GENEOLOGI
ROSUL (Ibrahim, Musa, Isa, hingga Muhammad)
A.
Pengertian Geneologi Rosul
Genealogi (bahasa
Yunani: γενεά, genea, "keturunan"
dan λόγος, logos, "pengetahuan") adalah kajian tentang keluarga dan
penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya. Ahli genealogi menggunakan
berita dari mulut ke mulut, catatan sejarah, analisis genetik,
serta rekaman lain untuk mendapatkan informasi mengenai suatu keluarga dan
menunjukkan kekerabatan dan silsilah dari
anggota-anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan (disebut bagan
silsilah) atau ditulis dalam bentuk narasi.[1]
Beberapa ahli membedakan antara genealogi dan sejarah keluarga dan
membatasi genealogi hanya pada hubungan perkerabatan, sedangkan "sejarah keluarga"
merujuk pada penyediaan detail tambahan mengenai kehidupan dan konteks sejarah
keluarga tersebut.
Rasul adalah seseorang dengan jenis
kelamin laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah سبحانه
وتعالى dan memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan wahyu tersebut.[2]
Geneologi rosul adalah asal-usul atau kajian
tentang keluarga para rosul (laki-laki yang mendapat wahyu dari Allah).
B.
Geneologi Para Rosul (Ibrahim,
musa, isa, hingga Muhammad)
a.
Nabi Ibrahim
Didalam
alqur’an surat maryam ayat 41 yang
artinya:
“ ceritakanlah
(hai muhammad) kisah ibrahim didalam Al Kitab (Al Qur’an) ini. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi”
Sebagian muakharun menerangkan bahwa Ibrahim a.s. Dilahirkan di
damsik suatu daerah yang dikatakan “barzah” digunung “qosiun” adpun yang benar
lagi yang masyhur di sisi ahli biografi dan ahli tarikh bahwa Ibrahim
dilahirkan di “babil”, yaitu bumi di “kaldaniyua” di irak. Ibnu katsir berkata
setelang menerangkan yang pertama, “yang sahih bahwa Ibrahim dilahirkan di
“babil”. (Al Bidayah Wan Nahiyah Ibnu katsir)
Ibrahim a.s. Dilahirkan setelah orang tunya berumur 75 tahun. Dia
anak pertama dari Azar, dating setelah dia nahur dan haran, haran melahirkan
luth As. Maka luth anak saudara Ibrahim, adapun ahli kitab berkata bahwa
Ibrahim anak yang tengah, dan haran meninggal dunia di tanah air ayahnya di
bumi ia dilahirkan, yaitu bumi kaldaniyun bumi babil, yang sahih adalah yang
pertama.
Ibrahim a.s menikah tatkala dia masih muda bersama Sarah, sarah,
Sarah seorang wanita yang mandul (tiak melahirkan), Ibrahim hijrah bersama
orang tuanya dan istrinya dari bumi kaldaniyun (bumi irak) ke Kan’aniyun
(Negara muqaddas), mereka bertempat tinggal di Haran, yaitu Negara yang dekat
dari Syam, penduduknya menyembang bintang-bintang yang tujuh, yaitu penduduk
saym dan penduduk jazirah, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh ibnu
katsir, mereka menyembah bintang-bintang sebanyak tujuh (as-sab’ah). Seperti
ini penduduk Haran , mereka menyembah bintang-bintang dan patung-patung ,
setiap orang yang berada di penjuru bumi pada waktu itu kafir semua melainkan
Ibrahim, istrinya (sarah) dan anak saudara Luth As. Ibrahim telah diselamat
oleh Allah terhadap bahaya-bahaya itu, dia dihindarkan kesesatan itu sehingga
Allah mengutus kepadanya dengan membawa hujah yang dalam dan bukti-bukti yang
mematahkan.
