Header Ads

23 December 2016

Al Ahad

Rumusan Masalah, sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Asmaul Husna secara umum?
2.      Apa pengertian Al Ahad?
3.      Apa perbedaan Al Ahad dengan Al Wahid?
4.      Bagaimana keutamaan Asmaul Husna Al Ahad?
5.      Apa implimentasi Al Ahad bagi saya sendiri?

A.    PENGERTIAN ASMAUL HUSNA
Asmaul Husna berasal dari kata al-asma yang berarti nama-nama dan al-husna yang berarti baik. Jadi al-Asmaul Husna secara bahasa diartikan dengan nama-nama yang baik. Asmaul Husna adalah nama Allah yang terbaik. Bisa dikatakan pula sebagai asma Allah yang terindah. Ia merupakan puncak keindahan karena di dalamnya terdapat makna terpuji dan termulia. Nama-nama terindah itu mengandung pengertian kehidupan yang sempurna, yang tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan kesirnaan. Tidak berawal dan tidak berakhir.
Secara fitrah manusia telah dibekali sifat-sifat baik dan terpuji. Sifat-sifat tersebut merupakan pancaran dari asmaul husna. Sayangnya sejalan dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan, sifat-sifat dasar tersebut perlahan-lahan melemah dan menjadi terkalahkan.
Sejak lahir, manusia telah dilengkapi dengan hati yang fitrah (bersih). Hal ini merekam sifat-sifat Allah. Jika ia mampu memeliharanya samapai dewasa, maka pancaran Asmaul Husna akan membuat dirinya menjadi mulia. Tapi jika sifat fitrah itu terkontaminasi dengan sesuatu yang buruk, maka sifat-sifat fitrah ini akan menjadi lemah bahkan terkalahkan dan terbelenggu oleh emosi diri, prasangka negative, kepentingan pribadi dan pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan.[1]


Dari 99 Asmaul Husna, saya akan membahas tentang AL AHAD ( Yang Maha Esa)
B.     Pengertian Al- Ahad
Sekilas nama al wahid sama dengan al Ahad, terutama ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sama- sama bearti Yang Maha Esa; Tetapi keduanya itu berbeda dan mempunyai spesifikasi sendiri. Menurut Syaikh Tosun Bayrak Al Jerrahi dalam The Name and The Named, menjelaskan lebih makna makna Al Ahad.[2]
 Sebagaimana yang terdapat dalam surat Al- Ikhlas ayat 1-4:
الرَّحِيمِ الرَّحْمَٰنِ اللَّهِ بِسْمِ
٤﴿  أَحَدٌۢ كُفُوًا لَّهُۥ يَكُن وَلَمْ  ﴾٣﴿ يُولَدْ وَلَمْ يَلِدْ لَمْ ٢﴿الصَّمَدُ اللَّهُ ﴾١﴿ أَحَدٌ اللَّهُ هُوَ قُلْ
Artinya:
1) Katakanlah ( Muhammad): Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2) Allah tempat meminta segala sesuatu
3). Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Surat al-Ikhlâsh ini merupakan surat yang sangat mulia, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa surat al-Ikhlâsh sama dengan sepertiga al-Qur'ân karena di dalamnya terdapat penjelasan khusus tentang nama-nama Allâh yang maha Mulia dan sifat-sifat-Nya yang maha Agung.





Asbabun Nuzul

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah kepada Rasulullah saw. dengan berkata: "Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu." Ayat ini (S. 112:1-4) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai tuntunan untuk menjawab permintaan kaum musyrikin. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah dari Abi Aliyah yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab. Diriwayatkan pula oleh at-Thabarani dan Ibnu jarir yang bersumber dari Jabir bin Abdillah dan dijadikan dalil bahwa surat ini Makkiyah.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Yahudi menghadap kepada Nabi saw. dan diantaranya Ka'bubnul 'asyraf dan Hay bin Akhtab. Mereka berkata: "Hai Muhammad, lukiskan sifat-sifat Tuhan yang mengutusmu." Ayat ini (S.112:1-4) turun berkenaan dengan peristiwa itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Sa'id bin Jubair. Dengan riwayat ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surat ini Madaniyyah.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Ahzab (Persekutuan antara kaum Quraisy, Yahudi Madinah, kaum Goththafan dari Thaif dan munafiqin Madinah dan beberapa suku sekeliling Makkah) berkata: "Lukiskan sifat Tuhanmu kepada kami." Maka datanglah Jibril menyampaikan surat ini (S.112:1-4) yang melukiskan sifat-sifat Allah. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abil 'Aliyah yang bersumber dari Qatadah.)

