Header Ads

23 December 2016

AKHLAQ INDIVIDUAL

AKHLAQ INDIVIDUAL


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Aqidah Akhlaq di madrasah dan sekolah


index.jpg



Oleh :
Imron Salim
(13410196)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
2015
Pengertian Akhlaq Individual
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Akhlaq individual dapat disebut juga akhlaq pribadi karena yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.[1]

Persepsi masyarakat tentang akhlaq yang baik:
Banyak orang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya buruk disisi lain ada yang meliahtnya baik. Berikut adalah beberapa pernyataan dari beberapa sudut pandang yang yang mengemukaan pendapatnya mengenai akhlak yang baik:
·         Adat Kebiasaan:
Tiap suku atau bangsa memiliki adat istiadat tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya. Dipandang buruk bagi orang yang melaksanakannya dan dipandang buruk bagi orang yang meninggalkannya. Oleh karena itu perbuatan dikatakan baik bila sesuai dengan adat-istiadat.
·         Kebahagiaan (Hedonism):
Dari sudut pandang masyarakat hedonism tujuan akhir hidup dan kehidupan manusia adalah mencapai kebahagiaan. Karena itu perbuatan manusia dikatakan baik bila mendatangkan kebahagiaan, kebahagiaan bagi dirinya sendiri maupun kebahagiaan bersama.
·         Tokoh filosof
Menurut herbert spencer (1820-1903) salah seorang filsafat inggris mengatakan bahwa perbuatan akhlaq itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu dan perbuatan itu buruk bila jauh dengan cita-citanya.[2]Cita-cita menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan.
Akhlaq individu dalam Islam:
Akhlaq individu masuk pada ruang lingkup hubungan manusia dengan dirinya sendiri, seperti: menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar nafsu, mengembangkan keberanian (syaja’ah) dalam menyanpaikan yang hak, menyampaikan kebenaran, memberantas kedzaliman, mengembangkan kebijaksanaan dan memberantas kebodohan dan jumud, bersabar tatkala mendapat musibah dan dalam kesulitan, bersukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, rendah hati atau tawadhu’ dan tidak sombong, menahan diri dari melakukan larangan-larangan Allah atau iffah, menahan diri dari marah walaupun hati tetap dalam keadaan marah atau hilmun, memaafkan orang, jujur atau amanah,dan merasa cukup dengan apa-apa yang diperoleh dengan susah payah atau qana’ah.[3]
Dapat diambil kesimpulan bahwa pokok-pokok Akhlaq (budi pekerti luhur) itu ada empat, yaitu: hikmah, Syaja’ah, ‘Iffah dan keadilan.
·         Yang dimaksud dengan hikmah adalah: kemampuan jiwa untuk membedakan yang benar dan yang salah dari segala perbuatan yang dibawah kekuasaan manusia (ikhtiyariyah).
·         Yang dimaksud keadilan adalah: kemampuan jiwa untuk mengendalikan daya ghadab dan daya nafsu, serta mendorongnya kepada tuntunan hikmah dengan membatasi gerak-geriknya.
·         Yang dimaksud Syaja’ah adalah: keadaan daya ghadab tunduk dan taat kepada akal di dalam semua gerak maju  dan mundurnya.
·         Yang dimaksud Iffah adalah keadaan daya nafsu terpimpin dan terdidik dengan pendidikan pimpinan akal dan agama.
Dengan baik dan sehatnya empat pokok inti lahirlah budi pekrti luhur lagi mulia. Sebab dengan sehatnya akal akan lahirlahfikiran yang sehat, pertimbangan yang baik, pandangan yag terang serta dugaan yang tepat, dan dapat pula menangkap akibat yang kecil-kecil, dan semua perbuatan dan penyakit hati yang sangat samar.[4]
Ayat yang berhubungan dengan pola ini diantaranya:
   (An Nuur: 30-31)
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

   (At takasur: 1-8)
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin
8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

(Al mu’minun, 1-11)
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.
 (An Nisa, 29-30)
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
30. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Al mujadalah, 11
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Luqman 12, 17-19
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.[5]

