AL-BAQI
(YANG MAHA KEKAL)
A.
Pengertian
Asma Allah Al-Baqi
. Al-Baqi berasal dari akar kata dalam bahasa Arab yaitu
ba’, qa’, ya’ yang berarti berkesinambungan atau tanpa akhir. Berbeda dengan
makhluk-Nya yang berawal dari sebuah penciptaan dan berakhir ketika mengalami
kematian. Allah adalah Mahakekal dengan abadi dan azali. Abadi merupakan masa
mendatang yang tidak ada akhirnya. Dan azali merupakan masa lalu yang tidak
berakhir pada suatu saat yang pertama.
Allah adalah
Dia yang wujud-Nya kekal, berkesinambung tanpa akhir, sedang wujud lainnya
tidak bersinambung.[1] “Dan
jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala
keputusan menjadi wewenang-Nya,
dan hanya kepada-Nya kamu
dikembalikan.” (Al-Qashash. 88)
B. Makna Asma Allah
Al-Baqi
Segalanya yang ada di alam ini pasti akan habis. Langit,
bumi, bulan, bintang, matahari, dan semua yang diciptakan Allah ketika masanya
nanti pasti akan binasa. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS yang mencari Tuhan dengan menggunakan
akal dan pikirannya yang dijelaskan dalam Firman Allah dalam QS. Al-An’am. 76-78:
76. ketika
malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) ia
berkata, “inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “aku
tidak suka kepada yang terbenam.”
77. lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “inilah Tuhanku.”
Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “sungguh, jika Tuhanku tidak
memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
78. kemudin ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “inilah Tuhanku,
ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, ”wahai kaumku!
Sungguh, aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Hingga pada akhirnya Nabi
Ibrahim meyakini bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam. Awal dari mengenal
agama adalah mengenal Allah. Bila kita ingin mengenal Allah, mulailah dengan
mengenal diri kita dan mengenal alam, seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.
Selain dunia
dan seisinya ini yang binasa, umat-umat terdahulu yang tidak berimanpun juga
dibinasakan dengan kekuasaan Allah. Adapun kaum Ad dibinasakan dengan angin
yang sangat dingin dan sangat kencang. Allah menimpakan angin tersebut selama
tujuh malam dan delapan hari secara terus menerus hingga mereka mati tanpa tersisa.
Kemudian kaum Tsamudpun dibinasakan dengan kejadian yang sangat luar biasa.
Hingga mereka semua mati tanpa tersisa.
“Dan
demikianlah kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada
ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih
kekal.” (QS. Thaha. 127)
Semua yang kita miliki di dunia ini pasti akan habis.
Harta, suami, istri, anak tidakkah kita miliki dengan abadi. Yang kekal itu
al-baqiyah ash-shalihah yang berarti menyucikan Allah, mengesakan-Nya, dan
mengagungkan-Nya dengan lidah dan perbuatan.
“Harta
dan anak - anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi. 46)
Dunia ini hanyalah sebuah tempat persinggahan bagi para
pelancong yang tinggal sebentar lalu pergi.[2]
Dunia ini adalah ladang bagi kita untuk menanam berbagai perbuatan kita. Entah
yang kita tanam itu adalah hal yang baik atau yang buruk. Kemudian kita akan
memanennya di akhirat nanti, tentunya sesuai dengan apa yang kita tanam
sebelumnya. Bagi orang-orang yang mendapat petunjuk Allah, beriman dan beramal
sholeh, mereka akan berada di tempat terbaik yaitu di surga yang kekal.
C. Meneladani Asma Allah Al-Baqi
Menurut M. Quraisy Shihab, untuk meneladani sifat Al-Baqi Allah tersebut
kita harus berupaya untuk hidup kekal sesuai kemampuan kita sebagai makhluk.
Kita harus mempunyai prinsip untuk mengabdi kepada Allah dan mengesakan-Nya.
Prinsip ini merupakan ciri agama Allah kepada para Nabi yang menjadikan mereka
dan pengikut-pengikutnya hidup berkesinambungan dan dikekalkan Allah.
Sebagaimana firman Allah QS. Ash-Shaffat. 75-78:
75. sesungguhnya
Nuh telah menyeru kami, maka sesungguhnya sebaik-baik yang memperkenankan (
adalah kami ).
76. dan kami
telah menyelamatkannya dan keluarganya dari bencana yang besar.
77. dan kami
jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.
78. dan kami
abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang - orang yang datang
kemudian.
Prinsip ini juga dijadikan oleh Nabi Ibrahim AS sebagai kalimatan
baqiyatan, yaitu yang dijelaskan pada QS. Az-Zukhruf. 28:
“Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu
kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat
tauhid itu .”
Selain itu, untuk meneladani sifat
Al-Baqi tersebut kita bisa mengaitkan segala aktivitas dan motivasinya dengan
sifat Allah Al-Baqi Yang Maha Esa itu. Karena segala aktivitas yang tidak dikaitkan
dengan Allah, pasti tidak akan ditemui di hari kekekalan.
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka
kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan. 23)
Amal yang dimaksud adalah amal-amal baik yang
mereka kerjakan di dunia. Amal-amal itu tidak dibalas oleh Allah karena mereka
tidak beriman. Jadi amal-amal tersebut akan sia-sia. Lain halnya bila kita
beriman dan meneladani sifat Al-Baqi, maka kita akan mendapat kasih sayang dan kemurahan-Nya. Misalnya membangun sarana umum yang akan
terus digunakan dalam waktu yang lama, seperti membangun jembatan, sekolah,
rumah sakit, dll merupakan sarana untuk mengabdi kepada Allah dan kita akan
memperoleh keabadian di akhirat.
