Header Ads

23 December 2016

GENEOLOGI ROSUL (Ibrahim, Musa, Isa, hingga Muhammad)

GENEOLOGI ROSUL (Ibrahim, Musa, Isa, hingga Muhammad)
A.    Pengertian Geneologi Rosul
Genealogi (bahasa Yunani: γενεά, genea, "keturunan" dan λόγος, logos, "pengetahuan") adalah kajian tentang keluarga dan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya. Ahli genealogi menggunakan berita dari mulut ke mulut, catatan sejarah, analisis genetik, serta rekaman lain untuk mendapatkan informasi mengenai suatu keluarga dan menunjukkan kekerabatan dan silsilah dari anggota-anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan (disebut bagan silsilah) atau ditulis dalam bentuk narasi.[1]
Beberapa ahli membedakan antara genealogi dan sejarah keluarga dan membatasi genealogi hanya pada hubungan perkerabatan, sedangkan "sejarah keluarga" merujuk pada penyediaan detail tambahan mengenai kehidupan dan konteks sejarah keluarga tersebut.
Rasul adalah seseorang dengan jenis kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah سبحانه وتعالى dan memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan wahyu tersebut.[2]
Geneologi rosul adalah asal-usul atau kajian tentang keluarga para rosul (laki-laki yang mendapat wahyu dari Allah).

