Header Ads

23 December 2016

Agama dan Kebudayaan

Bab II
Pembahasan
A.    Agama dan Kebudayaan
1.      Pengertian Agama
Agama bersifat empirik dalam arti agama yang secara nyata dilaksanakan oleh para pemeluknya, bukan agama yang sebagai teks dan doktrin.
Maksud agama yang bersifat empirik  adalah agama dalam konteks kebudayaan (lokal). Jadi pengertian agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan lainnya dan mengatur manusia dengan lingkungannya. Unsur pokok agama adalah sistem kepercayan, Sistem aturan kitab suci, sistem ritual, dan simbol-simbol agama bersifat kebendaan.[1]
Agama menurut Parsudi(1988) adalah Suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memeberi respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai gaib dan suci.[2]
Maksud dari pengertian ini adalah faktor pemeluk agama menjadi sangat jelas, karena agama merupakan hasil interpretasi dan respon masyarakat terhadap ajaran-ajaran suci dari Tuhan, baik berupa sistem keyakinan maupun tindakan.
Menurut Paul Tillich, Agama mempunyai makna tertinggi yang terdapat dalam tata nilai masyarakat, dan memiliki kekuatan dalam arti kekeuatan suci atau kekuatan supranatural yang ada dibalik tata nilai.[3]
Maksudnya, agama dilihat sebagai sistem keyakinan yang melahirkan berbagai perilaku keagamaan.Sistem keyakinan tersebut memiliki daya kekuatan yang luar biaa untuk memerintah dan melarang pemeluknya untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Disebabkan adanya makna suci yang diyakini dan adanya supranatural dibalik perintah dan larangan.



2.      Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat(1981), Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan yng meliputi tindakan, perbuatan, tingkah laku manusia, dan hasil karyanya yang didapat dari belajar.[4]
Menurut Selo Sumardjan(1979), kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut E.B.Taylor, Kebudayaan adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum adat istiadat, kesenian, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.[5]
Menurut Ahli Kebudayaan, Kebudayaan adalah Seperagkat pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, kesenian, yang dijadikan pedoman bertindak dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sidi Gazalba, Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial, dalam suatu ruang dan waktu. [6]

B.     Islam Normatif dan Islam Historis
Islam normatif adalah Islam pada dimensi sakral, yang diakui adanya realitas transendental yang bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang dan waktu, atau yang sering di sebut ke TUHAN an.
Islam Historis adalah Islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Realitas kemanusiaan selalu berada pada realita dibawah ke TUHAN an.
Dalam Diskursus keagamaan kontemporer dijelaskan bahwa agama tidak mempersoalkan tentang ketuhanan, agama ternyata terkait erat dengan persoalan-persoalan historis kultural yang merupakan keniscayaan manusiawi. Keterkaitan antara Islam Normatif dan Islam Historis pada masa modern saat ini adalah Islam di Indonesia itu sendiri masih menggunakan ciri khas dan Islam di Indonesia itu sendiri dilihat dari sudut pandang normatif maupun historisnya dan akan menghasilkan sebuah filosofi menuju pendekatan integrasi dan interkoneksi keilmuan.

