A. Makna Asma Al-Qayyum
Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Ia memiliki nama-nama yang indah yang
diberi nama dengan Asmaul Husna. Kita telah mengenal nama-nama indah Allah
tersebut sebanyak Sembilan puluh Sembilan. Salah satu diantaranya adalah
Al-Qayyum. Al-Qayyum memiliki makan berdiri sendiri atau mandiri. Tetapi untuk
memperkaya pengetahuan kita dan membuktikan akan kebesaran Allah berikut akan
dijelaskan makna atau arti dari Al-Qayyum dari berbagai sumber.
·
Menurut
kamus bahasa arab Al-Qayyum. berasal dari kata:
Ù‚َاءِÙ…ٌ ج Ù‚ُÙˆَّÙ…ٌ Ùˆ Ù‚ُÙŠَّÙ…ٌ Ùˆ Ù‚ُÙˆَّامٌ Ùˆ
Ù‚ُÙŠَّامٌ Ùˆ Ù‚َÙŠَّÙ…ٌ Ùˆ Ù‚ِÙŠَّامٌ
Yang memiliki arti yang tegak berdiri, yang tetap, yang teguh.
·
Kata
Al-Qayyum terambil dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf, yaitu qaf,
wauw, dan mim. Maknanya berkisar pada pertama, “sekelompok manusia”
dan dari sini lahir kata “Qauwm” / kaum. Kedua, bermakna “tegak
lurus”. Dari sini lahir makna “berdiri” . dan ketiga adalah “tekad”,
dari sini muncul makna “ bersinambung dan terus menerus”; karena tanpa
tekad, kesinambungan tidak akan terlaksana. Dalam Al-Qur’an kata kerja “qawama”
dalam berbagai bentuknya, dipahami sebagai “ terlaksananya sesuatu secara
sempurna dan bersinambungan”.[1]
·
Al-Qayyum berarti, yang selalu mengelola dan tidak pernah alpa. Ism ini
berwazan fai’ul dari akar kata qiyam, yang bermakna superlatif.
Satu pendapat mengatakan, asma ini berarti, mengelola. [2]
·
Menurut
ath-Thahawiy dalam risalah akidah al-Qayyum berarti “….yang hidup dan tidak
mati, yang mengurus selalu dan tidak pernah tidur.” [3]
·
Selain itu
banyak ulama bersepakat bahwa al-Qayyum adalah yang Ada dengan Sendirinya.
Allah bereksistensi dengan sendirinya. Eksistensi-Nya tidak bergantung kepada
selain diri-Ny sendiri.[4]
Dari beberapa pengertian di atas maka secara umum dapat diketahui bahwa
Al-Qayyum berarti Yang Maha Berdiri Sendiri atau Maha Mandiri. Yang mengurusi
diri-Nya sendiri dan yang lain. Allah mengurusi semua makhluk, tanpa Dia
membutuhkan mereka, tapi mereka yang membutuhkan-Nya.
B. Bukti dan Penjelasan dari Asma Al-Qayyum
Allah
Setelah berbicara tentang pengertian Al-Qayyum maka tidak boleh kita
lupakan bukti yang dapat mendasari penamaan tersebut untuk Allah. Bukti itu
dapat kita ketahui melalui Al-Qur’an maupun analogi kita tentang sifat Allah
yang tidak mungkin dimiliki oleh makhluk-Nya. Baik itu malaikat, manusia,
hewan, tumbuhan, maupun jin dan syetan. Karena pada hakekatnya semua makhluk
tersebut adalah ciptaan Allah dan Allah lah yang mengurus semua keperluan
mereka.
Al-Qayyum Yang
Maha Berdiri Sendiri, baik zat-Nya, sifat-Nya, dan Af’al-Nya (perbuatan-Nya)
yang tiada bersekutu bagi-Nya. Adalah salah satu tanda atau bukti ke Maha Esaan
Allah SWT. Untuk itu tak sepatutnya kita sebagai
makhluk-Nya merasa bangga akan kemandirian kita. Karena kemandirian kita
bukanlah kemandirian yang sebenarnya. Karena sifat kemandirian manusia sebagai
Makhluk-Nya tetap masih membutuhkan makhluk yang lainnya terutama Allah.
Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang secara tegas menggunakan
kata Al-Qayyum yang tentunya hanya untuk Allah:
اَللهُ
لآاِÙ„َÙ‡َ الاَّÙ‡ُÙˆَاْÙ„ØَÙ‰ُّ الْÙ‚َÙŠُّومُ لاَتَØ£ْØ®ُØ°ُÙ‡ سِÙ†َØ©ٌ ÙˆَلاَÙ†َومٌ
Artinya: Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus ( makhluk-Nya ); tidak mengantuk
dan tidak tidur. (Q.S. Al-Baqarah: 255)
الم
(Ù¡) الله لآاِله الاهوالØÙŠ القيوم(Ù¢)
Artinya: alif lam mim (1) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya. (Q.S.
