HADIST SHAHIH TENTANG PROSES HARI
KIAMAT
A. Bangkit
dari kubur
Hari
kiamat, atau lebih tegasnya tiupan sangkakala untuk membangkitkan jasad-jasad
yang telah terkubur, terjadi pada hari jumat.
Dalam
hadist yang diriwayatkan imam ahmad dan muslim dari Abdullah bin umar ra,
rasullullah saw bersabda:
“kemudian isrofil meniup
sangkakala. Maka tidak seorangpun mendengar melainkan menundukkan batang
lehernya lalu mendongakkannya. Adapun yang pertama-tama mendengar adalah
seeorang yang telah melepa kolamnya, maka diapun mati. Tidak seorangpun yang
mendengar melainkan mati. Kemudian allah mengirimkan hujan bagaikan kabut tebal
atau naungan, maka tumbuhlah jasad seluruh makhluk. Kemudian isrofil meniup
lagi sangkakalanya, maka merekapun bangkit menunggu. Kemudian diserulah,’hai
manusia, kemarilah menghadap tuhan-mu!”
B. Bumi
berganti
Dalam
hadist tentang sangkakala, raullullah saw menyatakan bahwa allah akan mengganti
bumi ini dengan yang lain, lalu menghamparkan dan membentangkannya bagaikan
membentangkan kulit yang telah disamak.
Dalam
shahih muslim diriwayatkan dari aisyah ra, bahwa raullullah saw pernah ditanya,”dimanakah manusia berada ketika bumi dan
langit diganti?” beliau menjawab: “dalam kegelapan dibawah jembatan”.
Allah
ta’ala berfirman,
“dan mereka bertanya kepadamu
tentang gunung-gunung. Maka katakanlah,’tuhanku akan menghancurkannya di hari
kiamat sehancur-hancurnya.maka dia akan menjadikan gunung-gunung itu datar sama
sekali, tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah maupun yang
tinggi”
C. Langit
digulung
Di atas sudah diterangkan dalam hadist nabi saw
mengenai sangkakala, bahwa apabila sudah tidak ada lagi yang hidup elain allah
yang maha satu, maha mengalahkan, maha esa, maha tunggal dan tempat bergantung,
yang tidak beranak dan tidak di peranakkan, dan tidak ada atupun yang
menyamainya, dialah yang maha akhir dan maha dahulu, maka allah menggulung
langit dan bumi bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas. Kemudian
menghamparkannya kembali, kemudian melipatnya tiga kali seraya berfirman,” akulah yang mahakuasa,” tiga kali, kemuda
berseru:”milik siapakah seluruh kerajaan pada hari ini?” tiga kali. Namun tidak
ada seorangpun yang menjawabnya. Kemudian dia berfirman, menjawab kepada
dirinya endiri,”milik allah yang maha esa lagi maha mengalahkan.”
Dalam
shahih al-bukhori dan shahih muslim diriwayatkan dari abu hurairah ra, bahwa
rasullullah saw bersabda:
“allah menggennggam bumi dan
menggulung langit dengan tangan kanannya lalu berfirman,’’akulah raja, akulah
yang maha kuasa. Manakah raja-raja di bumi?manakah para penguasa? Manakah
manusia-manusia sombong?’’
D. Berkumpul
di mahsyar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ
النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً
“Manusia akan dikumpulkan pada hari
Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum
dikhitan.” (Hadits
shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha).
Demikianlah
keadaan manusia tatkala bertemu dengan Allah Ta’ala di Padang
Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan belum dikhitan.
Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi pakaian juga. Dan manusia yang
pertama kali diberi pakaian adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
أَوَّلَ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيْمُ
“Sesungguhnya orang pertama yang diberi
pakaian pada hari Kiamat adalah Nabi Ibrahim.” (Hadits
shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4371).
Adapun pakaian
yang dikenakannya ketika itu adalah pakaian yang dikenakan ketika mati. Abu
Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَيِّتُ
يُبْعَثُ فِيْ ثِيَابِهِ الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا
“Mayit akan dibangkitkan dengan pakaian
yang dikenakannya ketika mati.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu
Hibban dalam Shahih-nya. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shohiih
at-Targhib wat-Tarhib, no. 3575)
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu, tatkala hendak menguburkan jenazah ibunya, beliau meminta agar
jenazah ibunya dikafani dengan pakaian yang baru. Beliau mengatakan,
“Perbaguskanlah kafan jenazah kalian, karena sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan dengan (memakai) pakaian itu.” (Fat-hul Bari Syarah Shahih
al-Bukhari, 11/383).
