PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern.
Pada masa ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak
gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad
Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa
Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance. Masa
setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas
kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas
menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan
manusia Barat,
khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk
menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan
ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani.
Pada
masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini
terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran
barang, kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan
upaya untuk bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan
tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala
macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai
mengambil peranan penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas.
Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan
tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan
akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada otoritas
lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal,
maupun ajaran muluk-muluk dari para filsuf.
Dari
sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan
periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam
kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat
Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka.
Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas.
Adapun
tokoh-tokoh dimasa modern yang akan kami bahas antara lain, Descartes, Spinoza,
Leibniz, John Lock, Karl Mark dan David Hume.
2.
Rumusan
masalah
a. Apa
pemikiran pada masa filsafat modern?
b. Siapa
saja tokoh-tokoh pada masa filsafat modern?
c. Apa
pemikiran para filosof pada zaman modern?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Filsafat
Modern
Filsafat modern berawal pada paruh kedua abad
ke-16 Masehi, setelah terlebih dulu dimulai oleh gerakan Renaissance dan
Humanisme di Eropa Barat.
Para filsul zaman modern menegaskan bahwa
pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari
penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun, tentang aspek mana yang
berperan ada beda pendapat.1
Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran
empirisme sebaliknya meyakini pengalaman adalah sumber pengetahuan itu baik,
baik yang batin maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisme, yang mencoba
memadukan kedua pendapat berbeda itu.
1.
Tokoh-Tokoh
Filsafat Modern
A.
Rene
Descartes
Rene
Descartes lahir di la haye, prancis, 31 maret 1596 dan meninggal di Stockholm,
swedia, 11 februari 1650. Ia biasa dikenl sebagai cartesius dan seorang filsuf serta
matematikawan prancis. Ia dikenal sebagai bapak fifsafat modern yang berhasil
melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam dengan ilmu
pasti kedalam pemikiran filsafat.2 Ia juga disebut sebagai bapak psikologi atas
fisafatnya yang menjadi perhatian utama adalah masalah pengetahuan (epistimologi)
dan filsafat manusia, khususnya masalah hubungan jiwa- badan (abidin, 2009).
Filsafat
Descartes tentang epistimologi dikegorikan kedalam aliran rasionalisme. Ia
menerima 3 realitas atau subtansi bawaan yang sejak lahir, yaitu:
1. Realitas
pikiran (res cogitan)
2. Realitas
perluasan (res extensa, “extention”) atau materi
3. Tuhan
( sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurana dari kedua
realitas itu).
Pikiran
sesungguhnya adalah kesadaran, titik mengambil ruang dan tidak dapat dibagi-
bagi menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan mengambil tempat
dan dapat dibagi- bagi serta tidak memiliki kesadaran. Kedua substansi tersebut
berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhanlah yang ada tanpa bergantung pada yang
lain.
Karya- karya
rene descartes yang termasyhur, ada enem bagian:
1. Menjelaskan masalah ilmu- ilmu yang diawali dengan
menyebutkan akal sehat ( common-sense)
yang pada umumnya dimiliki pada orang.
2. Menjelaskan kaidah- kaidah pokok tentang metode yang akan
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah.
3. Menyebutkan kaidah- kaidah moral yang menjadi landasan
dalam penerapan metode sebagai berikut:
·
Mematuhi
undang- undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama.
·
Bertindak tegas
dan mantap.
·
Berusaha
merubah diri kepada yang lebih baik.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran.
5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang
terdiri atas dua subtansi, yaitu res cogitans (jiwa bernalar) dan res extensa (
jasmani yang meluas). Tubuh res extensa itu di ibaratkan seperti mesin, yang
tentunya karena ciptaan Tuhan maka tertera lebih baik.
6. Dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan spekulatif dan
pengetahuan praktis. Pengetahuan spekulatif menyangkut hal- hal yang bersifat
filosofis. Sedangkan pengetahuan praktis berkaitan dengan objek- objek yang
konkret seperti api, air, udara, planet, dan lain- lain.
B.