B.     Geneologi Para Rosul (Ibrahim, musa, isa, hingga Muhammad)
a.       Nabi Ibrahim
Didalam alqur’an  surat maryam ayat 41 yang artinya:
“ ceritakanlah (hai muhammad) kisah ibrahim didalam Al Kitab (Al Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi”
Sebagian muakharun menerangkan bahwa Ibrahim a.s. Dilahirkan di damsik suatu daerah yang dikatakan “barzah” digunung “qosiun” adpun yang benar lagi yang masyhur di sisi ahli biografi dan ahli tarikh bahwa Ibrahim dilahirkan di “babil”, yaitu bumi di “kaldaniyua” di irak. Ibnu katsir berkata setelang menerangkan yang pertama, “yang sahih bahwa Ibrahim dilahirkan di “babil”. (Al Bidayah Wan Nahiyah Ibnu katsir)
Ibrahim a.s. Dilahirkan setelah orang tunya berumur 75 tahun. Dia anak pertama dari Azar, dating setelah dia nahur dan haran, haran melahirkan luth As. Maka luth anak saudara Ibrahim, adapun ahli kitab berkata bahwa Ibrahim anak yang tengah, dan haran meninggal dunia di tanah air ayahnya di bumi ia dilahirkan, yaitu bumi kaldaniyun bumi babil, yang sahih adalah yang pertama.
Ibrahim a.s menikah tatkala dia masih muda bersama Sarah, sarah, Sarah seorang wanita yang mandul (tiak melahirkan), Ibrahim hijrah bersama orang tuanya dan istrinya dari bumi kaldaniyun (bumi irak) ke Kan’aniyun (Negara muqaddas), mereka bertempat tinggal di Haran, yaitu Negara yang dekat dari Syam, penduduknya menyembang bintang-bintang yang tujuh, yaitu penduduk saym dan penduduk jazirah, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh ibnu katsir, mereka menyembah bintang-bintang sebanyak tujuh (as-sab’ah). Seperti ini penduduk Haran , mereka menyembah bintang-bintang dan patung-patung , setiap orang yang berada di penjuru bumi pada waktu itu kafir semua melainkan Ibrahim, istrinya (sarah) dan anak saudara Luth As. Ibrahim telah diselamat oleh Allah terhadap bahaya-bahaya itu, dia dihindarkan kesesatan itu sehingga Allah mengutus kepadanya dengan membawa hujah yang dalam dan bukti-bukti yang mematahkan.
Allah memberi kepada Ibrahim petunjuk sejak kecil, maka dia mempunyai cita-cita yang kuat, pemikiran yang cerdas, membantah kaumnya dan menunjukkan. Kemudian Ibrahim mengajukan hujah kepada mereka dan membatalkan mereka dengan bukti-bukti yang telah diberi Allah, sehingga mereka tidak kuasa menolaknya.
ibrahim As. Adalah ayah para nabi, ia kakek paling tua bagi Rasullullah saw. Jika Ibrahim melahirkan ismail, maka Ibrahim itu kakek luhur bagi Rasullullah,karena Allah telah mengkhususkan Ibrahim dengan berbagai keistimewaan an keutamaan untuk dirinya semata, Allah menjadikan dirinya ayah para nabi, pemimpin orang-orang yang bertakwa, sebagai kekasih Allah, semua nabi bani israil.[3]
b.      Nabi Musa
Musa dilahirkan pada zaman tagut yang sombong “fir’aun” pemusuh Allah, terkenal dalim dan sombong.[4] Pada masa kelahiran  Nabi Musa a.s fir’aun memerintahkan untuk membunuh anak-anak lelaki yang berumur satu tahun, rasa was-was dan ketakutan yang amat sangat menghantui ibunda Nabi Musa dalam mengasuh putranya. Sang ibu betul-betul berjuang keras dalam menyembunyikannya. Namun ketika putranya berumur 3 bulan, rasa khawatirnya benar-benar memuncak. Tentara-tentara Fir'aun yang selalu berkeliling setiap hari membuatnya tidak percaya diri lagi untuk bisa menjaga keselamatan putranya.
Ketika saat-saat kritis itu menyelimuti sang ibu, Allah memberikan ilham berupa mimpi kepadanya agar menghanyutkan anaknya ke sungai Nil, terdapat pada (Q.S Al-Qashas: 7-8). Sang ibu bersiap-siap mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.
Di malam hari yang gelap gulita setelah disusui sampai puas, sang ibu meletakkan putranya di dalam kotak kayu yang biasanya dipakai untuk menyembunyikannya.
Setelah bagian atasnya tertutup, tali yang biasanya sang ibu pegang untuk menarik kotak kayu itu beliau putus, dan selanjutnya dengan penuh kepasrahan pada Allah Ta'ala sang ibu menghanyutkan kotak tersebut mengikuti derasnya air sungai Nil. Kotak itu berjalan dan terus berjalan melewati pepohonan di sepanjang arus sungai Nil.
Dan sudah menjadi kehendak Allah, ketika kotak itu lewat di area istana Fir'aun, salah satu dayang kerajaan melihat kotak tersebut. Dayang itu memanggil teman-temannya hingga mereka bergegas meminggirkan kotak itu dan mengambilnya. Begitu kotak ada di tangan mereka, tak satupun dari mereka yang berani membuka. Mereka menyangka bahwa apa yang ada di dalam kotak itu adalah berupa barang berharga yang tidak layak membukanya kecuali oleh majikan mereka. Sementara itu, Nabi Musa yang masih bayi di dalam kotak itu tidak menangis atau merengek-rengek. Akhirnya kotak itu mereka bawa ke kediaman majikan mereka, Yaitu Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun, Raja sang penindas. Setelah sampai, sang majikan itu membuka kotak kayu tersebut untuk memastikan apakah gerangan yang ada di dalamnya.
Saat tutup terbuka, terpancarlah cahaya dari dalam. Seorang bayi laki-laki yang mungil tergeletak manis dalam kotak tersebut. Asiyah yang sampai saat itu belum memiliki keturunanan, begitu melihatnya, tiba-tiba dalam benaknya muncul rasa senang bukan kepalang. Keinginan menjadikannya anak angkat begitu kuat.
Orang-orang di sekitarnya menyarankan agar memberi nama bayi itu dengan Musa. Makna Musa dalam bahasa Mesir adalah penyederhanaan dari مو  yang berarti pepohonan dan سا yang berarti air, karena memang bayi itu ditemukan diantara pepohonan dan air. Asiyah menyetujui nama itu.
Muncullah Fir'aun Beberapa saat kemudian, Begitu ada bayi laki-laki di hadapannya, dengan segera ia perintahkan tentaranya agar membunuhnya. Namun Asiyah mencegahnya sambil memberikan harapan kepada suaminya.

