Asma‘ul-Husna
(al-khaliq)
Disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah
Aqidah Akhlak
Dosen Pengampu
: Dr. sangkot
sirait
TUGAS INDIVIDU
Disusun oleh :
Siska
Yuliyani 13410056
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
PEMBAHASAN
Asma’ ul-Husna (Al-Khaliq)
A. Pengertian
Al-
Asma’ ul- Husna adalah nama- nama Allah yang indah. Lafaz asma’ adalah bentuk
jamak dari kata ism yang artinya nama. Secara etimologis kata tersebut berasal dari
kata sumuwwun yang berarti ketinggian, atau berasal dari kata simat yang
berarti tanda. Kedua pengertian ini sesuai dengan fungsi atau nama, yakni
sebagai tanda yang membedakan dari yang lain, sekaligus sebagai sesuatu yang
dijunjung tinggi.
Lafaz
al husna adalah bentuk mu’annas (perempuan) dari al- ahsan yang bermakna
superlatif (lebih baik). Jadi, nama- nama Allah itu adalah nama yang paling
baik dan sempurna, sedikit pun tidak ada kekurangannya. Lafaz asma ul-husna
dalam al-quran erdapat 4 ayat, sedangkan nama-nama-Nya terdapat pada 3.207 ayat
yang meliputi 96 buah nama, sementara yang 3 lainnya tidak secara lafziyah
tersurat di dalam al-quran, tetapi dijelaskan oleh hadis nabi, yakni al-khafis
(yang merendahkan), al-mani’ (yang maha mencegah), dan as-sabur (yang maha
sabar).
Meskipun
nama-nama tersebut bukan termasuk nama Allah dalam al-quran, tetapi sifat-
sifat tersebut ada pada-Nya. Itu berarti bahwa nama yang tersebut didalam hadis
tidak bertentangan dengan al-quran yang menginformasikan secara tegas bahwa
Allah mempunyai banyak nama yang baik-baik.
Sebagaimana
firman Allah dalam al-quran yang artinya adalah sebagai berikut:
“Allah tiada Tuhan selain Dia. Kepunyaan-Nya
asma ul-husna nama-nama yang indah.” (QS Taha:8).
“Allah mempunyai nama-nama yang indah, maka
bermohonlah dengan itu dan tinggalkanlah mereka yang menyalahartikan
nama-nam-Nya. Mereka akan mendapat balasan atas apa yang mereka lakukan”
(QS Al-a’raf: 180).
Nama
Allah yang banyak itu, sebagaimana ditegaskan oleh az-zamakhsyari, mengandung
makna-makna yang baik, agung, dan bermakna kesucian yang hakiki (taqdis).
Dengan demikian, banyaknya nama tersebut tidak bererti Allah itu banyak pula,
sebagaimana dianggap oleh kaum musyrik makkah. Untuk itu Allah berfirman
didalam Al-Quran yang artinya sebagai berikut.
“katakanlah,” serulah Allah atau serulah
ar-rahman: dengan nama apapun kamu seru Dia, pada-Nya nama-nama yang indah asma
‘ul-husna. Janganlah dengan suara nyaring dalam salatmu juga janganlah
berbisik-bisik, ambillah jalan tengah diantaranya.” (QS Al-isra’:110).
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa nama-nama Allah itu berfungsi untuk memanggil zat
Yang Maha Agung. Dia dapat dipanggil dengan nama apapun karena nama-Nya banyak,
tetapi substansinya tetap satu (tunggal). Hadis yang menyebutkan urutan
nama-nama tersebut diriwayatkan at-Tirmizi yang bersumber dari Abu Hurairah.
Selain
nama-nama yang 99 ini, ibn ‘Arabi menghimpun nama-nama-Nya yang lain, seperti
al-Hannan (yang mengasihi), al Mannan (yang memberi kebaikan), al-Mugis (yang
menolong), al-kafil (yang menjamin), zut-Taul (yang mempunyai kekayaan),
zul-Ma’arij (yang memiliki jenjang), zul-fadl (yang punya anugerah), al-Khallaq
(yang mencipta).[1]
Sedangkan pengertian Al-kaahliq adalah Dzat
yang menjadikan alam semesta dan menghamparkannya. Sifat menciptakan ini hanya
kepunyaan Allah semata dimana sifat ini merupakan sebuah gambaran bahwa Allah
merupakan satu-satunya Dzat yang memiliki kemampuan dalam penciptaan yang
sempurna. Dan, Dia pula yang menentukan segala sesuatu yang belum pernah diciptakan
sebelumnya atau akan mengulangi penciptaan yang serupa.