Baruch de Spinoza (1632-1677)
Baruch de Spinoza merupakan filsuf Belanda yang fenomenal setelah dia
menggugat salah satu pemikiran Descartes mengenai apa sesungguhnya dunia ini?
sebagai keturunan Yahudi yang berpikiran bebas, ia kerap ditentang oleh
sahabat-sahabatnya yang berpikiran ortodoks, hingga akhirnya ia dibuang dan
dikucilkan. Meski begitu, buah pikirannya cukup mengagumkan bagi banyak orang
yang menaruh perhatian terhadap kajian filsafat dan ilmu pengetahuan.
Karya utama Spinoza adalah Ethics.
Secara umum, buku Spinoza tersebut menggunakan metode Cartesian dan
berusaha membuat hipotesis mengenai kehidupan ini bahwa ada dan hanya satu
substansi dengan banyak sifat yang tak terbatas jumlahnya. Dalam konteks ini,
manusia dan Tuhan adalah satu substansi meski berbeda. Inilah yang membuat
sebagian orang bisa menerima tapi tidak sedikit yang mampu memahami pemikiran
filsafat Spinoza karene memang agak membingungkan.[1]
Spinoza menyuburkan pemakaian pengertian sebab Aristoteles dan
pengertian istimewa yang diterapkannya tentang Tuhan, khususnya tentang
penyebab dirinya atau causa sui. Para
skolastik telah memakai pengertian ini dalam bukti kosmologi dan dapat diduga
Spinoza mereproduksi versi bukti
tersebut. Namun demikian, Spinoza memiliki sesuatu yang lain dalam benaknya,
dan itu merupakan suatu determinisme. Yakni, klaim bahwa dari suatu sebab yang
telah ditentukan akibat menyusul secara niscaya. Tetapi, determinisme Spinoza
tidak berkaitan langsung dengan ilmu secara khusus namun lebih tepatnya dengan
apa yang barangkali dianggap sebagai nasib.[2]
Karya Ethics Spinoza yang
terakhir mengulas masalah emosi. Banyak komentator yang meninggalkannya, karena
tidak menambah kerangka kerja metafisik yang telah diterapkan di buku keduanya.
Spinoza dalam buku tersebut tidak beda pendapat dengan apa yang disebut dengan apatheia, ketidakpedulian. Diskusi moral
dalam buku tersebut sangat penting dan memberi kontribusi bagi khazanah
filsafat.
C. Leibniz (1646-1716 M)
Leibniz lahir di Jerman. Nama lengkapnya Gottfried Wilhelm von Leibniz.
Sama halnya Spinoza, Leibniz termasuk pengagum sekaligus pengkritik Descatres.[3]
Baginya, dia khawatir tentang kehidupan dan bagaimana menjalani hidup. Tetapi
berbeda dengan Spinoza yang kesepian, ia justru termasuk orang yang kaya raya
(jet-setter) dan dipuja.[4]
Leibniz juga dikenal sebagai penemu kalkulus bersama Newton. Ia adalah
ilmuan, pengacara, akademis, ahli logika, ahli bahasa, dan teolog. Bagi
Leibniz, filsafat adalah hobi yang berkesinambungan dan ia terlibat dalam
diskusi filosofis dan melakukan korespondensi sepanjang hidupnya bersama para
filsuf di zamannya. Sayangnya, banyak karyanya tidak bisa dinikmati banyak
orang setelah ia meninggal sebab tidak diterbitkan.
Namun demikian, bukan berarti karyanya tidak ada yang membekas. Tesisnya
yang paling agung termaktub dalam Candide.[5] Tesis
ini mengklaim bahwa ada jumlah pilihan yang tak terhingga banyaknya diantara
dunia-dunia yang mungkin berbeda dan Tuhan akan memilih yang terbaik darinya.
Logika Leibniz bisa saja diperdebatkan tetapi visi tadi tak dapat disangkal
untuk memperbaiki akhlak seseorang.
Leibniz menyarankan pengembangan suatu bahasa universal, suatu logika
universal yang di dalamnya semua masalah dapat dipecahkan dengan perhitungan
tanpa pertumpahan darah dan rasional. Ia mempertahankan pronsip dasariah
filsafatnya yang disebutnya dengan “prinsip cikip alasan”.
Seperti Spinoza, ia juga memberi argumentasi bahwa tak ada yang terjadi
tanpa adanya suatu alasan. Dan semua alasan adalah alasan-alasan Tuhan dan
Tuhan menentukan alam semesta dan semua alasan tersebut tentu saja baik adanya.
