Header Ads

23 December 2016

Iman Kepada Hari Akhir

Tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak di Sekolah/Madrasah
Iman Kepada Hari Akhir
Makalah Ini  Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akidah Akhlak di Sekolah/Madrasah
Dosen Pengampu : Bapak Sangkot Sirait


Description: D:\Lan Rencangipun\logo-uin-suka-baru-warna.jpg


Oleh :
Dwi Artiningtyas
13410149
Kelas : C
Semester : IV


Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2014/2015
Iman Kepada Hari Akhir  

Salah satu rukun iman adalah beriman kepada hari akhir. Beriman kepada hari akhir merupakan salah satu bagian dari akidah Islam yang merupakan unsur penting setelah beriman kepada Allah. Beriman kepada Allah akan mewujudkan ma’rifat (pengenalan) kepada sumber pertama yang darinya alam semesta ini berasal, yakni Allah. Sedangkan beriman kepada hari akhir akan mewujudkan ma’rifat (pengenalan) tempat kembali yang kepadanya alam wujud ini akan berakhir. Apabila manusia tidak memiliki pengenalan terhadap dua hal ini, maka hidupnya tidak mempunyai target dan tujuan.[1]
Iman kepada hari akhir berarti meyakini akan adanya kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang fana ini berakhir, termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu. Mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang mahsyar (Hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn), sampai pada hari pembalasan ke surga atau neraka (Jaza’).[2]
Hari akhir dimulai dengan kehancuran alam semesta ini, kemudian semua makhluk hidup menjadi mati, dan bumi ini berganti dengan yang lain. Begitu pula segenap langit, mengalami perubahan total.Sesudah itu Allah menciptakannya sekali lagi, lalu Allah membangkitkan manusia seluruhnya dan mengembalikan kehidupan kepada mereka pada kali yang lain. Dan sesudah dibangkitkan, Allah menghisab (menghitung) amal perbuatan yang telah dilakukan oleh setiap manusia, baik maupun buruk. Barang siapa yang kebaikkannya mengalahkan keburukannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Barangsiapa yang keburukannya mengalahkan kebaikannya, maka Allah akan memasukkan ke dalam neraka.[3]
Di dalam Al Qur’an, penyebutan beriman kepada hari akhir sering dirangkai dengan beriman kepada Allah. Seperti dalam Q. S. Al Baqarah (2): 177 yang artinya, “Akan tetapi kebajikan adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” Dalam Q. S. Al Baqarah (2): 62, yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Ada beberapa nama lain dari hari akhir yang tercantum dalam Al Qur’an. Nama-nama tersebut yaitu:
1.      Yaumul Ba’ats (hari kebangkit an), dalam Q. S. Ar Rum (30): 56.
2.      Yaumul Qiyamah (hari kiamat), dalam Q. S. Az Zumar (39): 60.
3.      Yaumul Sa’ah (saat pembeberan amal), dalam Q. S. Al Qamar (54): 1 dan Q.S. Al Haj (22): 1.
4.      Yaumul Al Akhirah (akhirat, yang akhir), dalam Q.S. Al A’la (87): 16-17.
5.      Yaumuddin (Hari Pembalasan), dalam Q.S. Al Fatihah (1): 4.
6.      Yaumul Hisab (Hari Penghitungan Amal), dalam Q.S. Ghafir (40): 7.
7.      Yaumul Fath (Hari Kemenangan Orang Mukmin), dalam Q.S. As Sajadah (32): 29.
8.      Yaumul Talaqi (Hari Pertemuan dengan Tuhan), dalam Q. S. Ghafir (40): 15.
9.      Yaumul Jam’i Wat Taghabun (Hari pengumpulan dan kelalaian), dalam Q. S. At Taghabun (64): 9.
10.  Yaumul Khulud (Hari Keabadian), dalam Q. S. Qaf (50): 34.
11.  Yaumul Khuruj (Hari Keluarnya manusia dari kubur), dalam Q. S. Qaf (50): 42.
12.  Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan), dalam Q. S. Maryam (19): 39.
13.  Yaumul Tannad (Hari saling memanggil), dalam Q. S. Al Mukmin (40): 32.
14.  Azifah (yang dekat), dalam Q. S. An Najm: 57-48.