Ali-‘Imran: 1-2)
ÙˆَعَÙ†َتِ الْÙˆُجُوهُ Ù„ِÙ„ْØَÙŠِّ الْÙ‚َÙŠُّومِ ÙˆَÙ‚َدْØ®َابَ
Ù…َÙ†ْ ØَÙ…َÙ„َ ظُÙ„ْÙ…ًا
Artinya: dan tunduklah semua muka semua muka (dengan berendah diri)
kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan
sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman. (Q.S. Taha: 111).
Dari ketiga ayat dalam Al-Qur’an di atas, dapat kita ketahui secara
tegas Al-Qur’an mengulang kata Al-Qayyum sebanyak tiga kali. Dengan makna yang
sama yaitu selalu mengurus makhluk-Nya. Dia tidak pernah berhenti dalam
mengurusi semua hamba-hamba-Nya, memelihara, melindungi dan melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya.
Menurut para ahli tafsir dan linguistik Al-Qayyum mengacu kepada
konteks azali dan abadi, tidak seperti Al-Qadim. Disamping itu, juga menunjuk
kepada konteks bahwa Dia ada dengan sendirinya, pengertian dari pernyataan
bahwa Dia harus ada. Bentuk superlatif al-Qayyum lebih kuat tekanannya
daripada al-Qayyam, karena tekanan huruf waw lebih kuat dari alif,
dan menjelaskan bahwa Dia mengurus diri-Nya sendiri.[5]
Kemandirian Allah mengurus hamba-hamba-Nya, tidak pernah
terlewat sedikitpun, dan tidak pernah mengenal lelah dan tidak pernah mengantuk
walaupun sesaat. Seperti yang terdapat
pada Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 255 yang secara tegas mengatakan bahwa
Allah tidak mengantuk dan tidak tidur.
Bayangkan jika Allah mengantuk
dan tidur walau satu detik apa yang akan terjadi di alam semesta ini ? Pasti
semua makhluk tidak akan terurus dan
akan terjadi kekacauan bahkan akan terjadi kehancuran alam semesta ini.
Karena tidak teraturnya kehidupan makhluk-makhluk-Nya. Dalam hadis sahih
diriwayatkan oleh Muslim disebutkan: “ Sesungguhnya Allah tidak tidur, dan
tidak seyogyanya Dia tidur. Dia yang menaikkan dan menurunkan ukuran.
Kepada-Nya diangkat amal siang sebelum malam dan amalanmalam sebelum siang.
Tabir-Nya adalah cahaya, yang jika Diamembukanya, niscaya cahaya wajah-Nya akan
membakar sejauh pandangan-Nya kepada makhluk-Nya.”
Dari penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadis di atas dapat diketahui senagai
yang hidup abadi pastilah berbeda dengan yang hidup sementara yaitu
makhluk-Nya.
Selain itu Allah juga tidak pernah berserikat dengan siapa pun dan juga
tidak bermusyawarah. Jika Allah berserikat dan bermusyawarah maka itu akan
menunjukkan bahwa Allah itu lemah. Karena Dia membutuhkan bantuan dari pihak
lain. Serta jika akan memutuskan apa pun orang yang berserikat dan bekerja sama
pasti akan melakukan musyawarah. Bayangkan jika Allah melakukan hal itu apa
yang akan terjadi pada alam ini. Pasti akan terjadi kekacauan dan kehancuran.
Contohnya saja jika Allah akan menciptakan sesuatu maka akan terjadi
perdebatan akan bentuknya, warnanya, dan lain sebagainya. Jika hal yang
demikian terjadi maka kapan akan selesai. Kapan akan diputuskan dan bagaimana
hasilnya. Padahal masing-masing diantara mereka mengaku paling berhak atas
suatu hal dan mungkin merasa paling kuat diantara yang lain. Pastilah akan
memerlukan waktu yang panjang untuk memutuskan sutu hal. Bahkan sesuatu hal
yang sangat kecil pun. Maka apa bedanya
dengan manusia sebagai makhluk-Nya.