D. John Locke (1632-1704 H)
John Locke lahir di Inggris pada tanggal 29 Agustus 1632 dan meninggal
pada tanggal 28 Oktober 1704 M. Sejarah hidupnya pernah dibuang di Belanda
akibat keterlibatannya dalam politik praktis Inggris dan akhirnya dia menjumpai
kolega barunya bernama William dan Mary dari Orange pada tahun 1683. Pengalaman
itu membuatnya membuat karya tulis mengenai pemerintahan.
John Locke adalah tokoh filsuf Inggris pembawa gerbong empirisme dalam
filsafat serta berkeyakinan bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari
sesuatu yang didapat melalui pengalaman atau alat indera (penglihatan, pencium,
peraba dan lain-lain).1 (Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2011). John Locke juga berpendapat bahwa pikiran
bukanlah sesuatu yang datang dari luar. Gagasan-gagasan yang datang dari indera
tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai dan meragukannya.
Konsep inilah yang disebut bagian dari aktivitas merenung atau perenungan.2
(Ali Ma’sum, ……..)
Ia juga sering disebut sebagai
tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan psikologi yaitu tentang
gejala kejiwaan. Bahwa jiwa itu pada saat mula-mula seorang dilahirkan masih
bersih, serupa dengan kertas kosong atau
tabulasi rasa.3 (Ali Ma’sum, ……)
Semua pengetahuan manusia pada dasarnya merupakan ide-ide yang disajikan
pikiran manusia melalui pengalaman yang pernah dialaminya. Ada 2 tingkatan ide,
yakni ide yang sederhana dan ide yang kompleks. Ide-ide sederhana tersebut
berupa ide-ide yang langsung diperoleh melalui indera, seperti warna dapat
diperoleh melalui indera, misalnya warna jingga, rasa asam, bau harum, suara
merdu, rasanya halus dan lain-lain. Sedangkan ide-ide yang kompleks yaitu
penggabungan dari dua atau lebih ide-ide yang sederhana yang diolah oleh
pikiran. Misalnya, konsep kuda, kursi, binatang, manusia, laki-laki, perempuan
dan lain-lain. Ide-ide kompleks pun tidak selalu harus nyata. Misalnya, yang
merupakan gabungan antara kuda dan hewan lain (misalnya, burung) yang punya
sayap.4 (Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, PT Raja Ggrafindo
Persada, Jakarta, 2011)
Selain itu Locke membedakan antara apa yang dinamakan “kualitas primer”
dan “kualitas skunder”. Yang dimaksud dengan kualitas primer adalah luas,
berat, gerakan, jumlah dan sebagainya. Jika telah sampai pada masalah kualitas
primer seperti ini, kita dapat merasa yakin bahwa indera-indera menirunya
secara objektif. Sedang kualitas skunder yaitu tidak meniru-niru
kualitas-kualitas sejati yang melekat pada benda-benda itu sendiri. Misalnya,
kita dapat mengatakan sesuatu itu manis atau pahit dan hijau atau merah.
John Locke juga mengajarkan tentang bagaimana manusia berperilaku dan
bagaimana seharusnya manusia berperilaku. Manusia digerakkan semata-mata oleh
keinginan untuk memperoleh kesenangan atau kebahagiaan. Dalam ajaran etika ini,
Locke amat menekankan supaya kehidupan manusia dibimbing oleh kepentingan
jangka panjang. Jangka panjang yang dimaksud disini ialah kebijaksanaan.
E. Karl Mark (1818-1883)
Karl Mark lahir di Trier Jerman pada tahun 1818, dari kalangan keluarga
ruhaniwan Yahudi. Ayahnya adalah seorang pengacara dan termasuk golongan
menengah di kota itu. Ibunya adlah seorang putri pendeta Belanda yang juga
berbangsa Yahudi. Tahun 1935, saat ia berusia 17 tahun Mark menyelesaikan
sekolah menengahnya di Traves. Kemudian atas kemaunya ayahnya yang tidak bisa
ditolaknya ia masuk Fakultas Hukum Universitas Boon selama satu tahun. Kemudian
mempelajari filsafat dan sejarah di Universitas Berlin.
Karl Mark adalah tokoh filsafat Modern yang paling banyak dikenal oleh
dunia. Pemikiran-pemikiran filsafat politik dan ekonominya di anggap menjadi
anccaman terhadap kapitalisme Barat.