15.  Ath Thammah (Malapetaka), dalam Q.S. An Nazi’at (79): 34-35.
16.  Ash Shaakhkhah (Suara yang Memekakkan telinga ), dalam Q.S. Abasa (80): 33- 37.
17.  Al Haqqah, (Yang Haq, pasti terjadi), dalam Q. S. Al Haqqah (69): 1-3.
18.  Al Ghasyiyah (Yang Menutupi), dalam Q. S. Al Ghasyiyah (88): 1.
19.  Al Waqi’ah (Yang Mesti Terjadi), dalam Q. S. Al Waqi’ah (56): 1-3.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya kiamat atau terjadinya hari akhir. Hanya Allah yang mengetahui tentang kapan terjadinya hari akhir itu. Allah tidak memperlihatkannya kepada seorang pun. Meskipun demikian, Allah telah membuat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa hari kiamat telah dekat. Dalam Q. S. Muhammad (47): 18 Allah berfirman, “Maka mereka tidaklah menunggu-nunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?
Ada dua macam tanda-tanda hari kiamat, yaitu tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar. Menurut Sayyid Sabiq, secara garis besar, tanda-tanda kiamat kecil adalah sebagai berikut:[4]
1.      Pengutusan Nabi Muhammad sebagai rasul, penutupan kenabian dan risalah Tuhan dengan datangnya beliau. Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku diutus sedangkan aku dan hari kiamat itu seperti dua jari ini”. Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. Maksudnya bahwa antara Nabi Muhammad dengan hari kiamat tidak ada nabi lain. Kiamat itu datang sesudah beliau. Ini merupakan pemberitahuan tentang dekatnya hari kiamat, bukan pemberitahuan tentang waktu datangnya hari kiamat.
2.      Munculnya para raja, amir, dan pemimpin dari kalangan anak-anak budak wanita, bukan dari anak-anak wanita yang memiliki pendidikan, akhlak dan muruah yang baik. Sebagaimana orang-orang badui dan para penggembala kambing akan menjadi orang-orang yang memiliki kekayaan, kemewahan, istana-istana yang tinggi dan menjadi pemimpin umat manusia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari berada di tengah-tengah orang banyak, lalu Jibril datang kepadanya seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, kapankah datangnya hari kiamat itu?’ Maka beliau menjawab,’Orang yang ditanya tentang hari kiamat tidaklah lebih mengetahui dari pada orang yang bertanya. Akan tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya. Yaitu apabila budak wanita telah melahirkan tuannya. Maka hal itu termasuk tanda-tanda kiamat. Dan apabila orang-orang yang tidak beralas kaki, yang telanjang, penggembala-penggembala kambing menjadi pemimpin umat manusia, maka itu termasuk tanda-tandanya. Dan apabila para penggembala kambing berlomba-lomba dalam membangun gedung-gedung yang tinggi, maka itu adalah termasuk tanda-tandanya”.
Adapun tanda-tanda kiamat besar, secara garis besar adalah sebagai berikut:[5]
1.      Terbitnya matahari dari barat dan keluarnya dabbah (binatang melata) dari bumi. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash r.a. bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya tanda kiamat yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan keluarnya dabbah (binatang melata) kepada manusia pada waktu dhuha (saat matahari telah naik sepenggalan). Dan yang mana saja di antara keduanya terjadi (lebih dahulu) sebelum yang lain maka yang lain itu mengikuti di belakangnya dalam waktu dekat.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga matahari terbit dari barat. Apabila ia telah terbit dan manusia melihatnya, maka mereka pun beriman seluruhnya. Dan saat itu di saat iman tidak memberi manfaat kepada seseorang yang sebelum ini tidak beriman atau melakukan kebaikan di dalam imannya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini berarti bahwa imannya orang kafir pada saat ini tidak akan memberi manfaat. Begitu juga dengan taubatnya orang mukmin yang belum pernah melakukan kebaikan selama menjadi mukmin sebelum ini.
