BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Asmaul Husna Al Khabir (Maha Mengetahui)
a.
Pengertian
Asmaul Husna
Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang indah
dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik. Jadi,
Asmaul husna adalah nama-nama milik Allah yang baik lagi indah. [1]
b.
Pengertian Al Khabir
Kata “Al- Khabir” terambil dari akar
kata “khabara”. Kata-kata yang dirangkai oleh huruf-huruf kha’, ba’, dan
ra’ berkisar maknanya pada dua hal, yaitu pengetahuan dan kelembutan.
Khabir dari segi bahasa dapat berarti “yang mengetahui” dan juga “tumbuhan
yang lunak”. Sementara pakar berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata “khabartu
al-ardha” (membelah bui dan dari sini lahir pengertian “mengetahui”
seakan-akan yang bersangkutan membahas sesuatu sampai dia membelah bumi untuk
menemukannya. Pendapat ini sangat dipaksakan. Sepertinya cukup memperhatikan
kata ”khabar” yang mengandung informasi tentang sesuatu, untuk
menyatakan bahwa kata “khabir” mengandung makna mengetahui. Apalagi jika
memperhatikan penggunaan kata tersebut dalam al-qur’an yang terulang sebanyak
lima puluh kali.[2]
Kata “khabir”,
digunakan untuk yang mendalami masalah. Seorang pakar dalam bidangnya dinamai “khabir”,
karena itu pula kata ini biasa digunakan untuk menunjuk pengetahuan yang
mendalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang tersembunyi.
Menurut Imam
Ghazali, Al-Khabir adalah yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat
dalam dan yang disembunyikan, tidak terjadi sesuatupun dalam kerajaan-Nya yang
di dunia maupun di alam raya kecuali diketahui-Nya, tidak bergerak satu zarrah
(atom) atau diam, tidak bergejolak jiwa, tidak juga tenang, kecuali ada
beritanya disisi-Nya.[3]
Terdapat perbedaan
antara makna al-khabir dan al-Alim.
Al- Alim mencakup
pengetahuan Tuhan tentang sesuatu dari sisi-Nya, sedang “al-Khabir adalah
Dia yang pengetahuan-Nya menjangkau sesuatu yang diketahui. Disini, sisi
penekannya bukan pada yang mengetahui tetapi pada sesuatu yang diketahui itu.
dalam Al-qur’an kata “khabir” ada
yang berdiri sendiri, ada juga yang dirangkaikan penyebutannya dengan sifat
yang lain, seperti hakim, lathif, bashir, dan ‘alim. Terdapat
tiga ayat dalam Al-quran yang merangkaikan sifat khabir dengan ‘alim.
Konteks ketiganya adalah hal-hal yang mustahil, atau amat sulit diketahui
manusia. Pertama, tempat kematian. “tidak seorangpun yang mengetahui di
bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi maha Mengenal (Alimun
Khabir)” (Q.S. Luqman 31 : 34). Kedua, kualitas kemuliaan dan taqwa
seseorang. “sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling
bertaqwa, sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Alimun
Khabir)” (Al Hujarat 49 : 13). Ketiga, rahasia yang sangat dipendam. Dalam hal
ini khasus pembicaraan rahasia antara istri-istri Nabi SAW, Aisyah dan Hafish
menyangkut sikap mereka kepada rasul yang lahir dari kecemburuan mereka
terhadap istri nabi yang lain, Zainab r.a “tatkala dia (Muhammad saw)
memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu dia (Hafsah)bertanya,
“siapakah yang telah memberitahu hal ini kepadamu?” Dia (nabi) menjawab, “telah
diberitahu kepadaku oleh Al’alim Al Khabir (yang Maha mengetahui lagi maha
mengenal)” (Q.s. At-Tahrim 66 : 3).
Yang meneladani sifat ini dituntut
untuk berusaha mengenal jati dirinya, mengetahui gejolak nafsu dan tipu
dayanya. Mampu merasakan atau membedakan antara bisikan nafsu, bisikan setan
dan ilham malaikat. Ia juga dituntut untuk mendalami dan mengetahui duduk
persoalan yang dilakukannya, sehingga tidak bertindak atau meniru dan mengikuti
selainnya, kecuali atas dasar pengetahuan yang jelas. Demikian wa Allahu ‘alam.
Al-khabir
adalah yang tidak ada informasi rahasia yang tersembunyi dari-Nya, karena
tidak ada yang terjadi dilangit atau bumi,tidak ada atom yang bergerak dan
tidak ada jiwa yang resah atau tenang, tanpa diketahui oleh-Nya. Artinya sama
saja dengan “Yang Mahatahu”, namun bila pengetahuan (‘ilm) itu mengenai
rahasia-rahasia gaib, maka itu disebut ‘tahu’ (khibrah), dan dia yang
memilikinya disebut ‘dia yang mengetahui (segalanya).[4]
c.
Implikasi
Saat kita
sudah mengetahui dengan benar arti dari asmaul husna “al khabir”, maka kita
akan mengetahui apa saja yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari hari,
sesuai dengan makna dari al khabir yakni Maha Mengetahui. Diantaranya adalah:
-
Menumbuhkan rasa muraqabatullah (merasa
diawasi Allah) yang sempurna dalam jiwa seorang hamba. Karena ia mengetahui
bahwa Allah Ta’ala itu Maha Mengetahui segala perbuatan dan dosa-dosanya.[5]
-
Menumbuhkan pada jiwa seorang hamba
keinginan untuk menyucikan hati dari berbagai penyakit hati berupa hasad/iri,
riya’ (ingin amalannya dilihat orang lain), kemunafikan, dan yang lainnya.[6]
-
Menumbuhkan rasa takut kepada Allah
Ta’ala. Karena Allah Ta’ala melihat dan mengetahui segala sesuatu yang ada pada
batinnya, sehingga ia menjaga lisannya dari berbuat bohong, ghibah, adu domba,
dan yang lainnya. Dan ia juga akan menjaga anggota tubuhnya dari berbuat jahat
kepada orang lain.[7]
-
Tidak ada jarak antara Tuhan dengan
manusia.
Jadi, Allah mengetahui apa saja yang
dilakukan hambanya meskipun itu sesuatu yang ada di batinnya.
4.
Dalil dari Al
Qur’an dan Habis tentang
“Al-Khabir”
a.
Dalil dari Al-Qur’an
Syaikh Muhammad Al-Hamud dalam
kitabnya An-Nahjul Asma mengatakan bahwa nama “Al-Khabir”
telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 45 kali. Di antaranya,
وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ
“Dan
Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 18)
قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ
“Beliau berkata,“Saya diberitahu oleh
Yang Maha Mengetahui lagi Maha teliti’.” (QS. At-Tahrim: 3)
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ
لَخَبِيرٌ
“Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu
benar-benar mengetahui tentang diri mereka.” (QS. Al-‘Adiyat: 11)
b. Dalil dari Hadis
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam berkata
kepada Aisyah radhiyallahu
‘anha tatkala beliau
menyembunyikan sesuatu dari Rasulullah,
لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ
الْخَبِيرُ
“Engkau
harus memberitahukanku atau Allah Yang Mahalembut dan Maha Mengetahui yang akan
memberitahukanku.” (HR. Muslim, no. 1625)
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish 2005.
Menyingkap Tabir Ilahi. Jakarta :
Al Ghazali.1999. Al Asma Al Husna
rahasia nama-nama indah Allah.Bandung:
mizan
http://www.masuk-islam.com/
0 Comments:
Post a Comment