Al-khaaliq adalah Dzat yang menciptakan
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dan Allah tidak membutuhkan sesuatu
dari ciptaan-Nya. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Swt berfirman:
“wahai hamba-Ku,
seandainya mulai dari yang pertama hingga yang terakhir dari kalian menjadi
satu hati, yakni orang yang paling bertakwa diantara kalian maka hal itu tidak
menambah sedikit pun terhadap kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, seandainya dari
pertama hingga yang terakhir dari kalian menjadi satu hati, yakni menjadi orang
yang paling jahat diantara kalian maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari
kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, seandainya dari yang pertama hingga yang terakhir
seluruh manusia atau jin berdiri di satu tempat dan meminta kepada-Ku kemudian
Aku memberikan seluruh permintaan manusia maka hal tersebut tidak mengurangi sedikit pun dari
milik-Ku, itu hanyalah seperti kurangnya jarum jika dimasukkan kedalam laut.
Wahai hamba-Ku, amal perbuatan kalian akan Aku hitung untuk kalian dan kemudian
Aku akan mengganjar kalian berdasarkan amal-amal kalian. Maka barang siapa yang
menemukan kebaikan hendaklah memuji kepada Allah dan barang siapa yang tidak
menemukan kebaikan maka janganlah menyalahkan siapa-siapa, namun salahkanlah
dirinya sendiri.” (HR. Muslim, Timidzi, dan Ibnu Majah).
Nama
yang agung ini disebutkan secara berulang kali dalam al-Quran, diantaranya
adalah dalam surah al-an’am ayat 102 yang artinya sebagai berikut:
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
Khasiat:
1.
Jika
lafadz ini dibaca ditengah malam dengan menghayati artinya didalam hati,
insyaAllah secara khusus akan diberikan untuknya seorang malaikat yang akan
mendoakannya hingga akhir zaman.
2.
Barang
siapa yang membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali selama 7 hari, insyaAllah
ia akan dilindungi oleh Allah Swt dari semua malapetaka.[2]
Dialah
yang membuat dan mencipta dari ketiadaan, yang sekaligus pula menentukan
keadaan, kondisi, dan rezeki bagi semua makhluk-Nya. Dia menentukan bagaimana,
bilamana dan dimana penciptaan itu akan terjadi. Dia mencipta sesuai dengan
tatanan ini. Sejak awal hingga akhir, segala sesuatu diciptakan dalam kebaikan
dan kebijaksanaan. Sesuai dengan tatanan yang sempurna ini, segala sesuatu
mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak ada kebetulan yang terjadi
didalam alam semesta ini.
Allah,
al-khaliq tidak membutuhkan penciptaan dan tidak mendapatkan manfaat apapun
darinya. Mungkin yang menjadi alasan bagi penciptaan adalah bahwa dengannya Dia
dapat meneguhkan kebesaran dan kekuasaan-Nya yang abadi, dan melihat keindahan
serta kesempurnaan-Nya sendiri. Sebab Dia berfirman, “Aku adalah perbendaharaan
tersembunyi. Aku ingin dikenal, maka kuciptakan makhluk.”
Allah
bereksistensi. Tidak ada sesuatu yang bereksistensi bersamaan dengan-Nya, namun
tak ada yang kurang atau hilang sebelum Dia menciptakan makhluk. Ketika Dia
menciptakan alam semesta, tidak ada sesuatu apapun yang ditambahkan atau
dikurangi.
Manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna, harus mengetahui bahwa “Allah telah
menciptakan segalanya bagi manusia dan menciptakan manusia bagi Diri-Nya
sendiri.” Semua makhluk, dan tatanan yang menyertainya, merupakanan manfaat dan
hikmah. Orang harus menemukan manfaat dan hikmah ini, menggunakannya, dan
merasa beruntung karena menjadi bagian dari penciptaan ini yang merupakan
cermin sang pencipta.