Bahkan apabila kita tengok saja
jika suatu Negara memiliki dua pemipin atau raja atau presiden. Maka pastilah
dalam Negara itu akan terjadi kekacauan. Mereka akan saling memperebutkan
kekuasaan dan ingin menjadi satu-satunya penguasa akan Negara tersebut. Perang
pun akan terjadi demi mewujudkan impian mereka itu. Walaupun harus mengorbankan
orang-orang yang tidak bersalah. Terutama rakyat yang tinggal di Negara
tersebut. Mereka akan mengalami kekacauan, dalam berbagai hal. Yang sangat
menyusahkan kehidupan mereka. Bahkan kekacauan itu akan terjadi dalam waktu
yang tidak singkat. Tetapi dalam waktu yang sangat lama.
Dari penjelasan Al-Qur’an dan hadis di atas dapat kita ketahui bersama.
Bahwa asma Al-Qayyum benar-benar dimiliki oleh Allah Swt. Dia adalah Yang Maha
Berdiri Sendiri dan yang selalu mengurusi makhluk-Nya. Dan tidak mengantuk
serta tidur dan tidak pernah pula merasa lelah. Karena itu memang yang
seharusnya dimiliki oleh Allah pencipta dan pengurus semua makhluk-Nya.
Selain itu penjelasan-penjelasan diatas haruslah menjadi bukti yang kuat
akan sifat Allah (al-Qayyum). Yaitu sifat bagi kesempurnaan sifat tidak butuh
dan sifat mampu-Nya. Allah adalah zat yang berdiri-sendiri, yang tidak
membutuhkan kepada yang lain dalam konteks bagaimanapun, yang mengurus yang
lain, dan kepenguruusan-Nya sangat dibutuhkan yang lain.[6]
Dengan kata lain Allah tidak memerlukan teman untuk berserikat dan yang
selalu dibutuhkan oleh makhluk-makhluk-Nya. Bukti-bukti dari ayat yang Allah
turunkan dalam Al-Qur’an tersebut seharusnya menjadi bukti yang sangat cukup
bagi makhluk-Nya untuk meyakini kebesaran Allah, dengan salah satu sifat-Nya
yaitu Maha Berdiri Sendiri. Yang selalu mengurusi hamba-hamba-Nya. Sehingga
tidaklah patut jika kita sebagai hamba Allah menyombongkan diri terhadap orang
lain apalagi kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Asyqar, Umar
Sulaiman Al. 2010. Al-Asma’ al-Husna. Jakarta: Qisthi Press.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan
Terjemahnya dengan Transliterasi. Semarang: Karya Toha Putra Semarang.
Hasan, M.Ali. 1997. memahami dan meneldani asmaul husna. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jerrahi, Syekh Tosun Bayrak al. 2004. Asmaul Husna:
Makna dan Khasiat, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Salim, H.Hadiyah. 1987.uraian asma’ul
husna. Bandung:Al-ma’arif.
Shihab, Quraish. 2005. Menyingkap Tabir Ilahi: Asma Al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Implikasi
Setelah mengetahui penjelasan
tentang makna ataupun arti dari asma Al-Qayyum. Serta penjelasan dan buktinya
dari asma al-Qayyum. Banyak sekali hikmah yang saya dapatkan. Ditambah sebagai
penulis dari makalah ini tak kira lagi kekaguman saya akan Allah Yang Maha
Besar. Sehingga wajib bagi saya untuk dapat mengimplikasikannya bagi kehidupan
saya sehari-hari. Karena saya sudah tahu bahwasanya Allah adalah Yang Maha
Berdiri Sendiri dan Yang Maha Mengurusi makhluk-Nya tanpa membutuhkan mereka. Telah
menambah keyakinan saya akan ke Esaan Allah. Sehingga amat sangatlah berdosa
bagi saya jika menyekutukan-Nya. Karena Yang Maha Esa dan Yang Maha Berdiri
Sendiri adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan kedua asma tersebut
disebutkan secara bersamaan dalam al-Qur’an sebanyak tiga kali.
Dengan menulis makalah ini juga
telah menyadarkan kepada saya betapa bergantungnya saya kepada Allah. Bahkan
saya tidak bisa hidup didunia ini tanpa Allah barang satu detik pun. Karena hanya Allah lah yang mampu mengurus
saya sebagai makhluknya setiap waktu tanpa lelah. Dan dengan makalah ini pula
saya tersadarkan sebagai makhluk saya tidaklah patutdan sangatlah berdosa jika
sampai menyombongkan diri kepada Allah.
Karena saya bukanlah siapa-siapa bagi Allah dan Allah tidak membutuhkan saya
tetapi sayalah yang membutuhkan-Nya. Asma Allah ini juga menyadarkan saya untuk
tidak sombong pula kepada sesama manusia sebagai sesama makhluk Allah.
Sehingga saya harus semakin rajin
beribadah, berdoa dan bertawakal kepada Allah. Serta menambah kemantapan akidah
dan keimanan saya kepada Allah.
0 Comments:
Post a Comment