Allah memberi kepada Ibrahim petunjuk sejak kecil, maka dia
mempunyai cita-cita yang kuat, pemikiran yang cerdas, membantah kaumnya dan
menunjukkan. Kemudian Ibrahim mengajukan hujah kepada mereka dan membatalkan
mereka dengan bukti-bukti yang telah diberi Allah, sehingga mereka tidak kuasa
menolaknya.
ibrahim As. Adalah ayah para nabi, ia kakek paling tua bagi
Rasullullah saw. Jika Ibrahim melahirkan ismail, maka Ibrahim itu kakek luhur
bagi Rasullullah,karena Allah telah mengkhususkan Ibrahim dengan berbagai
keistimewaan an keutamaan untuk dirinya semata, Allah menjadikan dirinya ayah
para nabi, pemimpin orang-orang yang bertakwa, sebagai kekasih Allah, semua
nabi bani israil.[3]
b.
Nabi Musa
Musa
dilahirkan pada zaman tagut yang sombong “fir’aun” pemusuh Allah, terkenal dalim
dan sombong.[4]
Pada masa kelahiran Nabi Musa a.s
fir’aun memerintahkan untuk membunuh anak-anak lelaki yang berumur satu tahun,
rasa was-was dan ketakutan yang amat sangat menghantui ibunda Nabi Musa dalam
mengasuh putranya. Sang ibu betul-betul berjuang keras dalam menyembunyikannya.
Namun ketika putranya berumur 3 bulan, rasa khawatirnya benar-benar memuncak.
Tentara-tentara Fir'aun yang selalu berkeliling setiap hari membuatnya tidak
percaya diri lagi untuk bisa menjaga keselamatan putranya.
Ketika
saat-saat kritis itu menyelimuti sang ibu, Allah memberikan ilham berupa mimpi
kepadanya agar menghanyutkan anaknya ke sungai Nil, terdapat pada (Q.S
Al-Qashas: 7-8). Sang ibu bersiap-siap mengerjakan apa yang diperintahkan
Allah.
Di malam hari yang gelap gulita setelah disusui sampai puas, sang ibu meletakkan putranya di dalam kotak kayu yang biasanya dipakai untuk menyembunyikannya.
Di malam hari yang gelap gulita setelah disusui sampai puas, sang ibu meletakkan putranya di dalam kotak kayu yang biasanya dipakai untuk menyembunyikannya.
Setelah bagian
atasnya tertutup, tali yang biasanya sang ibu pegang untuk menarik kotak kayu
itu beliau putus, dan selanjutnya dengan penuh kepasrahan pada Allah Ta'ala
sang ibu menghanyutkan kotak tersebut mengikuti derasnya air sungai Nil. Kotak
itu berjalan dan terus berjalan melewati pepohonan di sepanjang arus sungai
Nil.
Dan sudah
menjadi kehendak Allah, ketika kotak itu lewat di area istana Fir'aun, salah
satu dayang kerajaan melihat kotak tersebut. Dayang itu memanggil
teman-temannya hingga mereka bergegas meminggirkan kotak itu dan mengambilnya.
Begitu kotak ada di tangan mereka, tak satupun dari mereka yang berani membuka.
Mereka menyangka bahwa apa yang ada di dalam kotak itu adalah berupa barang
berharga yang tidak layak membukanya kecuali oleh majikan mereka. Sementara
itu, Nabi Musa yang masih bayi di dalam kotak itu tidak menangis atau
merengek-rengek. Akhirnya kotak itu mereka bawa ke kediaman majikan mereka,
Yaitu Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun, Raja sang penindas. Setelah sampai,
sang majikan itu membuka kotak kayu tersebut untuk memastikan apakah gerangan
yang ada di dalamnya.
Saat tutup
terbuka, terpancarlah cahaya dari dalam. Seorang bayi laki-laki yang mungil
tergeletak manis dalam kotak tersebut. Asiyah yang sampai saat itu belum
memiliki keturunanan, begitu melihatnya, tiba-tiba dalam benaknya muncul rasa
senang bukan kepalang. Keinginan menjadikannya anak angkat begitu kuat.