D. Implikasi Atas Orang
Yang Mengimani Asma Allah Al-Baqi
Bagi orang yang percaya bahwa Allah
itu yang Mahakekal, maka ia akan menyadari dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah
lah yang kekal, sedang langit bumi beserta segala isinya ini akan binasa.
Kemudian dari keyakinannya tersebut akan tampak perilaku seperti di bawah ini:
ü Selalu berkhusnudzon terhadap Allah, karena
semua yang Dia berikan kepada kita pasti yang terbaik untuk kita. Meski kadang
kita menyangkanya bahwa hal itu buruk, tapi Allah lah yang lebih mengetahui yang
terbaik bagi kita daripada diri kita sendiri.
ü Mawas diri, karena kita harus selalu siap
untuk menghadapi kematian. Entah kapan, dimana, dan sedang melakukan apa,
kematian itu pasti akan datang. Itu semua tergantung dari apa yang kita usahakan
selama ini. Apabila yang kita usahakan itu baik, maka akan berbuah baik,
begitupun sebaliknya.
ü Bersyukur terhadap segala yang diberikan Allah
kepada kita, karena apa yang kita miliki semuanya hanya titipan Allah. Serta
kita tidak boleh menyalahgunakan apa yang kita miliki.
ü Bersabar, karena sebagai hamba Allah yang
lemah kita hanya memohon pertolongan kepada-Nya dan untuk diberi kesabaran
ketika menghadapi ujian hidup.
ü Bertanggung jawab terhadap segala apa yang
dikerjakan, karena semua amal kita di dunia ini akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah di hari akhirat nanti.
ü Selalu menjaga kesehatan, agar dapat beribadah
dan bekerja dengan sebaik-baiknya untuk meraih ridho Allah.
ü Tidak serakah, karena di dalam harta yang kita
miliki ini ada haknya orang fakir dan miskin.
ü Bersedekah, untuk membersihkan harta kita dan
untuk membantu saudara-saudara kita yang memang membutuhkan uluran tangan kita.
ü Tidak terlena dengan keindahan dan kemegahan
dunia, karena semuanya itu hanya bersifat sementara dan tidak mungkin kita bawa
mati. Yang akan kita bawa mati adalah amal kita selama di dunia yang fana ini.
ü Segera bertaubat kepada Allah ketika melakukan
perbuatan dosa, bertekad tidak pernah mengulanginya lagi,serta senantiasa
berbuat kebajikan.
ü Tidak membeda-bedakan antar sesama manusia.
Karena semua manusia di hadapan Allah sama, yang membedakannya adalah ketaqwaannya.
ü Lebih menghargai waktu, karena waktu yang
telah berlalu tidak akan kembali lagi. Kita juga tidak pernah tau kapan waktu
kita akan berakhir.
ü Menyadari akan keterbatasan akal kita, karena
kita tidak mampu melihat hal gaib.
ü Istiqomah untuk melakukan ibadah dan berbuat
kebaikan, sebagai bekal kita di akhirat nanti.
E. Khasiat Asma Allah
Al-Baqi
Orang beriman yang membaca Ya Baqi sebanyak 113 kali setiap hari
akan mendapatkan kesehatan dan kekayaan, amal dan harta mereka akan aman, dan
diharapkan bahwa mereka akan mendapatka kasih sayang dan kemurahan Allah pada
hari kiamat.[3]
Jika seseorang yang menderita rasa takut yang sangat membaca Ya Baqi
sebanyak 113 kali setiap malam ketika hendak tidur, niscaya ia akan terbebas
dari rasa takut tersebut.[4]
Menyebut asmaul husna itu adalah sangat terpuji, karena kita ingat selalu
kepada Allah dengan berbagai sebutan yang sembilan puluh sembilan itu.[5]
Setelah menghafal asma Allah tersebut, kemudian kita akan mampu memahami mengenai isi
kandungan maknanya hingga kita mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, kita akan terbiasa berdo’a pada Allah dengan asma baqi Allah
dan menjiwai akan makna asma Allah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali.
1999. Asma’ Al Husna: Rahasia Nama-Nama Indah Allah. Bandung: Mizan
Al-Kumayi, Sulaiman. 2006. Kecerdasan 99:
Cara Meraih Kemenangan Dan Ketenangan Hidup Lewat Penerapan 99 Nama Allah.
Jakarta: Hikmah
Hasan, M. Ali. 1997. Memahami dan Meneladani
Asmaul Husna. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Maidani, Abdurrahman Hasan Habanakah Al. 1992.
Pokok-Pokok Aqidah Islam. Jakarta: Gema Insani Press
Shihab, M. Quraish. 2008. Asma’ Al Husna:
Dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Sirait, Sangkot. 2013. Tauhid dan
Pembelajarannya. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Sunan
Kalijaga
[1] Sulaiman
Al-Kumayi, Kecerdasan 99: Cara Meraih Kemenangan Dan Ketenangan Hidup Lewat
Penerapan 99 Nama Allah, (Jakarta: Hikmah, 2006), hlm. 327.
[2] Sulaiman
Al-Kumayi, Kecerdasan 99: Cara Meraih Kemenangan Dan Ketenangan Hidup Lewat
Penerapan 99 Nama Allah, (Jakarta: Hikmah, 2006), hlm. 327.
[3] Sulaiman
Al-Kumayi, Kecerdasan 99: Cara Meraih Kemenangan Dan Ketenangan Hidup Lewat
Penerapan 99 Nama Allah, (Jakarta: Hikmah, 2006), hlm. 329.
[5] M. Ali. Hasan,. Memahami dan Meneladani
Asmaul Husna. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 4.
0 Comments:
Post a Comment