Keterangan:

Menurut as-Suyuthi kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab ialah musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga surat ini dapat dipastikan Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dua hadits tersebut di atas dan diperkuat pula oleh riwayat Abus Syaikh di dalam kitabul Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap kepada Nabi saw. dan berkata: "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu." Rasulullah saw tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril membawa wahyu surat ini (S.112:1-4) yang melukiskan sifat Allah. [3]

Sesuai pernyataan ayat diatas bahwa sudah jelas Allah itu Yang Maha Esa, karena itu Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Kita sebagai umat islam harus beriman kepada Allah swt, dengan cara beribadah, berbuat kepada orang tua, dan tidak menyekutukan Allah swt.
Kesatuan ini sama sekali tidak diciptakan dari eksistensi dan ketiadaan, dari wujud dan kehampaan. Ia merupakan menifestasi zat Allah. Di dalam kesatuan ini, zat terbebas dari segala atribut, nama, tanda, tetapi sudah tersembunyi didalamnya.
Contohnya; Tembok terbuat dari batu, batu bata, krikil, pasir, semen, dan dilapisi dengan plesteran. Ketika melihat tembok, Anda melihatnya secara utuh, bukan bahannya secara satu persatu. Tembok adalah gabungan dri berbagai bahan; tetapi tembok bukanlah batu, batu bata, krikil. Di dalam konsep tembok, bahan- bahan itu kehilangan identitasnya.[4]

C.    Perbedaan Al Ahad dan Al Wahid

Lafazh `AL AHAD` berakar sama dengan `WAAHID`, tetapi masing-masing memiliki makna dan penggunaan tersendiri. `AHAD` hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan, baik dalam imajinasi apalagi dalam kenyataan. Oleh karena itu, kata ini ketika berfungsi sebagai sifat, tidak termasuk dalam rentetan bilangan. Sedangkan Wahid adalah Sesuatu yang Tidak terdiri dari bagian-bagian atau tidak berdua.

Menurut Imam Al Ghazali, Ahad adalah sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan, baik dalam benak maupun kenyataan. Ketika kita memikirkan kata ‘wahid (satu)’ maka di benak kita akan memikirkan angka itsnain (dua), tapi kalau kita bilang ‘ahad (esa)’ maka di benak kita tidak ada penambahan. Di gunakan kata wahid karena keragaman Nya pada sifat-sifat Nya, bukan pada dzat Nya.
Kata wahid dalam al quran biasanya di gunakan untuk nama Allah yang sifatnya banyak seperti dalam Qs. Al baqarah: 163;
الرَّحِيمِ الرَّحْمَٰنِ اللَّهِ بِسْمِ
الرَّحِيْم حْمَنُ الرَّ هُوَ إِلاَّ إِلَهَ لاَّ وَاحِدٌ إِلَهٌ إِلَهُكُمْ وَ
163. Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan ( yang hendak disembah ) melainkan Dia Yang Maha Murah(pengasih), lagi Maha Penyayang. ( Al Baqarah ayat 163).

Bagaimana keadaana alam semesta, kalau Allah bersifat terbilang?
Jawab:
Sekiranya ada dua atau lebih Pencipta alam ini, tentulah akan binasa atau rusak juga tatanannya, karena masing- masing menjalankan kehendaknya dan rencananya.[5]
 Sebagaimana  firman Allah dalam surat Al Anbiya’ ayat 22:
الرَّحِيمِ الرَّحْمَٰنِ اللَّهِ بِسْمِ
يَصِفُونَ  عَمَّا الْعَرْشِ رَبِّ اللَّهِ فَسُبْحَانَ لَفَسَدَتَا اللَّهُ إِلا آلِهَةٌ فِيهِمَا كَانَ لَوْ
Artinya: "Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan- Tuhan selain Allah, tentulah keduanya (langit dan bumi) itu sudah rusak (dan) binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy (kedudukan yang sangat tinggi dan mulia), daripada apa yang mereka sifatkan." – (QS.21:22)
Contoh :
Dalam Negara pun tidak ada terjadi kepala Negara ( Presiden, Raja), yang mempunyai kedudukan sama, dan yang ada hanya wakil atau pembantu- pembantunya. Apalagi yang mengatur jagat raya ini, tidak mungkin diatur oleh banyak tangan dan banyak kebijakan.[6]
D.    Keutamaan Asmaul Husna ( Al Ahad)

