Tugas Mata
Kuliah Akidah Akhlak di Sekolah/Madrasah
Iman
Kepada Hari Akhir
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akidah
Akhlak di Sekolah/Madrasah
Dosen Pengampu :
Bapak Sangkot Sirait
Oleh :
Dwi Artiningtyas
13410149
Kelas : C
Semester : IV
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2014/2015
Iman Kepada Hari Akhir
Iman Kepada Hari Akhir
Salah satu rukun iman adalah beriman
kepada hari akhir. Beriman kepada hari akhir merupakan salah satu bagian dari
akidah Islam yang merupakan unsur penting setelah beriman kepada Allah. Beriman
kepada Allah akan mewujudkan ma’rifat (pengenalan) kepada sumber pertama yang
darinya alam semesta ini berasal, yakni Allah. Sedangkan beriman kepada hari
akhir akan mewujudkan ma’rifat (pengenalan) tempat kembali yang kepadanya alam
wujud ini akan berakhir. Apabila manusia tidak memiliki pengenalan terhadap dua
hal ini, maka hidupnya tidak mempunyai target dan tujuan.[1]
Iman
kepada hari akhir berarti meyakini akan adanya kehidupan yang kekal sesudah
kehidupan di dunia yang fana ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa
yang terjadi pada hari itu. Mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh
isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah),
kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal
perbuatan manusia di dunia (Hisab),
penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan
amal buruk (Wazn), sampai pada hari
pembalasan ke surga atau neraka (Jaza’).[2]
Hari akhir dimulai dengan kehancuran
alam semesta ini, kemudian semua makhluk hidup menjadi mati, dan bumi ini
berganti dengan yang lain. Begitu pula segenap langit, mengalami perubahan
total.Sesudah itu Allah menciptakannya sekali lagi, lalu Allah membangkitkan
manusia seluruhnya dan mengembalikan kehidupan kepada mereka pada kali yang
lain. Dan sesudah dibangkitkan, Allah menghisab (menghitung) amal perbuatan
yang telah dilakukan oleh setiap manusia, baik maupun buruk. Barang siapa yang
kebaikkannya mengalahkan keburukannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam
surga. Barangsiapa yang keburukannya mengalahkan kebaikannya, maka Allah akan
memasukkan ke dalam neraka.[3]
Di dalam Al Qur’an, penyebutan beriman
kepada hari akhir sering dirangkai dengan beriman kepada Allah. Seperti dalam
Q. S. Al Baqarah (2): 177 yang artinya, “Akan
tetapi kebajikan adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.”
Dalam Q. S. Al Baqarah (2): 62, yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang
Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang beriman
kepada Allah dan hari akhir dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala
dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
Ada beberapa nama lain dari hari akhir
yang tercantum dalam Al Qur’an. Nama-nama tersebut yaitu:
1. Yaumul
Ba’ats (hari kebangkit an),
dalam Q. S. Ar Rum (30): 56.
2. Yaumul
Qiyamah (hari kiamat), dalam Q.
S. Az Zumar (39): 60.
3. Yaumul
Sa’ah (saat pembeberan amal),
dalam Q. S. Al Qamar (54): 1 dan Q.S.
Al Haj (22): 1.
4. Yaumul
Al Akhirah (akhirat, yang akhir),
dalam Q.S. Al A’la (87): 16-17.
5. Yaumuddin
(Hari Pembalasan), dalam Q.S. Al
Fatihah (1): 4.
6. Yaumul
Hisab (Hari Penghitungan
Amal), dalam Q.S. Ghafir (40): 7.
7. Yaumul
Fath (Hari Kemenangan Orang
Mukmin), dalam Q.S. As Sajadah (32): 29.
8. Yaumul
Talaqi (Hari Pertemuan dengan
Tuhan), dalam Q. S. Ghafir (40): 15.
9. Yaumul
Jam’i Wat Taghabun (Hari
pengumpulan dan kelalaian), dalam Q. S. At Taghabun (64): 9.
10. Yaumul
Khulud (Hari Keabadian), dalam
Q. S. Qaf (50): 34.
11. Yaumul
Khuruj (Hari Keluarnya manusia
dari kubur), dalam Q. S. Qaf (50): 42.
12. Yaumul
Hasrah (Hari Penyesalan),
dalam Q. S. Maryam (19): 39.
