Header Ads

23 December 2016

Asma‘ul-Husna (al-khaliq)


Asma‘ul-Husna (al-khaliq)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Aqidah Akhlak
Dosen Pengampu : Dr. sangkot sirait
logo uin1.jpg
TUGAS INDIVIDU
Disusun oleh :
                             Siska Yuliyani     13410056

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

PEMBAHASAN
Asma’ ul-Husna (Al-Khaliq)
A.    Pengertian
Al- Asma’ ul- Husna adalah nama- nama Allah yang indah. Lafaz asma’ adalah bentuk jamak dari kata ism yang artinya nama. Secara etimologis kata tersebut berasal dari kata sumuwwun yang berarti ketinggian, atau berasal dari kata simat yang berarti tanda. Kedua pengertian ini sesuai dengan fungsi atau nama, yakni sebagai tanda yang membedakan dari yang lain, sekaligus sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi.
Lafaz al husna adalah bentuk mu’annas (perempuan) dari al- ahsan yang bermakna superlatif (lebih baik). Jadi, nama- nama Allah itu adalah nama yang paling baik dan sempurna, sedikit pun tidak ada kekurangannya. Lafaz asma ul-husna dalam al-quran erdapat 4 ayat, sedangkan nama-nama-Nya terdapat pada 3.207 ayat yang meliputi 96 buah nama, sementara yang 3 lainnya tidak secara lafziyah tersurat di dalam al-quran, tetapi dijelaskan oleh hadis nabi, yakni al-khafis (yang merendahkan), al-mani’ (yang maha mencegah), dan as-sabur (yang maha sabar).
Meskipun nama-nama tersebut bukan termasuk nama Allah dalam al-quran, tetapi sifat- sifat tersebut ada pada-Nya. Itu berarti bahwa nama yang tersebut didalam hadis tidak bertentangan dengan al-quran yang menginformasikan secara tegas bahwa Allah mempunyai banyak nama yang baik-baik.
Sebagaimana firman Allah dalam al-quran yang artinya adalah sebagai berikut:
Allah tiada Tuhan selain Dia. Kepunyaan-Nya asma ul-husna nama-nama yang indah.” (QS Taha:8).
Allah mempunyai nama-nama yang indah, maka bermohonlah dengan itu dan tinggalkanlah mereka yang menyalahartikan nama-nam-Nya. Mereka akan mendapat balasan atas apa yang mereka lakukan” (QS Al-a’raf: 180).
Nama Allah yang banyak itu, sebagaimana ditegaskan oleh az-zamakhsyari, mengandung makna-makna yang baik, agung, dan bermakna kesucian yang hakiki (taqdis). Dengan demikian, banyaknya nama tersebut tidak bererti Allah itu banyak pula, sebagaimana dianggap oleh kaum musyrik makkah. Untuk itu Allah berfirman didalam Al-Quran yang artinya sebagai berikut.
katakanlah,” serulah Allah atau serulah ar-rahman: dengan nama apapun kamu seru Dia, pada-Nya nama-nama yang indah asma ‘ul-husna. Janganlah dengan suara nyaring dalam salatmu juga janganlah berbisik-bisik, ambillah jalan tengah diantaranya.” (QS Al-isra’:110).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa nama-nama Allah itu berfungsi untuk memanggil zat Yang Maha Agung. Dia dapat dipanggil dengan nama apapun karena nama-Nya banyak, tetapi substansinya tetap satu (tunggal). Hadis yang menyebutkan urutan nama-nama tersebut diriwayatkan at-Tirmizi yang bersumber dari Abu Hurairah.
Selain nama-nama yang 99 ini, ibn ‘Arabi menghimpun nama-nama-Nya yang lain, seperti al-Hannan (yang mengasihi), al Mannan (yang memberi kebaikan), al-Mugis (yang menolong), al-kafil (yang menjamin), zut-Taul (yang mempunyai kekayaan), zul-Ma’arij (yang memiliki jenjang), zul-fadl (yang punya anugerah), al-Khallaq (yang mencipta).[1]
Sedangkan pengertian Al-kaahliq adalah Dzat yang menjadikan alam semesta dan menghamparkannya. Sifat menciptakan ini hanya kepunyaan Allah semata dimana sifat ini merupakan sebuah gambaran bahwa Allah merupakan satu-satunya Dzat yang memiliki kemampuan dalam penciptaan yang sempurna. Dan, Dia pula yang menentukan segala sesuatu yang belum pernah diciptakan sebelumnya atau akan mengulangi penciptaan yang serupa.
Al-khaaliq adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dan Allah tidak membutuhkan sesuatu dari ciptaan-Nya. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Swt berfirman:
wahai hamba-Ku, seandainya mulai dari yang pertama hingga yang terakhir dari kalian menjadi satu hati, yakni orang yang paling bertakwa diantara kalian maka hal itu tidak menambah sedikit pun terhadap kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, seandainya dari pertama hingga yang terakhir dari kalian menjadi satu hati, yakni menjadi orang yang paling jahat diantara kalian maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun dari kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, seandainya dari yang pertama hingga yang terakhir seluruh manusia atau jin berdiri di satu tempat dan meminta kepada-Ku kemudian Aku memberikan seluruh permintaan manusia maka hal  tersebut tidak mengurangi sedikit pun dari milik-Ku, itu hanyalah seperti kurangnya jarum jika dimasukkan kedalam laut. Wahai hamba-Ku, amal perbuatan kalian akan Aku hitung untuk kalian dan kemudian Aku akan mengganjar kalian berdasarkan amal-amal kalian. Maka barang siapa yang menemukan kebaikan hendaklah memuji kepada Allah dan barang siapa yang tidak menemukan kebaikan maka janganlah menyalahkan siapa-siapa, namun salahkanlah dirinya sendiri.” (HR. Muslim, Timidzi, dan Ibnu Majah).
Nama yang agung ini disebutkan secara berulang kali dalam al-Quran, diantaranya adalah dalam surah al-an’am ayat 102 yang artinya sebagai berikut:
(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
Khasiat:
1.      Jika lafadz ini dibaca ditengah malam dengan menghayati artinya didalam hati, insyaAllah secara khusus akan diberikan untuknya seorang malaikat yang akan mendoakannya hingga akhir zaman.