Dan berkatalah istri Fir'aun,

وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
"Bayi itu adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah engkau membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak, sedangkan para rakyat tidak mengetahuinya." (QS. Al-Qashash: 9)
            Musa hidup dirumah fir’aun disisi asiah. Musa menginjak dewasa dirumah fir’aun, hidup dirumah fir’aun dengan terhormat, berkehidupan bagaikan anak-anak raja sehingga manusia memanggil dia “musa ibnu fir’aun”. Suatu hari musa a.s melakukan perjalanan ke madyan keluar dari bumi mesir. Musa bertempat tinggal di bumi madyan setelah kawin dengan anak wanita syu’aib, dia menggembala kambing sampai sepuluh tahun. Setelah berjalan seouluh tahun Nabi Musa a.s ingin kembali ke bumi mesir. Ketika ditengah perjalanan gelap dan sangat dingin, sedangkan istri Nabi Musa yang sedang mengandung maka Nabi Musa mencari tempat untuk sesuatu yang dapat menghangatkan, Nabi Musa keluar dalam kebingungan. Ketika demikian itulah musa melihat di bukit thursina suatu cahaya. Sewaktu Nabi Musa sampai ke bukit thur musa merasa gemetar kitika mendengar Allah berbicara. Disitulah Nabi musa mendapatkan mukjizat dari Allah (tongkat).
            Musa ibnu yashhar qaahits, terakhir nasabnya kepada ya’qub ibnu ishaq ibnu Ibrahim, sedangkan saudara musa adalah (harun) a.s yang diutus Allah sebagai pembantu musa ketika Allah menghendaki mengutus musa ke fir’aun untuk menyampaikan risalah Allah.
c.       Nabi Isa
Muslim percaya pada konsep kesucian Maryam, yang telah diceritakan sepanjang dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an. Menurut kisah di Al-Qur’an, Maryam selalu beribadah dan telah dikunjungi oleh malaikat Jibril. Jibril mengatakan kepada Maryam tentang akan diberikan calon anak yang bernama Isa, Maryam sangat terkejut, karena ia telah bersumpah untuk menjaga kesuciannya kepada Allah dan tetap mempertahankan hal itu dan bagaimana pula dia bisa hamil tanpa seorang lelaki, lalu Jibril menenangkan Maryam dan mengatakan bahwa perkara ini adalah perkara yang mudah bagi Allah, yang ingin membuat dia sebagai tanda untuk manusia dan rahmat dari-Nya. Seperti halnya dalam konsep penciptaan Adam tanpa ibu dan bapak.
Pembicaraan mereka terekam dalam salah satu surah di dalam Al-Qur’an
Jibril berkata; “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. (surat Maryam: 21)
…Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (Maryam: 35)
Beberapa ayat lain terkait dengan kelahiran Isa antara lain
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran: 59)
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam (Al Anbiyaa': 21)
Setelah Isa berada di dalam rahim Maryam, ia lalu mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Disana ia melahirkan dan beristirahat di dekat sebuah batang pohon kurma. Setelah itu pohon itu menjatuhkan buah yang basah kepadanya, buah yang matang, dia makan dari buah-buahan itu.
Kelahiran Isa Almasih pada hari selasa 24 dari bulan kanun awal, artinya selisih lebih dari 600 tahun dari kelahiran nabi Muhammad. Semasa anak kecil itu cukup umur delapan hari ibunya membawa ke Haikal (sebuah bangunan besar) lalu di di khitankan. Tatkala isa sampai umur 7 tahun dia kembali dari mesir sampai ke Al Jalil bertempat tinggal di An Nashirah. Anak kecil ini hidup lemah lembut di hadapan Allah dan manusia. Semasa berumur 12 tahun, dia bersama maryam dan yusuf an najar ke “yerussalem” yaitu baitul makdis untuk sujud melaksanakan syariat Tuhan, suatau ibadah yang telah diwajibkan dalam Taurat Musa a.s.
Telah tampak kenabiannya dan risalahnya nabi Isa a.s pada umur 17 tahun. Setelah genap 30 tahun, ia datang kepada yahya ibnu zakaria a.s, dalam nasrani dinamakan yuhanus memandikan tobat (membabtis) lalu ruhu kudus (jibril) turun kepadanya 40 hari lalu turun wahyu dengan kitab Allah yang disucikan, yaitu (injil) sejak itu mulai kerisalahan Isa putra maryam. Dalam Q.S As Shaff ayat 6 yang artinya:[5]
وَاِذۡ قَالَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ يٰبَنِىۡۤ اِسۡرَآءِيۡلَ اِنِّىۡ رَسُوۡلُ اللّٰهِ اِلَيۡكُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوۡرٰٮةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ يَّاۡتِىۡ مِنۡۢ بَعۡدِى اسۡمُهٗۤ اَحۡمَدُ​ؕ                                            
“Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”
d.      Nabi Muhammad
Rasulullah saw. dilahirkan pada hari senin pada tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun Gajah (507 M). hari itu adalah hari yang paling membahagiakan sepanjang matahari terbit.
Beliau adalah Muhammad saw. bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin kinanah bin khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nidzhar bin Ma’ad bin Adnan. Nasab Adnan berakhir pada Sayyidina Isma’il bin Ibrahim alaihima as-salam. Hari Senin tanggal 9 Rabi’ul awwal tahun pertama sejak Peristiwa Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa saat itu bertepatan dengan tahun 569 M. Qadhi Muhammad Sulaiman al-Mansufuri menyebutkan dalam bukunya Rahmatan lil ‘Alamin, bahwa kelahiran yang mulia itu terjadi pada tanggal 9 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah yang bertepatan dengan 22 April 571 M.