13. Yaumul
Tannad (Hari saling
memanggil), dalam Q. S. Al Mukmin (40): 32.
14. Azifah
(yang dekat), dalam Q. S. An Najm:
57-48.
15. Ath
Thammah (Malapetaka), dalam
Q.S. An Nazi’at (79): 34-35.
16. Ash
Shaakhkhah (Suara yang Memekakkan telinga ), dalam
Q.S. Abasa (80): 33- 37.
17. Al
Haqqah, (Yang Haq, pasti
terjadi), dalam Q. S. Al Haqqah (69): 1-3.
18. Al
Ghasyiyah (Yang Menutupi), dalam
Q. S. Al Ghasyiyah (88): 1.
19. Al
Waqi’ah (Yang Mesti Terjadi),
dalam Q. S. Al Waqi’ah (56): 1-3.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui
kapan terjadinya kiamat atau terjadinya hari akhir. Hanya Allah yang mengetahui
tentang kapan terjadinya hari akhir itu. Allah tidak memperlihatkannya kepada
seorang pun. Meskipun demikian, Allah telah membuat tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa hari kiamat telah dekat. Dalam Q. S. Muhammad (47): 18 Allah
berfirman, “Maka mereka tidaklah
menunggu-nunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka
dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah
faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?”
Ada dua macam tanda-tanda hari kiamat,
yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar. Menurut Sayyid Sabiq, secara
garis besar, tanda-tanda kiamat kecil adalah sebagai berikut:[4]
1. Pengutusan Nabi
Muhammad sebagai rasul, penutupan kenabian dan risalah Tuhan dengan datangnya
beliau. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diutus sedangkan aku dan hari kiamat itu seperti dua jari ini”.
Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. Maksudnya
bahwa antara Nabi Muhammad dengan hari kiamat tidak ada nabi lain. Kiamat itu
datang sesudah beliau. Ini merupakan pemberitahuan tentang dekatnya hari
kiamat, bukan pemberitahuan tentang waktu datangnya hari kiamat.
2. Munculnya para raja,
amir, dan pemimpin dari kalangan anak-anak budak wanita, bukan dari anak-anak
wanita yang memiliki pendidikan, akhlak dan muruah yang baik. Sebagaimana
orang-orang badui dan para penggembala kambing akan menjadi orang-orang yang
memiliki kekayaan, kemewahan, istana-istana yang tinggi dan menjadi pemimpin
umat manusia. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari berada
di tengah-tengah orang banyak, lalu Jibril datang kepadanya seraya berkata:
‘Wahai Rasulullah, kapankah datangnya hari kiamat itu?’ Maka beliau
menjawab,’Orang yang ditanya tentang hari kiamat tidaklah lebih mengetahui dari
pada orang yang bertanya. Akan tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang
tanda-tandanya. Yaitu apabila budak wanita telah melahirkan tuannya. Maka hal
itu termasuk tanda-tanda kiamat. Dan apabila orang-orang yang tidak beralas
kaki, yang telanjang, penggembala-penggembala kambing menjadi pemimpin umat
manusia, maka itu termasuk tanda-tandanya. Dan apabila para penggembala kambing
berlomba-lomba dalam membangun gedung-gedung yang tinggi, maka itu adalah
termasuk tanda-tandanya”.
Adapun tanda-tanda kiamat besar, secara
garis besar adalah sebagai berikut:[5]
1. Terbitnya matahari dari
barat dan keluarnya dabbah (binatang melata) dari bumi. Diriwayatkan dari
Abdullah bin Amru bin al-‘Ash r.a. bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya tanda kiamat yang pertama kali muncul adalah terbitnya
matahari dari barat dan keluarnya dabbah (binatang melata) kepada manusia pada
waktu dhuha (saat matahari telah naik sepenggalan). Dan yang mana saja di
antara keduanya terjadi (lebih dahulu) sebelum yang lain maka yang lain itu
mengikuti di belakangnya dalam waktu dekat.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga
matahari terbit dari barat. Apabila ia telah terbit dan manusia melihatnya,
maka mereka pun beriman seluruhnya. Dan saat itu di saat iman tidak memberi
manfaat kepada seseorang yang sebelum ini tidak beriman atau melakukan kebaikan
di dalam imannya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini berarti bahwa imannya
orang kafir pada saat ini tidak akan memberi manfaat. Begitu juga dengan
taubatnya orang mukmin yang belum pernah melakukan kebaikan selama menjadi
mukmin sebelum ini.