‘ABD
AL- KHALIQ adalah orang yang dijadikan Allah mampu melakukan segala sesuatu
sesuai dengan kehendak-Nya. Orang yang pada dirinya bermanifestasi al-khaliq
melihat alam semesta tercermin didalam dirinya, karena ia mengenal segala
sesuatu yang ada disekelilingnya. Jadi dia mengenal dirinya sendiri, bahkan
mengenal alam gaib, makhluk-makhluk spiritual.
Tambahan:
Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata
"khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau
memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa
contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan
tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Allah al-Khaliq,
artinya Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin,
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang
ada di alam ini diciptakan oleh Allah.Nama Allah, Al Khaaliqu bermakna Yang Mencipta. Segala
yang ada ini sebelumnya tidak ada. Dan Allah yang mengadakan atau menciptakan
segala yang ada ini. Manusia bagaimana juga pintarnya, tidak sanggup
untuk menciptakn sesuatu
sebagaimana ciptaan Allah.
B. Berdoa dengan Asma ‘ul-Husna
Allah
memerintahkan hambanya-Nya agar berdoa dengan menggunakan al asma ‘ul-husna.
Setiap doa untuk suatu kepentingan, dianjurkan dengan menyebut nama Allah yang
ada hubungannya dengan kepentingan tersebut, sebagaimana firman Allah di dalam
al-quran yang artinya sebagai berikut.
“
Allah mempunyai nama-nama yang indah,
maka bermohonlah dengan itu dan tinggalkanlah mereka yang menyalahartikan
nama-nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan atas apa yang mereka lakukan.”
(QS Al-a’raf :180).
Sebagai
contoh, doa untuk meminta ilmu, digunakan lafaz ya ‘alim (zat yang maha alim)
karuniakanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, memohon petunjuk dengan
menggunakan lafaz ya hadi (zat yang maha memberi petunjuk) tunjukanlah kami
jalan yang benar dan sebagainya.
Rasulullah
SAW bersabda yang artinya “berakhlaklah dengan akhlak al-quran” hal ini berarti
beliau memerintahkan umatnya agar mengambil nama-nama dan sifat-sifat Allah
yang tertera dalam al-quran ataupun sunnah yang sesuai dengan keduduknnya
sebagai manusia dan menjadikan al-quran sebagai akhlaknya.
Nama
Allah yang agung bergantung pada hamba-Nya dan bergantung pula pada hati dan perasaannya.
Selain itu nama Allah juga bergantung pada sejauh mana keintaan seorang hamba
kepada-Nya dan bergantung pada sejauh mana kecintaan seorang hamba kepada
Allah, hakikat nama Allah akan dapat diraih.[3]
C. Bentuk
Ketauhidan Adanya Asma ‘ul-Husna
Diantara
bentuk ketauhidan seorang muslim dengan adanya Asma’ Allah ini adalah yakin
bahwa Allah telah menetapkan dan menulis takdir setiap sesuatu di lauh Mahfuzh,
Allah kuasa menjadikan keadaan segala sesuatu sesuai dengan takdirnya. Dengan
demikian, seorang muslim wajib beriman dengan takdir Allah dan berbuat sesuai
dengan syari’at-Nya. Bukan meningkari salah satu dari keduanya, tapi yakin
bahwa setiap perkara adalah mudah bagi yang menciptakannya, memohon pertolongan
dengan taat dan bertakwa kepada-Nya, dan bersyukur setelah menjalankan semua
perintah sesuai dengan petunjuk-Nya.
Bentuk
ketauhidan lainnya adalah bersyukur kepada Dzat yang telah memberikan kesehatan
pada setiap anggota tubuh-nya. Rasulullah Saw bersabda: “ setiap manusia dari keturunan Adam diciptakan dengan 360 persendian.