Pemikiran Mark sangat kompleks. Berikut ini diuraikan beberapa
pemikiranya yang sangat penting diantaranya yaitu :
1.
Materialisme historis dan materialisme dialektis
Mark memetakan materialisme ke dalam
materialisme historis dan materialisme dialektis. Materialisme Historis
merupakan pandangan ekonomi terhadap sejarah.
Dalam filsafat materialisme disebutkan adanya
anggapan dasar bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, demikian juga
diakui adanya kenyataan ojektif sebagai penentu terkhir dari ide. Sebaliknya
filsafat idealisme menegaskan bahwa segenap kesadaran didasarkan pada ide-ide
dan mengimgkari adanya realitas di belakang ide-ide manusia.
Jika para penganut filsafat idealisme yang
sebelum dan sezamanya menilai bahwa dialektis hanya dapat diterapkan di dunia
abstrak, yaitu pikiran manusia, maka tidak demikianya dengan Mark , ia
menyatakan bahwa dialektika terjadi di dunia nyata maupun materi.
Prinsip dasar teori materrailisme adalah
“Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan sosial, tetapi sebaliknya
keadaan sosialislah yang menentukan kesadaran manusia.”
2.
Teori Kelas
Mark menguras secara mendalam teori kelas
dalam buku The Communist Manifesto yang ditulisnya bersama Friedrich Engels.
Mark berpandangan bahwas sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah
perjuangan kelas. Menurut Mark, perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme
menumbuhkan dua kelas yang berbeda,terdiri atas orang yang menguasai alat
produksi dinamakan kaum borjuis, yang
mengeiksploitasi kelas yang terdiri atas orang yang tidak memiliki alat
produksi yaiti kaum proletar.
Ada beberapa unsur yang perludiperhatikan
dalam teori kelas. Pertama, besarnya peras segi struktural ketimbang segi
kesadaran dan mralitas. Kedua, adanya perttentangan kepentingan kelas pemilik
dan kelas buruh. Ketiga, setiap kemajuan dalam masyarakat hanya dapat dicapai
dengan melalui revosulioner.
3.
Teori Nilai
Teori ini terdiri dari empat subteori, yaitu
teori tentang pekerjaaan, teori tentang nilai tenaga kerja, teori tentang nilai
lebih dan teori tentang laba.
Teori tentang pekerjaan menyangkut bagaimana
nilai ekonomis sebuah komoditi dapat ditentukan secara objektif.
Teori tentang nilai tenaga kerja merupakan
upah, dalam arti bahwa buruh mendapat upah yang senilai dengan apa kebutuhan
buruh untuk memulihkan kembali teneganya dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
Teori nilai lebih merupakan analisisi Mark
yang penting tentang bagaimana eksploitasi atau pencurian antara kapitalis dan
buruh terjadi. Intinya adalah adanya perbedaan antara labour dan labour force.
Labor adalah pembelanjaan aktual dari energi manusia dan kepandainya, yang
dimiliki pekerja pada waktu ia bekerja. Labour force adalah kemampuan
–kemampuan untuk pekerja yang dibeli oleh majikan pada waktu ia menerima buruh
untuk bekerja.
Teori tentang laba merupajan astu-satunya
sumber laba yang dimiliki oleh kapitalis yang sangat ditentukan oleh b esar
kecilnya nilai lebih.
4.
Mode of production
Mode of production adalah kombinasi
kekuatan-kekuatan produksi (tenaga buruh, mesin, bangunan, materi, dan tanah),
relasasi sosial dan tehnik produksi (kepemilikan, kekuasaan, aset-aset
produktif masyarakat dan relasi antara kelas-kelas sosial. Atas dasar analisis
mode of production Mark menilai bahwa
kapitalisme adalah sistem sosio-ekonom
yang dibangun untuk mencari keuntungan yang didapat dari proses produksi
dengan cara mengorganisir mekanisme produksi secara tertentu sehingga
mengurangi biaya produksi seminim mungkin.
5.
Bangunan bawah dan bangunan atas (base and superstucture)
Basis ditentukan oleh dua faktor yaitu
tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi. Tenaga-tenaga produktif
adalah kekuatan-kekuatan yang dipakai oleh masyarakat untuk mengerjakan dan
mengubah alam. Ada tiga unsur tenaga-tenaga produktif, yaitu alat-alat kerja,
manisia dengan kecakapan masing-masing, dan pengalaman-pengalaman dalam
produksi (teknologi).