2.      Barang siapa yang membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali selama 7 hari, insyaAllah ia akan dilindungi oleh Allah Swt dari semua malapetaka.[2]

Dialah yang membuat dan mencipta dari ketiadaan, yang sekaligus pula menentukan keadaan, kondisi, dan rezeki bagi semua makhluk-Nya. Dia menentukan bagaimana, bilamana dan dimana penciptaan itu akan terjadi. Dia mencipta sesuai dengan tatanan ini. Sejak awal hingga akhir, segala sesuatu diciptakan dalam kebaikan dan kebijaksanaan. Sesuai dengan tatanan yang sempurna ini, segala sesuatu mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Tidak ada kebetulan yang terjadi didalam alam semesta ini.
Allah, al-khaliq tidak membutuhkan penciptaan dan tidak mendapatkan manfaat apapun darinya. Mungkin yang menjadi alasan bagi penciptaan adalah bahwa dengannya Dia dapat meneguhkan kebesaran dan kekuasaan-Nya yang abadi, dan melihat keindahan serta kesempurnaan-Nya sendiri. Sebab Dia berfirman, “Aku adalah perbendaharaan tersembunyi. Aku ingin dikenal, maka kuciptakan makhluk.”
Allah bereksistensi. Tidak ada sesuatu yang bereksistensi bersamaan dengan-Nya, namun tak ada yang kurang atau hilang sebelum Dia menciptakan makhluk. Ketika Dia menciptakan alam semesta, tidak ada sesuatu apapun yang ditambahkan atau dikurangi.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, harus mengetahui bahwa “Allah telah menciptakan segalanya bagi manusia dan menciptakan manusia bagi Diri-Nya sendiri.” Semua makhluk, dan tatanan yang menyertainya, merupakanan manfaat dan hikmah. Orang harus menemukan manfaat dan hikmah ini, menggunakannya, dan merasa beruntung karena menjadi bagian dari penciptaan ini yang merupakan cermin sang pencipta.
‘ABD AL- KHALIQ adalah orang yang dijadikan Allah mampu melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Orang yang pada dirinya bermanifestasi al-khaliq melihat alam semesta tercermin didalam dirinya, karena ia mengenal segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Jadi dia mengenal dirinya sendiri, bahkan mengenal alam gaib, makhluk-makhluk spiritual.
Tambahan:
Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata "khalq" atau "khalaqa" yang berarti mengukur atau memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Allah al-Khaliq, artinya Allah pencipta semua makhluk dan segala sesuatu. Malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah.Nama Allah, Al Khaaliqu bermakna Yang Mencipta. Segala yang ada ini sebelumnya tidak ada. Dan Allah yang mengadakan atau menciptakan segala yang ada ini. Manusia bagaimana juga pintarnya, tidak sanggup untuk menciptakn sesuatu sebagaimana ciptaan Allah.