Ketika sang Ibu telah melahirkan beliau saw., ia mengirimkan utusan kepada sang kakek untuk menyampaikan,”Telah lahir seorang cucumu, laki-laki”. Abdul Muthalib datang menengoknya. Ia menggendongnya, membawanya memasuki Ka’bah, melakukan ibadah dan memanjatkan doa kepada Allah, menghaturkan pujian. Ia menamai cucunya dengan nama Muhammad. Ketika itu nama tersebt tergolong aneh, hingga membuat bangsa Arab menjadi Takjub.[6]
Sejak kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara. Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.
Namun tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad SAW. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang member salam kepada Muhammad SAW, “Assalamu ‘Alaika ya Muhammad,” padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.
Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai, Muhammad SAW menjawab, “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit.” Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu kandungnya di Mekah.
Dalam usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal karena sakit sepulangnya ia mengajak Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya. Setelah kematian Aminah, Abdul Muthallib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad SAW. Namun kemudian Abdul Muthallib pun meninggal, dan tanggung jawab pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abu Thalib.
Ketika berusia 12 tahun, Abu Thalib mengabulkan permintaan Muhammad SAW untuk ikut serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12 tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu, namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW. Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW sehingga panas terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti gerak kafilah rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam kafilah itu terdapat seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai unta. Anak itulah yang terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya. “Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu,” pikirnya. Pendeta itu pun berjalan menyongsong iring-iringan kafilah itu dan mengundang mereka dalam suatu perjamuan makan. Setelah berbincang-bincang dengan Abu Thalib dan Muhammad SAW sendiri, ia semakin yakin bahwa anak yang bernama Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh kenyataan bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda kenabian. Saat akan berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah berpesan pada Abu Thalib, “Saya berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang telah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya. Saya tidak mengada-ada, apa yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya ketahui dari kitab Taurat dan Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam perjalanan.” Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu membuat Abu Thalib segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke Mekah
Pada usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudûl, suatu lembaga yang bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Saat itu di Mekah memang sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi antara suku Quraisy dengan suku Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW mulai tampak. Karena aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya. Relasi dagangnya semakin meluas karena berita kejujurannya segera tersiar dari mulut ke mulut, sehingga ia mendapat gelar Al- Amîn, yang artinya orang yang terpercaya.
Pada usia 25 tahun, Muhammad sallAllahu ‘alaihi wasallam telah dikenali sebagai seorang yang amanah.  Atas sifat amanahnya itu, Khadijah binti Khuwaylid iaitu pedagang dan hartawan telah memilih Baginda untuk membawa dagangannya ke Syam.  Baginda dibantu oleh hamba Khadijah yang bernama Maysarah untuk berniaga di Syam.
Kembali dari urusan perdagangan, Khadijah tertarik dengan kebolehan Baginda yang telah meraih keuntungan yang banyak dari perniagaan tersebut.  Malah yang lebih penting ialah perwatakan Baginda yang berakhlaq mulia, berfikiran tajam, tutur kata yang benar dan bersifat amanah.  Maklumat ini diperolehi dari Maysarah.  Khadijah yang sebelum ini selalu gagal dilamar oleh para pembesar Quraisy, telah tertarik dengan Muhammad sallAllahu ‘alaihi wasallam.  Khadijah ketika itu berumur 40 telah menyatakan hasrat untuk mengahwini Baginda, dan Baginda setuju.  Lamaran telah dibuat oleh bapa-bapa saudara Baginda.
Pada usia 35 tahun, Baginda membawa peranan yang besar dalam pembinaan semula Ka’bah dan Isu Tahkim.
Pada usia 40 tahun, Baginda telah menerima wahyu dari ALLAH.  Pada saat inilah, kehidupan Baginda sallAllahu ‘alaihi wasallam mula menerima pelbagai tentangan dan halangan yang besar.  Dan Abu Talib telah banyak bertindak melindungi Baginda sehinggalah Abu Talib meninggal dunia.