Realitas penerapan akhlaq individu
Amar ma’ruf nahi munkar merupakan suatu hal yang harus ada pada tiap diri seorang muslim sebagaimana hadis:
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.(Riwayat Muslim)
Namun dewasa ini dalam pengaktualisasiannya banyak yang mengedepankan kekerasan sehingga tidak memberikan maslahah tetapi menimbulkan mafsadah.
Dalam hal Amar ma’ruf nahi munkar Rasulullah SAW pernah mencontohkan, bagaimana beramar ma’ruf nahi munkar dengan lemah lembut serta mengajari orang yang bodoh. Diriwayatkan bahwa seorang pemuda datang menemui rasulullah SAW, lalu berkata, “wahai rasul izinkanlah saya berzina” . kemudian orang-orang disekitar rasul merasa marah dengan berkata “ binasakan saja orang itu”, Rasulpun menyuruh pemuda itu mendekat dan mendekatlah pemuda itu pada rasul, rasulullah SAW bersabda, “Apakah engkau rela jika zina itu terjadi pada ibumu atau saudaramu atau bibimu atau kerabatmu yang lain” maka pemuda itupun menjawab “Tidak, demi Allah, semoga Allah melindungi”. Rasulpun berkata, “manusia yang lain juga tidak menhendaki pada kerabat mereka”. Kemudian rasul memegangnya sambil berdo’a, “Ya Allah, ampuni dosanya, sucikan hatinya dan jagalah kehormatannya.” Kemudian pemuda itu pergi dan sama sekali tidak menoleh sama sekali.[6]
Pada kisah tersebut dapat kita ambil ibrah bahwa Rasul SAW dalam menghadapi siapapun lebih mengutamakan tujuan dakwah yaitu mencapai maslahah bukan mafsadah dengan cara yang lemah lembut, andaikata pemuda dalam kisah tersebut diperlakukan dengan cara yang berbeda (keras) mungkin sikap yang dimunculkan akan berbeda dengan apa yang telah dikisahkan. Dan sesungguhnya tujuan dakwah nabi di dunia adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia sebagai mana sabda beliau:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.”  (Shahiih, HR. Ahmad).

Saran:
Segala bentuk akhlaq individu hendaknya mengutamakan akhlaq dan perangai yang mulia, sehingga dakwah yang dilakukanpun mencerminkan akhlaq yang mulia, dan tidak ada kekerasan yang mengatasnamakan dakwah.
Dalam mencapai akhlak mulia haruslah memahami empat inti akhlak sebagaimana yang telah dijelaskan diatas yang dengannya seorang akan melihat suatu permasalahan lebih bijaksana dan menghasilkan perbuatan yang mencerminkan akhlak mulia itu sendiri. Setelah merasa memahami empat pokok akhlak, hendaknya seseorang tidak berhenti dan puas dengan apa yang ia miliki tetapi selalu berusaha mengaktualisasi akhlaknya.
Akhlaq terpuji bila diusahakan untik dilakukan secara terus-menurus akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan yang dipertahankan akan menjadi karakter bagi setiap individu yang bersangkutan.
Maka apabila akhlaq yang terpuji dirasa susah untuk dilakukan namun kemudian berusaha terus-menerus untuk melakukannya lama kelamaan akan terbiasa, dan akhirnya akhlak terpuji tersebut menjadi karakter. Wallahu a’lam bisshawab.



[1] Wikipedia.org
[2] Asmaran As. PENGANTAR STUDI AKHLAK. (Jakarta: raja grafindo, 1994). Hlm32.
[3] Muslim Nurdin. Moral dan Kognisi Islam. (Bandung: Alfabeta, 1993). Hlm 237.
[4] Imam al Ghazali. Mukhtasar ihya ulumuddin. (Yogyakarta: U.P. Indonesia, 1982). Hlm 121.
[5] Ibid. Hlm 122.
[6] Syaikh Abu Abdurrahman Ridha. Akhlaq ulama salaf dalam bergaul. (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2013). Hlm 40.

1 comment:

  1. BetMGM launches in Arizona, sports betting in
    BetMGM Sportsbook has entered Arizona, 과천 출장샵 the state where 김해 출장샵 BetMGM is located 동두천 출장마사지 and the state 진주 출장마사지 of Arizona. BetMGM will be available 서산 출장마사지 in

    ReplyDelete