2. Munculnya imam Mahdi.
Imam Mahdi benar-benar akan muncul di akhir zaman. Ia bernama Muhammad bin
Abdullah atau Ahmad bin Abdullah dan termasuk ahli bait (keturunan) Rasulullah
dari anak cucu Fathimah binti Rasulullah. Ia menyerupai Rasulullah dalam hal
akhlak dan bentuk fisiknya. Imam Mahdi berdahi lebar dan berhidung mancung. Ia
menguasai bumi dengan penuh keadilan sebagaimana bumi ini tadinya penuh dengan
kezaliman dan penganiayaan. Ia menegakkan hukum berdasarkan syari’at Islam dan
menghidupkan kembali Sunnah Rasulullah yang telah lenyap. Di masanya, agama
Islam benar-benar jaya, ditegakkan, dan menjadi kokoh. Kehidupan yang lapang
banyak diperoleh karena keadilan yang benat-benar terwujudkan. Ia tinggal di
bumi selama tujuh tahun dan kemudian dajjal datang. Kemudian Nabi Isa a.s.
turun dan bersama Imam Mahdi saling membantu membunuh dajjal. Kemudian Imam
Mahdi wafat dan disholatkan kaum Muslimin.
3. Munculnya Al Masih Ad
Dajjal. Disebut al Masih karena mampu mengusap (yamsahu) dan menjelajahi bumi dalam waktu singkat dank arena mata
kanannya dihapus, yakni hanya bermata satu. Ia mengaku sebagai tuhan dan
berusaha memalingkan manusia dari agama mereka dengan hal-hal luar biasa yang
ia adakan, dan dengan keajaiban-keajaiban yang tampak lewat kedua tangannya,
sehingga sebagian manusia terfitnah dan mengikuti ajarannya. Namun, Allah
meneguhkan hati orang-orang yang beriman sehingga ia tidak tertipu dengan
kesesatan-kesesatannya. Para Rasul telah memperingatkan umat mereka
masing-masing terhadap fitnah Dajjal dan kesesatannya. Diriwayatkan dari Umar
r.a. bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam meminta perhatian umat manusia (kaum Muslimin) pada waktu haji
wada’, lalu beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya. Kemudian beliau
menyampaikan penjelasan tentang Dajjal yang panjang dan bersabda,”Allah Subhanahu wa ta’ala tidaklah mengutus
seorang Nabi pun melainkan ia telah memperingatkan umatnya terhadap Dajjal itu.
Dan sesungguhnya ia akan muncul di tengah-tengah kamu, maka tidaklah sama-samar
bagi kamu mengenai keadaannya. Tidak samar bagi kamu bahwa sesungguhnya Tuhanmu
itu tidaklah buta sebelah mata dan bahwa Dajjal itu buta matanya yang kanan
seolah-olah matanya itu sebuah biji yang menonjol.(HR. Bukhori).
4.
Turunnya
Nabi Isa a.s.
Dari
‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi ia berkata, Saya mendengar Abdullah bin Amru
berkata, Rasulullah bersabda,”Dajjal akan keluar di tengah umatku, lalu ia tinggal
(di bumi) selama empat puluh. ‘Urwah berkata: Aku lupa, empat puluh hari, empat
puluh bulan, ataukah empat puluh tahun. Kemudian Allah membangkitkan Nabi Isa
putra Maryam. Dia mirip dengan ‘Urwah bin Mas’ud. Dia mencari Dajjal, lalu
membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun (yang penuh
kedamaian) tanpa ada permusuhan antara dua orang. Kemudian Allah mengirimkan
angina yang sejuk dari arah Syam. Maka tidaklah tersisa seorang pun di
permukaan bumi ini yang di dalam hatinya terdapat kebaikan atau keimanan
seberat dzarah (atom), melainkan angin itu mencabut nyawanya, sehingga andai
kata salah satu dari kamu masuk ke dalam gua sebuah gunung niscaya angina itu
masuk kepadanya sehingga mengambil nyawanya. Maka tinggallah orang-orang yang
jahat dan berperilaku buruk yang melakukan keburukan secepat terbangnya burung
dan melakukan kejahatan seperti binatang buas. Mereka tidak mengetahui yang
ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Lalu syetan menjelmakan diri kepada
mereka seraya berkata,’Tidakkah kamu mau mengikuti perintahku?’ Mereka
menjawab: Apa yang kamu perintahkan kepada kami? Kemudian syetan menyuruh
mereka menyembah berhala (dan mereka mematuhinya), dan di tengah keadaan
seperti itu rezeki mereka melimpah ruah dan kehidupan mereka berkecukupan.