2.      Munculnya imam Mahdi. Imam Mahdi benar-benar akan muncul di akhir zaman. Ia bernama Muhammad bin Abdullah atau Ahmad bin Abdullah dan termasuk ahli bait (keturunan) Rasulullah dari anak cucu Fathimah binti Rasulullah. Ia menyerupai Rasulullah dalam hal akhlak dan bentuk fisiknya. Imam Mahdi berdahi lebar dan berhidung mancung. Ia menguasai bumi dengan penuh keadilan sebagaimana bumi ini tadinya penuh dengan kezaliman dan penganiayaan. Ia menegakkan hukum berdasarkan syari’at Islam dan menghidupkan kembali Sunnah Rasulullah yang telah lenyap. Di masanya, agama Islam benar-benar jaya, ditegakkan, dan menjadi kokoh. Kehidupan yang lapang banyak diperoleh karena keadilan yang benat-benar terwujudkan. Ia tinggal di bumi selama tujuh tahun dan kemudian dajjal datang. Kemudian Nabi Isa a.s. turun dan bersama Imam Mahdi saling membantu membunuh dajjal. Kemudian Imam Mahdi wafat dan disholatkan kaum Muslimin.
3.      Munculnya Al Masih Ad Dajjal. Disebut al Masih karena mampu mengusap (yamsahu) dan menjelajahi bumi dalam waktu singkat dank arena mata kanannya dihapus, yakni hanya bermata satu. Ia mengaku sebagai tuhan dan berusaha memalingkan manusia dari agama mereka dengan hal-hal luar biasa yang ia adakan, dan dengan keajaiban-keajaiban yang tampak lewat kedua tangannya, sehingga sebagian manusia terfitnah dan mengikuti ajarannya. Namun, Allah meneguhkan hati orang-orang yang beriman sehingga ia tidak tertipu dengan kesesatan-kesesatannya. Para Rasul telah memperingatkan umat mereka masing-masing terhadap fitnah Dajjal dan kesesatannya. Diriwayatkan dari Umar r.a. bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perhatian umat manusia (kaum Muslimin) pada waktu haji wada’, lalu beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya. Kemudian beliau menyampaikan penjelasan tentang Dajjal yang panjang dan bersabda,”Allah Subhanahu wa ta’ala tidaklah mengutus seorang Nabi pun melainkan ia telah memperingatkan umatnya terhadap Dajjal itu. Dan sesungguhnya ia akan muncul di tengah-tengah kamu, maka tidaklah sama-samar bagi kamu mengenai keadaannya. Tidak samar bagi kamu bahwa sesungguhnya Tuhanmu itu tidaklah buta sebelah mata dan bahwa Dajjal itu buta matanya yang kanan seolah-olah matanya itu sebuah biji yang menonjol.(HR. Bukhori).
4.      Turunnya Nabi Isa a.s.
Dari ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi ia berkata, Saya mendengar Abdullah bin Amru berkata, Rasulullah bersabda,”Dajjal akan keluar di tengah umatku, lalu ia tinggal (di bumi) selama empat puluh. ‘Urwah berkata: Aku lupa, empat puluh hari, empat puluh bulan, ataukah empat puluh tahun. Kemudian Allah membangkitkan Nabi Isa putra Maryam. Dia mirip dengan ‘Urwah bin Mas’ud. Dia mencari Dajjal, lalu membinasakannya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun (yang penuh kedamaian) tanpa ada permusuhan antara dua orang. Kemudian Allah mengirimkan angina yang sejuk dari arah Syam. Maka tidaklah tersisa seorang pun di permukaan bumi ini yang di dalam hatinya terdapat kebaikan atau keimanan seberat dzarah (atom), melainkan angin itu mencabut nyawanya, sehingga andai kata salah satu dari kamu masuk ke dalam gua sebuah gunung niscaya angina itu masuk kepadanya sehingga mengambil nyawanya. Maka tinggallah orang-orang yang jahat dan berperilaku buruk yang melakukan keburukan secepat terbangnya burung dan melakukan kejahatan seperti binatang buas. Mereka tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Lalu syetan menjelmakan diri kepada mereka seraya berkata,’Tidakkah kamu mau mengikuti perintahku?’ Mereka menjawab: Apa yang kamu perintahkan kepada kami? Kemudian syetan menyuruh mereka menyembah berhala (dan mereka mematuhinya), dan di tengah keadaan seperti itu rezeki mereka melimpah ruah dan kehidupan mereka berkecukupan. Kemudian sangkakala ditiup, lalu matilah umat manusia. Kemudian Allah menurunkan hujan bagaikan hujan gerimis, rintik-rintik, maka tumbuhlah karenanya tubuh-tubuh manusia yang telah mati. Kemudian sangkakala ditiupkan pada kali yang lain, maka tiba-tiba mereka semuanya berdiri memandang. Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Hai umat manusia!Kemarilah untuk mengahdap Tuhanmu!’ Dan kepada malaikat yang menggiring mereka itu dikatakan: ‘Hentikan mereka semua, sebab mereka akan ditanyai terlebih dahulu’. Kemudian dikatakan (lagi), ‘Keluarkanlah untuk dikirim ke neraka’. Lalu ditanyakan: ‘Dari berapa orang?’. Maka dijawab, ‘Dari setiap seribu orang ada Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan orang’. Rasulullah Shallalluhu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Itulah hari yang menjadikan anak-anak cepat tua beruban, dan itulah hari betis disingkapkan (untuk lari karena ketakutan melihat dahsyatnya huru hara hari kiamat.”
Yunahar Ilyas mengemukakan bahwa tanda-tanda kiamat kecil (sughra) adalah apabila budak wanita melahirkan tuannya; orang-orang yang bertelanjang kaki, berpakaian compang-camping, miskin, dan penggembala kambing berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan (Hadits Muttafaqun ‘alaih), lenyapnya ilmu pengetahuan, meluasnya kebodohan, banyak diminum khamar, perzinahan terjadi secara terang-terangan (Hadits Muttafaqun ‘alaih), terjadi peperangan antara dua kelompok besar padahal dakwah keduanya sama (Hadits Muttafaqun ‘alaih), terlihat seorang laki-laki yang diikuti empat puluh wanita yang ingin bersenang-senang dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah wanita (Hadits Muttafaqun ‘alaih), banyak terjadi gempa bumi, banyak timbul fitnah, banyak terjadi pembunuhan, orang-orang sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang menjulang tinggi (HR. Bukhari), amanah banyak yang disia-siakan (HR. Bukhari), banyak orang yang ingin mati ((HR. Bukhari, Muslim, dan Malik), umat Islam patuh sepenuhnya kepada umat lain (HR. Bukhari).[6] Sedangkan tanda-tanda kiamat besar (kubra) adalah matahari terbit dari barat, munculnya binatang-binatang aneh yang mampu bercakap-cakap, turunnya Imam Mahdi, munculnya Al Masih ad Dajjal (penggembala yang banyak dustanya), turunnya Nabi Isa a.s. untuk membunuh Dajjal dan menghancurkan tiang-tiang salib, membunuhu babi, dan menghapuskan segala bentuk penindasan kepada manusia, keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj, robohnya Ka’bah akibat perbuatan seorang laki-laki dari Habsyi, hilangnya Mushaf Al Qur’an dari muka bumi, seluruh manusia di muka bumi menjadi kafir.
Singkatnya iman kepada hari akhir berarti meyakini akan adanya kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia. Ada proses yang akan dilalui manusia dalam perjalanan menuju kehidupan yang kekal tersebut. Tidak ada satupun manusia yang tahu kapan datangnya hari akhir ini, akan tetapi Allah telah memberitahukan kepada manusia tentang tanda-tanda dekatnya kedatangan hari akhir ini kepada manusia, dan Allah telah mengutus Nabi dan Rasul untuk memperingatkan manusia akan datangnya hari akhir ini.