v  Sebagaimana hadits menjelaskan bahwa; Dari Abu Huraira R.A.: Nabi saw. bersabda: “Allah itu memiliki sembilan puluh sembilan nama yang bagus. Barang siapa yang mampu menghafalnya, maka dia akan masuk syurga. Sesungguhnya Allah itu ganjil [esa] dan Dia menyukai [bilangan] yang ganjil.” – Sahih Bukhar.
v  Barang siapa membaca Asma Allah ini dalam keadaan memiliki wudhu sebanyak 19 kali setelah sholat subuh, maka semua doanya akan dikabulkan, Insya Allah. [7]
v  Jika seseorang yang duduk sendirian ditempat yang sunyi membaca Asma Allah ini sebanyak 1.000 kali, merenung artinya dan mencoba merasakan kesatuan pada wujudnya, beberapa hal mengenai inti batin dapat dimanifestasikan.[8]


E.     Implementasi Al Ahad bagi Saya Sendiri

Implementasi yang dapat saya ambil sebagai berikut:

a)      Sebagi seorang hamba, saya tidak akan meminta harapan selain pada Allah, karena hanya Allah yang tempat meninta pertolangan.
b)      Melakukan semua perintah Allah dan menjauhkan larangan Allah.
c)      Selalu melakukan kebaikan- kebaikan terhadap orang lain.
d)     Terbakti kepada orang tua, ridho orang tua ridho Allah.
e)      Menjadikan pribadi yang lebih baik, yang teguh pendirian dan mandiri.


f)       Mahasucinya Allâh dari segala kekurangan dan aib. Karena itu merupakan sifat para makhluk, sementara Allâh adalah Dzat yang memiliki sifat sempurna, agung dan mulia tanpa ada satu makhluk pun yang semisal dengan-Nya.
g)      Saya tidak akan memikirkan zat Allah tapi saya akan memikirkan ciptaan Allah.
h)      Rasa menghormati.




















DAFTAR PUSAKA

Al Kumayi, Sulaiman. 2006. Kecerdasan 99; cara meraih kemenangan dan ketenangan hidup lewat penerapan 99 nama- nama Allah. Jakarta: Hiknah        ( PT Mizan Publika).
Asbabun nuzul: Lubabun nuqul fii asbabin nuzul dari Jalaluddin As Suyuthi. Diterjemahkan menjadi Asbabun nuzul - Latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al Quran oleh K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, Prof Dr. H.M.D. Dahlan. Penerbit: CV Diponegoro, Bandung.
Hasan, M. Ali. 1997. Memahami dan Meneladani Asmaul Husna. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Mustahdi, M. Ag dan dkk. 2013. Buku paid an budi pekerti siswa kelas X.










[1]       Mustahdi, M. Ag dan dkk. Buku paid an budi pekerti siswa kelas X 2013.
[2]  Sulaiman al- kumayi. Kecerdasan 99: cara meraih kemenangan dan ketenangan Hidup Lewat Penerapan 99 Nama Allah. 2006. Hal 212
[3]     Asbabun nuzul: Lubabun nuqul fii asbabin nuzul dari Jalaluddin As Suyuthi. Diterjemahkan menjadi
Asbabun nuzul - Latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al Quran oleh K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, Prof Dr. H.M.D. Dahlan. Penerbit: CV Diponegoro, Bandung.
      [4]     Sulaiman al- kumayi. Kecerdasan 99: cara meraih kemenangan dan ketenangan Hidup Lewat
      Penerapan 99 Nama Allah. 2006. Hal 212- 213.
[5]     M. Ali Hasan. Memahami dan meneladani asmaul husna. Hlm 220
[6]     Ibid. Hlm 221
[8]     Sulaiman al- kumayi. Kecerdasan 99: cara meraih kemenangan dan ketenangan Hidup Lewat
      Penerapan 99 Nama Allah. 2006. Hal 213.

0 Comments:

Post a Comment