Kemudian sangkakala ditiup, lalu matilah umat manusia. Kemudian Allah
menurunkan hujan bagaikan hujan gerimis, rintik-rintik, maka tumbuhlah
karenanya tubuh-tubuh manusia yang telah mati. Kemudian sangkakala ditiupkan
pada kali yang lain, maka tiba-tiba mereka semuanya berdiri memandang. Lalu
dikatakan kepada mereka, ‘Hai umat manusia!Kemarilah untuk mengahdap Tuhanmu!’
Dan kepada malaikat yang menggiring mereka itu dikatakan: ‘Hentikan mereka
semua, sebab mereka akan ditanyai terlebih dahulu’. Kemudian dikatakan (lagi),
‘Keluarkanlah untuk dikirim ke neraka’. Lalu ditanyakan: ‘Dari berapa orang?’.
Maka dijawab, ‘Dari setiap seribu orang ada Sembilan ratus Sembilan puluh
Sembilan orang’. Rasulullah Shallalluhu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Itulah hari
yang menjadikan anak-anak cepat tua beruban, dan itulah hari betis disingkapkan
(untuk lari karena ketakutan melihat dahsyatnya huru hara hari kiamat.”
Yunahar
Ilyas mengemukakan bahwa tanda-tanda kiamat kecil (sughra) adalah apabila budak wanita melahirkan tuannya; orang-orang
yang bertelanjang kaki, berpakaian compang-camping, miskin, dan penggembala
kambing berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan (Hadits Muttafaqun ‘alaih),
lenyapnya ilmu pengetahuan, meluasnya kebodohan, banyak diminum khamar,
perzinahan terjadi secara terang-terangan (Hadits Muttafaqun ‘alaih), terjadi
peperangan antara dua kelompok besar padahal dakwah keduanya sama (Hadits
Muttafaqun ‘alaih), terlihat seorang laki-laki yang diikuti empat puluh wanita
yang ingin bersenang-senang dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan
banyaknya jumlah wanita (Hadits Muttafaqun ‘alaih), banyak terjadi gempa bumi,
banyak timbul fitnah, banyak terjadi pembunuhan, orang-orang sama
bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang menjulang tinggi (HR. Bukhari),
amanah banyak yang disia-siakan (HR. Bukhari), banyak orang yang ingin mati
((HR. Bukhari, Muslim, dan Malik), umat Islam patuh sepenuhnya kepada umat lain
(HR. Bukhari).[6]
Sedangkan tanda-tanda kiamat besar (kubra)
adalah matahari terbit dari barat, munculnya binatang-binatang aneh yang mampu
bercakap-cakap, turunnya Imam Mahdi, munculnya Al Masih ad Dajjal (penggembala yang banyak dustanya), turunnya
Nabi Isa a.s. untuk membunuh Dajjal dan menghancurkan tiang-tiang salib,
membunuhu babi, dan menghapuskan segala bentuk penindasan kepada manusia,
keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj, robohnya Ka’bah akibat perbuatan
seorang laki-laki dari Habsyi, hilangnya Mushaf Al Qur’an dari muka bumi,
seluruh manusia di muka bumi menjadi kafir.
Singkatnya
iman kepada hari akhir berarti meyakini akan adanya kehidupan yang kekal
sesudah kehidupan di dunia. Ada proses yang akan dilalui manusia dalam
perjalanan menuju kehidupan yang kekal tersebut. Tidak ada satupun manusia yang
tahu kapan datangnya hari akhir ini, akan tetapi Allah telah memberitahukan
kepada manusia tentang tanda-tanda dekatnya kedatangan hari akhir ini kepada
manusia, dan Allah telah mengutus Nabi dan Rasul untuk memperingatkan manusia
akan datangnya hari akhir ini.