Hubungan-hubungan produksi adalah hubungan
kerja sama atau pembagian kerja antara manusia yang terlibat dalam proses
produksi. Menurut Mark, hubungan-hubungan produksi ditentukan
olehperkembangan-perkembangan produktif.
Sementara supersturcture (bagunan atas)
terdiri dari dua unsur, yaitu tatanan institusional dan tatanan kesadaran
kolektif, yang dalam bahasa marxisme disebut “bangunan atas idiologis”. Tatanan
institusional adalah segala macam lembaga yang mengatur kehidupan masyrakat di
luar bidang produksi seperti sistem pendidikan, sistem kesehatan masyarakat,
sistem hukum, dan negara.
Sedangkan, tatanan kesadaran kolektif memuat
segala macam sistem keperayaan, norma-norma dan nilai yang memberikan kerangka
pengertian, makna, dan orientasi spiritual.
6.
Alienasi
Pandangan mark tentang alienasi dibentangkan
dalam karyanya Economic and philosophical Manuscripts of 1844.Alienasi merupkan
proses konkretisasi hakikat batin manusia yang kemudian menjadi barang mati,
dan menceraikan manusia yang satu dari yang lain. Menurut Marx, bekerja
seharusnya meruakan prealisasian diri manusia sehingga bekerja mesti
menggembirakan. Bekerja mestinya memberikan kepuasan, tetapi dalam kenyataanya
yang sering terjadi justru kebalikanya. Bagi kebanyakan orang, dan khusussnya
bagi para buruh industri dalam sestem kapitalis, pekerjan tidak merealisasikan
hakikat manusia melainkan ustru mengasingkan manusia. Mengapa demikian? Karena,
jawab mark, dalam sistem kapitalisme orang tidak bekerja secara bebas dan
universal, melainkan semata-mata karena terpaksa, sebagai syarat untuk bisa
hidup. Jadi, pekerjaan tidak mengembangkan, melainkan mengasingkan manusia,
baik dari diri sendiri maupun dari orang lain.
F. David Hume
(1711- 1776)
Pada David
aliran empirisme memunjak. Empirisme mendasarkan pengetahuan bersumber pada
pengalaman bukan pada rasio. David memilih pengalaman sebagai sumber
pengatahuan karena pengalaman itu dapat bersifat lahiriah (yang mayangkut dunia)
dan juga bersifat batiniah( yang manyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu
pengalaman merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
David membagi
kesan menjadi dua: kesan sensasi dan kesan refleksi.
§ Kesan sensasi adalah kesan- kesan yang masuk ke dalam
jiwa yang tidak diketahui sebab- musababnya. Misalnya, kita melihat sebuah maja
kayu: benda yang saya lihat adalah meja.
§ Kesan refleksi adalah hasil dari gagasan. Misalnya, kita
melihat meja dari besi: itu meja besi.
Sama halnya dengan “ kausalitas” (
hubungan sebab- akibat). Jika gejala tertentu selalu di ikuti oleh gejala
lainnya, dengan sendirinya kita cenderung pada pikiran bahwa gejala yang satu
disebabkan oleh gejala sebelumnya.
Misalnya, gelas jatuh dari meja tetapi
tidak pecah. David lebih suka menyebut urutan kejadian, maka
david menolak kausalitan.
Hume adalah
pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia
berasal dari indra.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat modern berawal
pada paruh kedua abad ke-16 Masehi, setelah terlebih dulu dimulai oleh gerakan
Renaissance dan Humanisme di Eropa Barat.
Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat
Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin
dipikirkan.
Dari
sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan
periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu
dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat
Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka.
Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas.
Adapun
tokoh-tokoh dimasa modern yang akan kami bahas antara lain, Descartes, Spinoza,
Leibniz, John Lock, Karl Mark dan David Hume.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Zainal, Pengantar Filsafat Barat, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Ma’sum, Ali, Pengantar Filsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Muzairi, Filsafat
Umum, Teras, AMei 2009.
Bernadien, WIN Ushuluddin, Membuka Gerbang Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
0 Comments:
Post a Comment