Orang-orang di
sekitarnya menyarankan agar memberi nama bayi itu dengan Musa. Makna Musa dalam
bahasa Mesir adalah penyederhanaan dari مو
yang berarti pepohonan dan سا yang berarti air, karena memang bayi itu ditemukan
diantara pepohonan dan air. Asiyah menyetujui nama itu.
Muncullah Fir'aun
Beberapa saat kemudian, Begitu ada bayi laki-laki di hadapannya, dengan segera
ia perintahkan tentaranya agar membunuhnya. Namun Asiyah mencegahnya sambil
memberikan harapan kepada suaminya.
Dan berkatalah istri Fir'aun,
وَقَالَتِ
امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَنْ
يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لا يَشْعُرُونَ
"Bayi itu adalah penyejuk mata hati bagiku
dan bagimu. Janganlah engkau membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita
atau kita ambil ia menjadi anak, sedangkan para rakyat tidak
mengetahuinya." (QS. Al-Qashash: 9)
Musa hidup dirumah fir’aun disisi
asiah. Musa menginjak dewasa dirumah fir’aun, hidup dirumah fir’aun dengan
terhormat, berkehidupan bagaikan anak-anak raja sehingga manusia memanggil dia
“musa ibnu fir’aun”. Suatu hari musa a.s melakukan perjalanan ke madyan keluar
dari bumi mesir. Musa bertempat tinggal di bumi madyan setelah kawin dengan
anak wanita syu’aib, dia menggembala kambing sampai sepuluh tahun. Setelah
berjalan seouluh tahun Nabi Musa a.s ingin kembali ke bumi mesir. Ketika
ditengah perjalanan gelap dan sangat dingin, sedangkan istri Nabi Musa yang sedang
mengandung maka Nabi Musa mencari tempat untuk sesuatu yang dapat
menghangatkan, Nabi Musa keluar dalam kebingungan. Ketika demikian itulah musa
melihat di bukit thursina suatu cahaya. Sewaktu Nabi Musa sampai ke bukit thur
musa merasa gemetar kitika mendengar Allah berbicara. Disitulah Nabi musa
mendapatkan mukjizat dari Allah (tongkat).
Musa ibnu yashhar qaahits, terakhir
nasabnya kepada ya’qub ibnu ishaq ibnu Ibrahim, sedangkan saudara musa adalah
(harun) a.s yang diutus Allah sebagai pembantu musa ketika Allah menghendaki
mengutus musa ke fir’aun untuk menyampaikan risalah Allah.
c.
Nabi Isa
Muslim percaya
pada konsep kesucian Maryam, yang telah diceritakan sepanjang dalam beberapa
ayat dalam Al Qur’an. Menurut kisah di Al-Qur’an, Maryam selalu beribadah dan
telah dikunjungi oleh malaikat Jibril. Jibril mengatakan kepada Maryam tentang
akan diberikan calon anak yang bernama Isa, Maryam sangat terkejut, karena ia
telah bersumpah untuk menjaga kesuciannya kepada Allah dan tetap mempertahankan
hal itu dan bagaimana pula dia bisa hamil tanpa seorang lelaki, lalu Jibril
menenangkan Maryam dan mengatakan bahwa perkara ini adalah perkara yang mudah
bagi Allah, yang ingin membuat dia sebagai tanda untuk manusia dan rahmat
dari-Nya. Seperti halnya dalam konsep penciptaan Adam tanpa ibu dan bapak.
Pembicaraan mereka terekam dalam
salah satu surah di dalam Al-Qur’an
Jibril berkata; “Demikianlah”.
Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal
itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. (surat Maryam: 21)
…Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan
sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia. (Maryam:
35)
Beberapa ayat lain terkait dengan
kelahiran Isa antara lain
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya “Jadilah” (seorang manusia), maka
jadilah dia. (Ali Imran: 59)
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang
telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari
Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi
semesta alam (Al Anbiyaa': 21)
Setelah Isa berada di dalam rahim
Maryam, ia lalu mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah
timur. Disana ia melahirkan dan beristirahat di dekat sebuah batang pohon
kurma. Setelah itu pohon itu menjatuhkan buah yang basah kepadanya, buah yang
matang, dia makan dari buah-buahan itu.
Kelahiran Isa Almasih pada hari
selasa 24 dari bulan kanun awal, artinya selisih lebih dari 600 tahun dari
kelahiran nabi Muhammad. Semasa anak kecil itu cukup umur delapan hari ibunya
membawa ke Haikal (sebuah bangunan besar) lalu di di khitankan. Tatkala isa
sampai umur 7 tahun dia kembali dari mesir sampai ke Al Jalil bertempat tinggal
di An Nashirah. Anak kecil ini hidup lemah lembut di hadapan Allah dan manusia.
Semasa berumur 12 tahun, dia bersama maryam dan yusuf an najar ke “yerussalem”
yaitu baitul makdis untuk sujud melaksanakan syariat Tuhan, suatau ibadah yang
telah diwajibkan dalam Taurat Musa a.s.
Telah tampak kenabiannya dan
risalahnya nabi Isa a.s pada umur 17 tahun. Setelah genap
30 tahun, ia datang kepada
yahya ibnu zakaria a.s, dalam nasrani dinamakan yuhanus memandikan tobat
(membabtis) lalu ruhu kudus (jibril) turun kepadanya 40 hari lalu turun wahyu
dengan kitab Allah yang disucikan, yaitu (injil) sejak itu mulai kerisalahan
Isa putra maryam. Dalam Q.S As Shaff ayat 6 yang artinya:[5]
وَاِذۡ قَالَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ يٰبَنِىۡۤ
اِسۡرَآءِيۡلَ اِنِّىۡ رَسُوۡلُ اللّٰهِ اِلَيۡكُمۡ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَىَّ
مِنَ التَّوۡرٰٮةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُوۡلٍ يَّاۡتِىۡ مِنۡۢ بَعۡدِى اسۡمُهٗۤ اَحۡمَدُؕ
“Dan (ingatlah) ketika ’Isa Putera Maryam
berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)”
d.
Nabi Muhammad
Rasulullah saw. dilahirkan pada hari senin pada tanggal 12 Rabi’ul
awwal tahun Gajah (507 M). hari itu adalah hari yang paling membahagiakan
sepanjang matahari terbit.
Beliau adalah Muhammad saw. bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin
Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ayy bin
Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin kinanah bin khuzaimah bin Mudrikah bin
Ilyas bin Mudhar bin Nidzhar bin Ma’ad bin Adnan. Nasab Adnan berakhir pada
Sayyidina Isma’il bin Ibrahim alaihima
as-salam. Hari Senin tanggal 9 Rabi’ul awwal tahun pertama sejak Peristiwa
Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Dalam beberapa riwayat
disebutkan bahwa saat itu bertepatan dengan tahun 569 M. Qadhi Muhammad
Sulaiman al-Mansufuri menyebutkan dalam bukunya Rahmatan lil ‘Alamin, bahwa kelahiran yang mulia itu terjadi pada
tanggal 9 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah yang bertepatan dengan 22 April 571 M.
Ketika sang Ibu telah melahirkan beliau saw., ia mengirimkan utusan
kepada sang kakek untuk menyampaikan,”Telah lahir seorang cucumu, laki-laki”.
Abdul Muthalib datang menengoknya. Ia menggendongnya, membawanya memasuki
Ka’bah, melakukan ibadah dan memanjatkan doa kepada Allah, menghaturkan pujian.
Ia menamai cucunya dengan nama Muhammad. Ketika itu nama tersebt tergolong
aneh, hingga membuat bangsa Arab menjadi Takjub.[6]
Sejak
kecil Muhammad SAW telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa.
Usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara.
Pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain
untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus
dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan
anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang
melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar.
Namun
tak lama setelah itu Muhammad SAW kembali diasuh oleh Halimah karena terjadi
wabah penyakit di kota Mekah. Dalam masa asuhannya kali ini, baik Halimah
maupun anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad SAW.
Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang member salam kepada Muhammad SAW,
“Assalamu ‘Alaika ya Muhammad,” padahal mereka tidak melihat ada orang di situ.
Dalam
kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan
mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih
menangkap Muhammad SAW. Halimah bergegas menyusul Muhammad SAW. Saat ditanyai,
Muhammad SAW menjawab, “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan
salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya
dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa
sakit.” Halimah sangat gembira melihat keajaiban-keajaiban pada diri Muhammad
SAW, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa
mengembalikan Muhammad SAW, yang saat itu berusia 4 tahun, kepada ibu
kandungnya di Mekah.
Dalam
usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW telah menjadi yatim-piatu. Aminah meninggal
karena sakit sepulangnya ia mengajak Muhammad SAW berziarah ke makam ayahnya.
Setelah kematian Aminah, Abdul Muthallib mengambil alih tanggung jawab merawat
Muhammad SAW. Namun kemudian Abdul Muthallib pun meninggal, dan tanggung jawab
pemeliharaan Muhammad SAW beralih pada pamannya, Abu Thalib.
Ketika
berusia 12 tahun, Abu Thalib mengabulkan permintaan Muhammad SAW untuk ikut
serta dalam kafilahnya ketika ia memimpin rombongan ke Syam (Suriah). Usia 12
tahun sebenarnya masih terlalu muda untuk ikut dalam perjalanan seperti itu,
namun dalam perjalanan ini kembali terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda
kenabian Muhammad SAW. Segumpal awan terus menaungi Muhammad SAW sehingga panas
terik yang membakar kulit tidak dirasakan olehnya. Awan itu seolah mengikuti
gerak kafilah rombongan Muhammad SAW. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut
berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama
Buhairah yang memperhatikan dari atas biaranya di Busra. Ia menguasai betul isi
kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar melihat dalam kafilah itu terdapat
seorang anak yang terang benderang sedang mengendarai unta. Anak itulah yang
terlindung dari sorotan sinar matahari oleh segumpal awan di atas kepalanya.
“Inilah Roh Kebenaran yang dijanjikan itu,” pikirnya. Pendeta itu pun berjalan
menyongsong iring-iringan kafilah itu dan mengundang mereka dalam suatu
perjamuan makan. Setelah berbincang-bincang dengan Abu Thalib dan Muhammad SAW
sendiri, ia semakin yakin bahwa anak yang bernama Muhammad adalah calon nabi
yang ditunjuk oleh Allah SWT. Keyakinan ini dipertegas lagi oleh kenyataan
bahwa di belakang bahu Muhammad SAW terdapat sebuah tanda kenabian. Saat akan
berpisah dengan para tamunya, pendeta Buhairah berpesan pada Abu Thalib, “Saya
berharap Tuan berhati-hati menjaganya. Saya yakin dialah nabi akhir zaman yang
telah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat manusia. Usahakan agar hal ini jangan
diketahui oleh orang-orang Yahudi. Mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya.
Saya tidak mengada-ada, apa yang saya terangkan itu berdasarkan apa yang saya
ketahui dari kitab Taurat dan Injil. Semoga tuan-tuan selamat dalam
perjalanan.” Apa yang dikatakan oleh pendeta Kristen itu membuat Abu Thalib
segera mempercepat urusannya di Suriah dan segera pulang ke Mekah
Pada
usia 20 tahun, Muhammad SAW mendirikan Hilful-Fudûl, suatu lembaga yang
bertujuan membantu orang-orang miskin dan teraniaya. Saat itu di Mekah memang
sedang kacau akibat perselisihan yang terjadi antara suku Quraisy dengan suku
Hawazin. Melalui Hilful-Fudûl inilah sifat-sifat kepemimpinan Muhammad SAW
mulai tampak. Karena aktivitasnya dalam lembaga ini, disamping ikut membantu
pamannya berdagang, namanya semakin terkenal sebagai orang yang terpercaya.