Sebagai
orang yang beriman kepada hari akhir hendaknya manusia selalu ingat bahwa
kedatangan hari akhir itu adalah pasti. Dan ketika hari akhir itu telah tiba,
keimanan seorang yang kafir, maupun amalan baik orang yang beriman, sudah tidak
ada gunanya lagi. Oleh sebab itu, agar tidak ada penyesalan di hari akhir,
hendaknya seseorang harus memerhatikan petunjuk-petunjuk Allah yang dibawakan
oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Sebelum Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam wafat, beliau telah berpesan kepada kaum muslimin. Beliau
bersabda,”Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan
sesat selama berpegang kepada keduanya,(yaitu) Kitab Allah dan Sunnah
Rasul-Nya”. Dari hadist tersebut, dapat kita ketahui bahwa agar manusia itu
tidak tersesat, dalam hidupnya harus berpedoman pada Quran dan Hadist.
Sebagai
orang yang beriman kepada hari akhir, hendaknya seseorang menghiasi dirinya
dengan ketakwaan dan berbuat kebajikan. Seseorang yang beriman kepada hari
akhir, ketika akan berbuat maksiat atau kejahatan, ia akan merasa diawasi oleh
Allah, ia yakin bahwa perbuatannya itu akan dicatat oleh malaikat, dan kitab
catatan amalnya itu akan diperlihatkan di akhirat nanti. Sehingga ia tidak akan malu kepada Allah dan
takut dengan azab yang akan Allah berikan ketika hendak berbuat maksiat dan
kejahatan. Oleh karena itu, ia akan berusaha menjauhi perbuatan buruk dan akan
berlomba-lomba berbuat kebaikan dan menghiasi diri dengan amal shalih.
Sikap
yang mencerminkan seseorang yang beriman kepada hari akhir antara lain sebagai
berikut.
1.
Selalu menjaga
sholat fardhu. Seseorang yang beriman kepada hari akhir tidak akan meninggalkan
sholat fardhunya. Kelak, amalan yang akan dihisap pertama kali adalah
sholatnya.
2.
Di bulan
Ramadhan, ia akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan ikhlas.
3.
Menunaikan zakat
fitrah.
4.
Menambah amalan
dengan amalan sunnah (Sholat Dhuha, Qiyamul Lail, Puasa Sunnah, dan lain-lain).
5.
Berinfak dan
bersedekah.
6.
Meluangkan waktu
untuk membaca Qur’an setiap hari, kemudian mentadaburi Quran.
7.
Memperbanyak
sholawat atas Nabi Muhammad.
8.
Memperbanyak
dzikir kepada Allah.
9.
Memperbanyak
istighfar.
10. Menjauhi
perbuatan syirik.
11. Berdoa
sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
12. Menyantuni
orang miskin dan mengasihi anak yatim.
13. Membiasakan
hidup bersih dan rapi, karena Allah menyukai orang yang menjaga kebersihan.
14. Selalu
berkata dan bersikap jujur.
15. Menjaga
lidah dari perkataan yang sia-sia.
16. Menghiasi
diri dengan rasa malu jika hendak berbuat maksiat dan melakukan perbuatan
buruk. Ketika terlanjur berbuat buruk, segera beristighfar.
17. Berbakti
kepada ibu bapak.
18. Menghormati
guru, ustadz, dan orang yang lebih tua, dan menyayangi sesama dan yang lebih
muda.
19. Berbuat
baik kepada tetangga.
20. Mengajarkan
ilmu agama kepada orang lain yang belum mengetahui, sehingga orang lain
tersebut dapat mengamalkan ajaran agama.
21. Berdoa
kepada Allah agar Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita dan memohon kepada
Allah agar dimatikan dalam keadaan khusnul khotimah.
22. Dan
lain-lain.
REFERENSI:
Ilyas,Yunahar.
1993. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta
: LPPI UMY.
Sabiq,
Sayyid. 2006. Aqidah Islamiyah.
Jakarta: Rabbani Press.
[1]
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta,
Robbani Press, 2006,) hal 429
[2]
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta
: LPPI UMY, 1993) hal 158
[3]
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta,
Robbani Press, 2006,) hal 431
[4]
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta,
Robbani Press, 2006), 405
[5]
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta,
Robbani Press, 2006), hal 410
[6]
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta
: LPPI UMY, 1993) hal 167
0 Comments:
Post a Comment