Sebagai orang yang beriman kepada hari akhir hendaknya manusia selalu ingat bahwa kedatangan hari akhir itu adalah pasti. Dan ketika hari akhir itu telah tiba, keimanan seorang yang kafir, maupun amalan baik orang yang beriman, sudah tidak ada gunanya lagi. Oleh sebab itu, agar tidak ada penyesalan di hari akhir, hendaknya seseorang harus memerhatikan petunjuk-petunjuk Allah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Sebelum Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau telah berpesan kepada kaum muslimin. Beliau bersabda,”Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya,(yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. Dari hadist tersebut, dapat kita ketahui bahwa agar manusia itu tidak tersesat, dalam hidupnya harus berpedoman pada Quran dan Hadist.
Sebagai orang yang beriman kepada hari akhir, hendaknya seseorang menghiasi dirinya dengan ketakwaan dan berbuat kebajikan. Seseorang yang beriman kepada hari akhir, ketika akan berbuat maksiat atau kejahatan, ia akan merasa diawasi oleh Allah, ia yakin bahwa perbuatannya itu akan dicatat oleh malaikat, dan kitab catatan amalnya itu akan diperlihatkan di akhirat nanti.  Sehingga ia tidak akan malu kepada Allah dan takut dengan azab yang akan Allah berikan ketika hendak berbuat maksiat dan kejahatan. Oleh karena itu, ia akan berusaha menjauhi perbuatan buruk dan akan berlomba-lomba berbuat kebaikan dan menghiasi diri dengan amal shalih.
Sikap yang mencerminkan seseorang yang beriman kepada hari akhir antara lain sebagai berikut.
1.      Selalu menjaga sholat fardhu. Seseorang yang beriman kepada hari akhir tidak akan meninggalkan sholat fardhunya. Kelak, amalan yang akan dihisap pertama kali adalah sholatnya.
2.      Di bulan Ramadhan, ia akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan ikhlas.
3.      Menunaikan zakat fitrah.
4.      Menambah amalan dengan amalan sunnah (Sholat Dhuha, Qiyamul Lail, Puasa Sunnah, dan lain-lain).
5.      Berinfak dan bersedekah.
6.      Meluangkan waktu untuk membaca Qur’an setiap hari, kemudian mentadaburi Quran.
7.      Memperbanyak sholawat atas Nabi Muhammad.
8.      Memperbanyak dzikir kepada Allah.
9.      Memperbanyak istighfar.
10.  Menjauhi perbuatan syirik.
11.  Berdoa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
12.  Menyantuni orang miskin dan mengasihi anak yatim.
13.  Membiasakan hidup bersih dan rapi, karena Allah menyukai orang yang menjaga kebersihan.
14.  Selalu berkata dan bersikap jujur.
15.  Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia.
16.  Menghiasi diri dengan rasa malu jika hendak berbuat maksiat dan melakukan perbuatan buruk. Ketika terlanjur berbuat buruk, segera beristighfar.
17.  Berbakti kepada ibu bapak.
18.  Menghormati guru, ustadz, dan orang yang lebih tua, dan menyayangi sesama dan yang lebih muda.
19.  Berbuat baik kepada tetangga.
20.  Mengajarkan ilmu agama kepada orang lain yang belum mengetahui, sehingga orang lain tersebut dapat mengamalkan ajaran agama.
21.  Berdoa kepada Allah agar Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita dan memohon kepada Allah agar dimatikan dalam keadaan khusnul khotimah.
22.  Dan lain-lain.


REFERENSI:
Ilyas,Yunahar. 1993. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta : LPPI UMY.
Sabiq, Sayyid. 2006. Aqidah Islamiyah. Jakarta: Rabbani Press.



[1] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta, Robbani Press, 2006,) hal 429
[2] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta : LPPI UMY, 1993) hal 158
[3] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta, Robbani Press, 2006,) hal 431
[4] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta, Robbani Press, 2006), 405
[5] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta, Robbani Press, 2006), hal 410
[6] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta : LPPI UMY, 1993) hal 167

0 Comments:

Post a Comment