B.      Berdoa dengan Asma ‘ul-Husna
Allah memerintahkan hambanya-Nya agar berdoa dengan menggunakan al asma ‘ul-husna. Setiap doa untuk suatu kepentingan, dianjurkan dengan menyebut nama Allah yang ada hubungannya dengan kepentingan tersebut, sebagaimana firman Allah di dalam al-quran yang artinya sebagai berikut.
Allah mempunyai nama-nama yang indah, maka bermohonlah dengan itu dan tinggalkanlah mereka yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka akan mendapat balasan atas apa yang mereka lakukan.” (QS Al-a’raf :180).
Sebagai contoh, doa untuk meminta ilmu, digunakan lafaz ya ‘alim (zat yang maha alim) karuniakanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, memohon petunjuk dengan menggunakan lafaz ya hadi (zat yang maha memberi petunjuk) tunjukanlah kami jalan yang benar dan sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “berakhlaklah dengan akhlak al-quran” hal ini berarti beliau memerintahkan umatnya agar mengambil nama-nama dan sifat-sifat Allah yang tertera dalam al-quran ataupun sunnah yang sesuai dengan keduduknnya sebagai manusia dan menjadikan al-quran sebagai akhlaknya.
Nama Allah yang agung bergantung pada hamba-Nya dan bergantung pula pada hati dan perasaannya. Selain itu nama Allah juga bergantung pada sejauh mana keintaan seorang hamba kepada-Nya dan bergantung pada sejauh mana kecintaan seorang hamba kepada Allah, hakikat nama Allah akan dapat diraih.[3]


C.    Bentuk Ketauhidan Adanya Asma ‘ul-Husna
Diantara bentuk ketauhidan seorang muslim dengan adanya Asma’ Allah ini adalah yakin bahwa Allah telah menetapkan dan menulis takdir setiap sesuatu di lauh Mahfuzh, Allah kuasa menjadikan keadaan segala sesuatu sesuai dengan takdirnya. Dengan demikian, seorang muslim wajib beriman dengan takdir Allah dan berbuat sesuai dengan syari’at-Nya. Bukan meningkari salah satu dari keduanya, tapi yakin bahwa setiap perkara adalah mudah bagi yang menciptakannya, memohon pertolongan dengan taat dan bertakwa kepada-Nya, dan bersyukur setelah menjalankan semua perintah sesuai dengan petunjuk-Nya.
Bentuk ketauhidan lainnya adalah bersyukur kepada Dzat yang telah memberikan kesehatan pada setiap anggota tubuh-nya. Rasulullah Saw bersabda: “ setiap manusia dari keturunan Adam diciptakan dengan 360 persendian. Siapa yang bertakbir, tahmid, tahlil, tasbih, istighfar, menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari tengah jalan yang biasa dilalui orang, dan amar ma’ruf nahi mungkar sebanyak 360 tulang persendiannya itu, maka saat itu dia telah membebaskan dirinya dari siksa neraka.” ( Shahih Muslim:2708)
Selain itu kita menjadi yakin bahwa Allah dan sifat-Nya tidak menyerupai sesuatu pun, artinya kaum muslim tidak seharusnya mematuhi setan dan tunduk pada hukum yang dibuat oleh makhluk. Bahkan umat islam seharusnya memohon perlindungan kepada Allah dari godaan dan bisikan setan. Rasulullah Saw bersabda: “Manusia tidak henti-hentinya bertanya hingga ditanyakan semua ini diciptakan oleh Allah, lalu siapa yang menciptakan Allah? Siapa yang mendapati pertanyaan yang demikian itu, maka ucapkanlah,’aku beriman kepada Allah.”(Shahih Muslim: 134).[4]