Nabi ini adalah Muhammad ibn Abdillah ibn Abdil Muththalib. Putra dari seorang ibu dari suku Quraisy yang biasa makan daging keringan, sayyid (pemimpin) bagi anak cucu Adam, hamba Allah dan Rasul-Nya, sebagai rahmat yang telah di janjikan-Nya bagi umat manusia. Tempat kelahirannya di semenanjung Arab, pada saat dunia terlelap di penghujung malam.[7]
                  
C.     Manfaat dan Hikmah Mengetahui Geneologi Rosul
Pentingnya orang Islam untuk mengetahui Rasul-rasul Allah Swt, karena banyak manfaat dan hikmah yang dapat diambil dari mengetahui geneologi rosul. Di antara manfaat dan hikmah geneologi  Rasul-rasul Allah Swt. adalah sebagai berikut:
  1. Makin menyempurnakan imannya.
  2. Terdorong untuk menjadikan contoh dalam hidupnya.
  3. Terdorong untuk melakukan perilaku sosial yang baik.
  4. Memiliki teladan dalam hidupnya.
Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Ahzab/33: 21 yang Artinya :
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
  1. Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya. 
Firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran/3: 31 yang Artinya :
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
  1. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya.
Firman Allah Swt. dalam Al-Quran  (Q.S. az-Zariyat/51: 56) yang Artinya :
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
7.      Mengetahui sejarah keluarga nabi dan kebiasaan keluarga nabi yang patut dicontoh




[3] Muhammad Ali Ash Shabuniy, 1993, TERJEMAHAN KENABIAN DAN PARA NABI; Surabaya, PT Bina Ilmu. Hal.243-244
[4] Ibid Hal. 274
[5] Ibid. hal.321-326
[6] Abdul Hasan Ali Al-Hasan An-Nadwi, Sejarah lengkap Nabi Muhammad Saw.,(Yogyakarta:Darul Manar),hal, 97-98
[7] Ahmad Bahjat, Nabi-Nabi Allah,(Jakarta:Qisthi Press),hal,532

0 Comments:

Post a Comment