C.     Pluralitas dan Pluralisme agama
Realitas keagamaan manusia dan masyarakat tidak hanya pada tingkah laku dan budaya atau tradisi saja, tetapi juga di dalam agama. Kenyataan plural dapat dilihat dari berbagai kegiatan umat beragama, terutama pada hari-hari besar mereka. Seperti, hari raya Idul Fitri, Hari Raya Idul adha, Natal, Nyepi, Imlek, Waisak. Karena hari-hari tersebut dianggap sebagai hari suci bagi masing-masing umat agama suatu kelompok. Selama ini pluralisme dikaitkan dengan Barat, Pluralitas agama, tidak dapat dihindari telah menimbulkan banyak persoalan dalam kehidupan sosial. Agama mengajarkan perdamaian. Tetapi konflik agama sering muncul dalam kehidupan masyarakat.Tetapi jelas bahwa MUI menolak dengan adanya pluralisme agama tersebut.
D.    Hubungan Antar Agama dan Kebudayaan
Agama identik dengan kebudayaan. Karena keduanya merupakan pedoman bertindak, sebagai petunjuk dalam kehidupan.
Hubungan agama dan kebudayaan dapat digambarkan sebagai hubungan yang berlangsung secara timbal balik. Agama secara praktis merupakan produk dari pemahaman dan pengamalan masyarakat berdasarkan kebudayaan yang telah dimilikinya. Sedang kebudayaan selalu berubah mengikuti agama yang diyakini oleh masyarakat. Agama seperti Islam selalu mengalami proses domestikasi, yaitu pemahaman dan pelaksanaan agama disesuaikan dengan konteks budaya lokal. Contoh: Kebudayaan jawa yang kental dengan gelar-gelar kebangsawanan menyebabkan orang Jawa memanggil Tuhan dengan sebutan Gusti, “Gusti Allah”.Memanggil Nabi dengan sebutan Kanjeng, “Kanjeng Nabi Muhammad.
E.     Interaksi antara Islam dan Budaya lokal[7]
Akan menghasilkan sebuah Akulturasi Kebudayaan dan Asimilasi kebudayaan. Dalam penyiaran agama terdapat interaksi yang dapat menghasilkan akulturasi dan asimilasi Dalam banyak kasus, kelompok-kelompok dominan dalam akulturasi kadang-kadang mempergunakan kekerasan dalam memasukkan unsur baru, yang menyebabkan terjadinyaperubahan dalam kebudayaan yang kalah. Ketika agama lama telah menjadi agama kolektif, proses Islamisasi akan lebih sulit, dan agama lama tetap menjadi agama yang dominan seperti Islam diberbagai negara Barat, yang sejak dulu higga saat ini sebagai minoritas, karena tidak mampu mengganti agama lama lama mereka, terutama Kristen. Akan tetapi proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia menunjukkan cara-cara damai tanpa kekerasan. Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, kebudayaan dan akulturasi menjadi sangat kompleks. Berbagai macam dan bentuk perilaku maupun perbuatan penduduk di kota-kota kecil dan di desa-desa banyak sekali teridenfikasi berbagai bentuk kebudayaan Islam yang khas di Indonesia, atau sub kebudayaan Islam, kkecuali di beberapa daerah yang Islam masih minoritas, seperti di Bali dan beberapa daerah indonesia bagian Timur. Menurut Sidi Gazalbo, di Indonesia, dapat dikatakan bahwa akulturasi  kepercayaan kuno dengan kebudayaan Hindu dan Kebudayaan Islam bersifat sukarela, sedangkan dengan kebudayaan Barat, bersifat paksaan, baik secara tidak langsung. Akan tetapi ketika bangsa Indonesia tidak berhasil mengusir penjajahan Barat dengan alat hasil kebudayaan sendiri, bangsa Indonesia terpaksa berkulturasi untuk dapat mengusir penjajahan dengan alat dari Barat.
o   Akulturasi Islam dengan budaya dalam bidang Pemikiran dan ritual Agama
§  Di Indonesia Tradisi Pemikiran Islam dapat di bagi menjadi dua periode.
Pertama, tradisi pemikiran sebelum bersentuhan dengan paham-paham pembaharuan Jamaluddin al-afghani, Muhammad ‘Abduh dan Muhammad Iqbal.
Kedua, tradisi pemikiran yang berkembang setelah terpengaruh oleh modernisme.
Dalam bidang ritual keagamaan seperti upacara hingga saat ini masih banyak dilakukan baik oleh non muslim maupun oleh muslim itu sendiri, kebiasaan itu sudah mendarah daging dan sulit ditinggalkan, mereka tidak dapat membedakan mana yang agama dan mana yang budaya. Melalui upacara, warga suatu masyarakat dibiasakan untuk menggunakan simbol-simbol yang bersifat abstrak yang berada pada tingkat pemikiran untuk berbagai kegiatan sosial yang ada pada kehidupan sehari-hari.
Selain itu menurut Mangkungoro IV, adapun di antara pemikirannya, tercantum dalam Wedhatama yang merupakan kitab yang berisi ajaran, yaitu :[8]
a.       Penting sekali bagi setiap manusia untuk mencari dan menuntut ilmu lahir dan batin agar hidup dan kehidupannya di dunia yang hanya satu kali tidak mengalami kerusakan atau papaan.
b.      Menempa jiwa dan mlaksanakan agama dengan tuntunan para ahli dalam bidang tersebut.
c.       Harus menyadari bahwa ilmu yang benar tidak selalu bersemayam pada orang yang lanjut usia ataupun yang masih muda.
d.      Bagi mereka yang taat beragama, harus membuktikan satunya kata dengan perbuatan atau padunya ilmu dengan amal.
e.       Barang siapa ingin menghayati ilmu, harus dialasi dengan jalan mengekang hawa nafsu, disertai perasaan tawakal, berserah diri terhadap kekuasan Tuhan.
f.       Limpahan anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa harus ditebus dengan penghayatan mutlak, didasarkan pada kesucian batin, menjauhkan diri dari watak angkara murka, disertai ketekunan melakukan sembahyang, yaitu: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa dan sembah rasa
Ajaran yang terdapat dalam Wedhatama, yaitu :
1.      Ajaran bagi para golongan muda
a)      Dianjurkan kepada semua supaya mempelajari tata krama dan sopan santun serta memahami sumber ilmu yang benar.
b)      Hendaknya jangan bersikap angkuh atau menyombongkan diri
c)      Hendaknya dapat menilai dengan cermat segala macam ajaran sehingga dapat memanfaatkannya, dan dapat membedakan yang benar ataupun yang salah.
d)     Wajib bagi setiap manusi untuk berikhtiar meraih kemulian, harta, dan kepandaian