D.     Implikasi Individu Terhadap Ciptaan Allah
Betapa luar biasa Allah menciptakan alam semesta yang begitu indah ini. Kenampakan alam yang menjulang, tanaman yang asri, hewan-hewan yang beragam samapai manusia yang diciptakan dengan berbagai potensi yang dimiliki. Maha kuasa Allah menciptakan alam sedemikian luasnya. Alam nan indah dan luas ini sudah sepantasnya kita rawat dan kita jaga agar tetap lestari tanpa adanya suatu kerusakan.
Dewasa ini sering kita melihat terjadinya pembakaran hutan, penebangan liar, pengeboman terumbu karang dll itu merupakan suatu tindakan yang tidak terpuji dan tidak menjaga alam pemberian Tuhan. Hal itu harus kita hindari agar tidak mencelakakan alam. Banjir di ibu kota yang sudah menjadi langganan setiap tahunnya itu juga merupakan dampak kita tidak menjaga alam dengan baik. Seringnya membuang sampah sembarangan, merupakan salah satu pemicu terjadinya banjir ibukota.
Sudah semestinya kita sebagai orang muslim harus meyakini bahwa Allah maha hebat yang menciptakan alam sedemikian indahnya. Kita harus yakin bahwa tidak ada yang menandingi kehebatan Allah. Kita wajib bersyukura atas karunia-Nya. Salah satu bentuk cara bersyukur kita adalah dengan menjaga alam dan tidak berbuat kerusakan dibumi. Allah menciptakan segala sesuatu dibumi ini pasti terdapat suatu manfaat. Oleh karena itu jangan sampai kita dzalim kepada Allah.
Bentuk rasa syukur lainnya adalah dengan merawat alam. Dimulai dari yang terkecil misal kita tidak membuang sampah sembarangan, tidak boros terhadap air dll. Hal-hal kecil seperti ini jika kita lakukan terus menerus menjadi luar biasa manfaatnya. Selain itu kita harus meningkatkan ibadah kita kepada Allah, karena Allah sudah memberi kenyamanan untuk kita semua atas penciptaan alam-Nya yang sempurna. Selalu berdzikir dan selalu memuliakan Allah.
Selalu mengingatkan antar sesama juga harus kita lakukan demi terciptanya kondisi alam yang sehat,  manusia sudah tidak sepantasnya bersifat sombong karena manusia adalah makhluk yang lemah, Allahlah yang pantas kita puji dengan segala kemahaan-Nya.
Tambahan:
Allah maha pencipta segala sesuatu. Alam semesta, manusia, hewan, tumbuhan, dan jin pun diciptakn-Nya. Betapa tidak ada yang bisa menandingi kehebatan Tuhan. Kita bisa berkata bahwa Tuhan itu maha kreatif. Sebagai makhluk ciptaann-Nya sudah pasti kita kagum atas itu semua. kekaguman manusia harus di aplikasikan dalam bentuk rasa syukur, merawat dan menjaga segala yang diciptakan.
Rasa syukur kita harus benar-benar terpatri dalam hati. Dengan adanya ciptaan Allah yang luar biasa itu kita harus memperdalam rasa syukur kita, memperbanyak ibadah dan selalu mengingat Allah.







[1] Ki Amri Yahya,Ensiklopedia Al-Quran, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta,2003,hlm 8.
[2] Huruddin Hidayat,Asmaul Husna, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta,2000,hlm 62.
[3] Ibid.,hlm 12.
[4]      Dr. Mahmud Abdurraziq Ar-ridhwani,Do’a & Dzikir 99 Asma’ul Husna, Hikam Pustaka,Yogyakarta,2009,hlm 65.

0 Comments:

Post a Comment