Siapa yang bertakbir, tahmid, tahlil, tasbih, istighfar, menyingkirkan batu,
duri, atau tulang dari tengah jalan yang biasa dilalui orang, dan amar ma’ruf
nahi mungkar sebanyak 360 tulang persendiannya itu, maka saat itu dia telah
membebaskan dirinya dari siksa neraka.” ( Shahih Muslim:2708)
Selain
itu kita menjadi yakin bahwa Allah dan sifat-Nya tidak menyerupai sesuatu pun,
artinya kaum muslim tidak seharusnya mematuhi setan dan tunduk pada hukum yang
dibuat oleh makhluk. Bahkan umat islam seharusnya memohon perlindungan kepada
Allah dari godaan dan bisikan setan. Rasulullah Saw bersabda: “Manusia tidak
henti-hentinya bertanya hingga ditanyakan semua ini diciptakan oleh Allah, lalu
siapa yang menciptakan Allah? Siapa yang mendapati pertanyaan yang demikian
itu, maka ucapkanlah,’aku beriman kepada Allah.”(Shahih Muslim: 134).[4]
D. Implikasi Individu Terhadap Ciptaan Allah
Betapa
luar biasa Allah menciptakan alam semesta yang begitu indah ini. Kenampakan
alam yang menjulang, tanaman yang asri, hewan-hewan yang beragam samapai
manusia yang diciptakan dengan berbagai potensi yang dimiliki. Maha kuasa Allah
menciptakan alam sedemikian luasnya. Alam nan indah dan luas ini sudah
sepantasnya kita rawat dan kita jaga agar tetap lestari tanpa adanya suatu
kerusakan.
Dewasa
ini sering kita melihat terjadinya pembakaran hutan, penebangan liar,
pengeboman terumbu karang dll itu merupakan suatu tindakan yang tidak terpuji
dan tidak menjaga alam pemberian Tuhan. Hal itu harus kita hindari agar tidak
mencelakakan alam. Banjir di ibu kota yang sudah menjadi langganan setiap
tahunnya itu juga merupakan dampak kita tidak menjaga alam dengan baik.
Seringnya membuang sampah sembarangan, merupakan salah satu pemicu terjadinya
banjir ibukota.
Sudah
semestinya kita sebagai orang muslim harus meyakini bahwa Allah maha hebat yang
menciptakan alam sedemikian indahnya. Kita harus yakin bahwa tidak ada yang
menandingi kehebatan Allah. Kita wajib bersyukura atas karunia-Nya. Salah satu
bentuk cara bersyukur kita adalah dengan menjaga alam dan tidak berbuat
kerusakan dibumi. Allah menciptakan segala sesuatu dibumi ini pasti terdapat
suatu manfaat. Oleh karena itu jangan sampai kita dzalim kepada Allah.
Bentuk
rasa syukur lainnya adalah dengan merawat alam. Dimulai dari yang terkecil
misal kita tidak membuang sampah sembarangan, tidak boros terhadap air dll.
Hal-hal kecil seperti ini jika kita lakukan terus menerus menjadi luar biasa
manfaatnya. Selain itu kita harus meningkatkan ibadah kita kepada Allah, karena
Allah sudah memberi kenyamanan untuk kita semua atas penciptaan alam-Nya yang
sempurna. Selalu berdzikir dan selalu memuliakan Allah.
Selalu
mengingatkan antar sesama juga harus kita lakukan demi terciptanya kondisi alam
yang sehat, manusia sudah tidak
sepantasnya bersifat sombong karena manusia adalah makhluk yang lemah, Allahlah
yang pantas kita puji dengan segala kemahaan-Nya.
Tambahan:
Allah maha
pencipta segala sesuatu. Alam semesta, manusia, hewan, tumbuhan, dan jin pun
diciptakn-Nya. Betapa tidak ada yang bisa menandingi kehebatan Tuhan. Kita bisa
berkata bahwa Tuhan itu maha kreatif. Sebagai makhluk ciptaann-Nya sudah pasti
kita kagum atas itu semua. kekaguman manusia harus di aplikasikan dalam bentuk
rasa syukur, merawat dan menjaga segala yang diciptakan.
Rasa syukur
kita harus benar-benar terpatri dalam hati. Dengan adanya ciptaan Allah yang
luar biasa itu kita harus memperdalam rasa syukur kita, memperbanyak ibadah dan
selalu mengingat Allah.
0 Comments:
Post a Comment