Ajaran Bagi golongan tua
a)      Cara mendidik anak
b)      Menentukan cara  meyakinkan kebenaran ilmu
c)      Cara – cara menjalankan sembah sujud kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa agar tidak merugi dan sia-sia.
d)     Meskipun sudah tua, tetapi apabila tidak berilmu laksana sepah tua.
2.      Suluk
Suluk adalah kitab-kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf. Sifat paintheistik (manusia bersatu dengan Tuhan).
Menurut Koentjaraningrat ajaran Islam yang diajarkan oleh para wali di pondok-pondok pesantren, mungkin nyak mengandung unsur mistik sehingga mudah menghubungkan dengan penduduk yang sejak lama terbiasa akan konsep-konsep dan pikiran mistik. Kitab-kitab suluk, yaitu suatu himpunan syair-syair mistik yang ditulis dalam bentuk macapat.
§  Bidang Ritual Keagaamaan (Upacara)
Contoh Upacara seperti: [9]
a.       Selametan biasanya upacara yang dilakukan oleh orang Jawa, yang diadakan dirumah suatu keluarga dan dihadiri oleh para tetangga.
b.      Daur Hidup atau Sedekahan untuk memperingati upacara kematian biasanya dilakukan oleh orang Jawa
c.       Di aceh memiiliki tradisi meugang merupakan merayakan idul adha
d.      Di Sumatra Barat tradisi tabuik merupakan tradisi memperingati wafatnya cucu nabi, Hasan dan Husein

o   Seni wayang adalah hasil dari aspek akulturasi dan memiliki keterkaitan dengan seni seni yang lain seperti seni mengarang, seni sastra, seni instrumental, seni tari, seni pahat, dan seni lukis. Dan hingga kini kebudayaaan itu masih digunakan dengan baik dengan berbagai perkembangan yang ada.

o   Pranata Sosial merupakan sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku tersebut, dalam pembahasan ini pranta sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhan. Misal, Masjid, gereja, dan lain-lain. Dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kekerabatan. Seperti Perkawinan, Pelamaran, dan lain-lain. Selain itu bertujuan untuk kebutuhan penerangan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna. Misal, pendidikan keagamaan maupun pendidikan umum.

o   Corak Bangunan Arsitek :[10]
Di Indonesia sendiri hingga saat ini memiliki bangunan masjid yang berbeda dengan bangunan masjid yang berkembang di dunia Islam, bangunan arsitektur Islam di Indonesia, memiliki ciri khas tersendiri dengan mengadaptasi budaya sebelumnya. Seperti : Bangunan Masjid Kudus dimana menaranya masih mencitrakan bangunan model budaya Jawa Hindu. Arsitek seperti ini memperlihatkan perpaduan antara budaya Hindu dan budaya Islam.Ciri khas dari beberapa arsitek bangunan Masjid hasil dari perkembangan Islam di Indonesia : Denahnya berbentuk persegi empat, bagian kaki yang tinggi serta pejal, atapnya bertumpang dua, tiga, lima, atau lebih, dikelilingi parit atau kolam air di bagian depan atau sampingnya yang berserambi.
Beberapa Masjid yang menujukkan keistimewaan tersebut seperti, masjid kuno Demak, Masjid Agung Ciptarasa Kesepuhan di Cirebon, Masjid agung Banten, Baiturrahman Aceh, Masjid ampel di Surabaya dan daerah lainnya.
o   Lembaga Pendidikan Islam juga hingga saat ini masih berjalan adalah Pesantren. Salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia dan tersebar diberbagai daerah.[11]
o   Organisasi- Organisasi Islam yang menjadi Faktor Pembentukan Budaya Islam hingga saat ini masih populer : Muhammadiyah, tokoh KH.Ahmad Dahlan, di Yogyakarta, 18 November 1912/ 8 Dzulhijah 1330 H. NU, tokoh KH. Hasyim Asy’ari, di Surabaya, 31 januari 1926. Beberapa organisasi diatas memiliki peran yang penting membantu memperjuangkan Islam.





[1] Drs.Mundzirin Yusuf, Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2005, hal. 4
[2] Drs.Mundzirin Yusuf, Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2005, hal.5
[3] Ibid
[4] Ibid, hal.8
[5] Ibid
[6] Drs.Mundzirin Yusuf, Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2005, hal.29
[7] Khadziq, Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Teras, 2009, hal.

[8]Drs.Mundzirin Yusuf, Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2005, hal.118-122

[9] Drs.Mundzirin Yusuf, Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN SUKA, 2005, hal.129-

[10] Drs.Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:AMZAH, 2009, hal.417-419
[11] Ibid, hal.419

0 Comments:

Post a Comment