Relasi dagangnya semakin meluas karena berita kejujurannya segera tersiar dari
mulut ke mulut, sehingga ia mendapat gelar Al- Amîn, yang artinya orang yang
terpercaya.
Pada usia 25 tahun, Muhammad sallAllahu ‘alaihi wasallam telah
dikenali sebagai seorang yang amanah. Atas sifat amanahnya itu, Khadijah
binti Khuwaylid iaitu pedagang dan hartawan telah memilih Baginda untuk membawa
dagangannya ke Syam. Baginda dibantu oleh hamba Khadijah yang bernama
Maysarah untuk berniaga di Syam.
Kembali dari urusan perdagangan, Khadijah tertarik dengan kebolehan
Baginda yang telah meraih keuntungan yang banyak dari perniagaan
tersebut. Malah yang lebih penting ialah perwatakan Baginda yang
berakhlaq mulia, berfikiran tajam, tutur kata yang benar dan bersifat
amanah. Maklumat ini diperolehi dari Maysarah. Khadijah yang
sebelum ini selalu gagal dilamar oleh para pembesar Quraisy, telah tertarik
dengan Muhammad sallAllahu ‘alaihi wasallam. Khadijah ketika itu berumur
40 telah menyatakan hasrat untuk mengahwini Baginda, dan Baginda setuju.
Lamaran telah dibuat oleh bapa-bapa saudara Baginda.
Pada usia 35 tahun, Baginda membawa peranan yang besar dalam
pembinaan semula Ka’bah dan Isu Tahkim.
Pada usia 40 tahun, Baginda telah menerima wahyu dari ALLAH.
Pada saat inilah, kehidupan Baginda sallAllahu ‘alaihi wasallam mula menerima
pelbagai tentangan dan halangan yang besar. Dan Abu Talib telah banyak
bertindak melindungi Baginda sehinggalah Abu Talib meninggal dunia.
Nabi ini adalah Muhammad ibn Abdillah ibn Abdil Muththalib. Putra
dari seorang ibu dari suku Quraisy yang biasa makan daging keringan, sayyid (pemimpin) bagi anak cucu Adam,
hamba Allah dan Rasul-Nya, sebagai rahmat yang telah di janjikan-Nya bagi umat
manusia. Tempat kelahirannya di semenanjung Arab, pada saat dunia terlelap di
penghujung malam.[7]
C.
Manfaat dan Hikmah Mengetahui
Geneologi Rosul
Pentingnya
orang Islam untuk mengetahui Rasul-rasul Allah Swt, karena banyak manfaat dan
hikmah yang dapat diambil dari mengetahui geneologi rosul. Di antara manfaat
dan hikmah geneologi Rasul-rasul Allah
Swt. adalah sebagai berikut:
- Makin menyempurnakan imannya.
- Terdorong untuk menjadikan contoh dalam hidupnya.
- Terdorong untuk melakukan perilaku sosial yang baik.
- Memiliki teladan dalam hidupnya.
Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Ahzab/33: 21 yang Artinya
:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
- Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan
ajarannya.
Firman Allah Swt. dalam Q.S. Ali Imran/3: 31 yang Artinya
:
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
- Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt.
untuk mengabdi kepada-Nya.
Firman Allah Swt. dalam Al-Quran (Q.S. az-Zariyat/51:
56) yang Artinya :
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
7.
Mengetahui sejarah keluarga nabi
dan kebiasaan keluarga nabi yang patut dicontoh
0 Comments:
Post a Comment