usah taat.
Dalam
Al-Qur’an surah Al-An’am: 165 Allah berfirman:
Dan Dialah yang menjadikan kamu
penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagaian kamu atas sebagian yang lain
beberapa derajat, karena Dia hendak mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
padamu. Sesunggunhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lahi Maha Penyayang.
Kemudian
dalam ayat yang lain Al-Baqarah: 30
Ingatlah keitka Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat; Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang Khalifah di
muka bumi.
Dapat kita yakini bahwa manusia itu
salah satu tujuan diciptakan Tuhan adalah untuk menjadi khalifah atau pemimpin
di muka bumi. Pemimpin bukan dilihat dari jabatan, tetapi tergantung pada
status atau kedudukan serta kemampuannya dalam mengemban dan memelihara status
tersebut.
Sehubungan dengan kemampuan manusia
ini, Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah: 286
Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat (siksa dari kejahatan) yang dikerjakannya.
HADITS
1. Pemimpin
adalah seorang manusia, yang memiliki kepribadian, yang tercermin di dalam
sikap dan perilakunya melaksanakan kepemimpinan.[3]
2. Kepribadian
seorang pemimpin:
v Mencintai
kebenaran dan hanya takut kepada Allah swt.
v Dapat
dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain.
v Memiliki
kemampuan dalam bidangnya dan berpandangan luas didasari kecerdasan
(intelegensi) yang memadai.
v
Senang bergaul, ramah
tamah, suka menolong dan memberi petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain.
v
Memiliki semangat untuk
maju, semangat pengabdian dan kesetiakawanan, serta kreatif dan penuh
inisiatif.
v
Bertanggungjawab dalam
mengambil keputusan dan konsekuen, berdisiplin serta bijaksana dalam
melaksanakannya.
v
Aktif memelihara
kesehatan jasmani dan rohani.
3.
Fungsi pemimpin adalah
sebagai teman yang saling bantu, membantu dalam mewujudkan kegiatan yang
memerelukan kerjasama.
4.
Kepemimpinan menurut
hadits :
a)
Sikap Penguasa Terhadap
Rakyat
ü
Dituturkan dari Ibnu
‘Umar r.a., “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Kalian semua adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Suami adalah
pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawban tentang
kepemipmpinannya. Istri adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam
mengelola harta majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.‘“
(Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
ü
Dituturkan dari Abu Ya’la
Ma’qil bin Yasar r.a., “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Tiada seorang hamba yang diberi kepercayaan
Allah untuk memimpin rakyat, kemudian ketika dia meninggal dunia dalam keadaan
masih menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya.‘“
(Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim)
b)
Penguasa yang Adil
ü
Dituturkan dari ‘Auf bin
Malik r.a., “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Para pemimpin kalian yang terbaik adalah
mereka yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian. Kalian senatiasa
memohonkan rahmat buat mereka dan mereka senantiasa memohonkan rahmat buat
kalian. Adapun para pemimpin kalian yang terjahat adalah mereka yang kalian
benci dan mereka membenci kalian. Kalian mengutuk mereka dan mereka mengutuk kalian.‘Tanya
kami, ‘Wahai Rasulullah, apakah tidak kita pecat saja mereka itu?‘ Jawab
beliau, ‘Jangan, selama mereka masih mau melaksanakan shalat bersama kalian.
Apabila kalian melihat perbuatan pemimpin kalian yang tidak dikehendaki,
bencilah perbuatannya, tetapi jangan samapi engkau lari dari ketaatan
kepadanya.‘“
(Hadits ini dituturkan oleh Muslim)
ü Dituturkan
dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash r.a. (bahwasanya) Rasulullah saw. bersabda,
“Sungguh, orang-orang yang berlaku adil kelak di sisi Allah berada
di atas mimbar dair cahaya. Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan
keadilan dalam memberikan hukuman kepada keluarha mereka dan rakyat yang mereka
perintah.“
(Hadits ini dituturkan oleh Muslim)
c) Perintah
Menaati Pemimpin dan Larangan Menaatinya dalam Kemaksiatan
ü
Dituturkan dari Ibnu
‘Umar r.a. dari Nabi saw. (bahwasanya) beliau bersabda,
“Seorang Muslim wajib mendengar dan taat, baik
dalam hal yang dia sukai maupun hal yang dia benci, kecuali jika dia
diperintahkan untuk melaksanakan perbuatan maksiat. Apabila dia diperintahkan
untuk melaksanakan perbuatan maksiat, dia tidak wajib mendengar dan menaatinya.“
(Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim)
ü
Dituturkan dari Abu
Hurairah r.a. (bahwasanya) Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa taat kepadaku, dia benar-benar
telah taat kepada Allah, dan barang siapa durhaka kepadaku, dia benar-benar
durhaka kepada Allah. Barang siapa taat kepada penguasa, dia benar-benar taat
kepadaku, dan barang siapa durhaka kepada penguasa, dia benar-benar durhaka
kepadaku.“
(Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim)
d)
Memilih Pejabat yang Baik
ü
Dituturkan dari Abu Sa’id
dan Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
“Allah tidak mengutus seorang nabi dan
khalifah yang menggantinya melainkan ada dua orang yang sangat dekat dengannya.
Yang seorang menyuruh dan menganjurkannya untuk senantiasa berbuat baik, dan
seorang lagi menyuruh dan mengajurkannya untuk senatiasa berbuat jelek. Dan
orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah.“
(Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari)
ü Dituturkan
dari ‘A’isyah r.a. (bahwasanya) Rasulullah saw. bersabda,
“Manakala Allah menghendaki kebajikan kepada seorang penguasa,
Allah menjadikan baginya menteri (pembantu) yang jujur. Manakala penguasa itu
lupa, dia akan mengungatkannya, dan manakala penguasa itu sadar, dia
memnbantunya. Dan manakala Allah tidak menghendaki yang demikian itu, Allah
menjadikan baginya menteri (pembantu) yang jahat. Manakala penguasa itu lupa,
dia tidak mau mengingatkannya dan manakala penguasa itu sadar, dia tidak mau
membantunya.”
(Hadits dengan isnad hasan ini dituturkan oleh Abu Dawud)
BAB
III
Penutup
A. Analisis
Manusia
bukanlah jin dan malaikat, dia tidak pasti taat, tunduk, dan menyerah tetapi
juga tidak selalu jahat, membangkang dan sesat. Dia adalah manusia yang
berkesadaran, berkemauan, dan berkemampuan memilih, selalu mendapat cobaan dan
ujian. Dia bisa mendorong untuk melakukan kemaksiatan, lalu diingatkan oleh
batinnya, berintrospeksi lalu meyesal dan bertaubat.
Maka manusia pun mencoba untuk
melakukan peranannya sebagai khalifah di bumi. Hi
B. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah
yang diciptakan untuk menjadi khalifah hingga Allah menyebutkan beberapa unsur
manusia dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits dan menyebutkan beberapa fakta dan
bukti-bukti. Allah pun telah mentakdirkan manusia menjadi khalifah dari
keturunan Adam. Manusia memiliki kelebihan yaitu
Daftar
Pustaka
Al-Aqqad, Abbas Mahmud Firdaus, 1993, Manusia Diungkap Qur’an, Jakarta :
Pustaka Firdaus
Pulungan, Drs. Syahid Muammar, 1984, Manusia dalam Al-qur’an, Surabaya : PT. Bina Ilmu
Prof. Dr. H. Hadari
Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam,
Al-Nawawi, Imam, 2011, Riyadhushshalihat, Bandung: Mizan
0 Comments:
Post a Comment