1.
Bagaimana Manusia
Digiring Ke Padang Mahsyar?
Manusia digiring ke Padang Mahsyar
dengan berbagai kondisi yang berbeda sesuai dengan amalnya. Ada yang digiring
dengan berjalan kaki, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
إِنَّكُمْ
مُلاَقُو اللهِ حُفَاةً عُرَاةً مُشَاةً غُرْلاً
“Sesungguhnya kalian akan menjumpai
Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, berjalan kaki, dan
belum dikhitan.” (Hadits
shahih. Diriwayat-kan oleh al-Bukhari, no. 6043)
Ada juga yang berkendaraan. Namun tidak
sedikit yang diseret di atas wajah-wajah mereka. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ
تُحْشَرُوْنَ رِجَالاً وَرُكْبَانًا وَتُجَرُّوْنَ عَلَى وُجُوْهِكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan
(ke Padang Mahsyar) dalam keadaan berjalan, dan (ada juga yang) berkendaraan,
serta (ada juga yang) diseret di atas wajah-wajah kalian.” (Diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi, dan beliau mengatakan, “Hadits hasan.” Hadits ini dinilai
hasan oleh al-Albani dalam Shahiih at-Targhib wat-Tarhib, no.
3582).
Abu Said al-Khudri radhiyallahu
‘anhu mengatakan bahwa ada seseorang berkata kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
يَا
رَسُولَ اللهِ كَيْفَ يُحْشَرُ الْكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟
قَالَ: أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا
عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟!
“Wahai Rasulullah, bagaimana bisa orang
kafir digiring di atas wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang berjalan di
atas kedua kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di atas wajahnya
pada hari Kiamat?!” Qatadah
mengatakan, “Benar, demi kemuliaan Rabb kami.” (Hadits shahih. Diriwayatkan
oleh al-Bukhari, no. 6042 dan Muslim, no. 5020).
2.
Ketika Matahari
Didekatkan Dengan Jarak Satu Mil
Kaum muslimin yang kami muliakan, ketika
manusia dikumpulkan di padang Mahsyar, matahari didekatkan sejauh satu mil dari
mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan
mereka sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
تُدْنَى
الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ
كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا
يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ
بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي
الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ
إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ
يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ
“Pada hari kiamat, matahari didekatkan
jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” –Sulaim
bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang
dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai
untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga
manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni
dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya.
Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang
tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut
beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)
Syaikh Muhammad
bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Jarak satu
mil ini, baik satu mil yang biasa atau mil alat celak, semuanya dekat. Apabila
sedemikian rupa panasnya matahari di dunia, padahal jarak antara kita dengannya
sangat jauh, maka bagaimana jika matahari tersebut berada satu mil di atas
kepala kita?!” (Syarah al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, 2/134).
Jika matahari di
dunia ini didekatkan ke bumi dengan jarak 1 mil, niscaya bumi akan terbakar.
Bagaimana mungkin di akherat kelak matahari didekatkan dengan jarak 1 mil namun
makhluk tidak terbakar?
Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa pada
hari Kiamat kelak tatkala manusia dikumpulkan di padang mahsyar, kekuatan
mereka tidaklah sama dengan kekuatan mereka ketika hidup di dunia. Akan tetapi
mereka lebih kuat dan lebih tahan. Seandainya manusia sekarang ini berdiri
selama 50 hari di bawah terik matahari tanpa naungan, tanpa makan, dan tanpa
minum, niscaya mereka tidak mungkin mampu melakukannya, bahkan mereka akan
binasa. Namun pada hari Kiamat kelak, mereka mampu berdiri selama 50 tahun
tanpa makan, tanpa minum, dan tanpa naungan, kecuali beberapa golongan yang
dinaungi Allah Ta’ala. Mereka juga mampu menyaksikan
kengerian-kengerian yang terjadi. Perhatikanlah keadaan penghuni Neraka yang
disiksa (dengan begitu kerasnya), namun mereka tidak binasa karenanya. Allah
Ta’ala berfirman:
كُلَّمَا
نَضِجَتْ جُلُوْدُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوْدًا غَيْرَهَا لِيَذُوْقُوا
الْعَذَابَ (56)
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami
ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab.” (An-Nisa':
56). (Syarah Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/135)
3.
Golongan Yang
Akan Mendapatkan Naungan ‘Arsy Allah Ta’ala
Pada hari yang
sangat panas itu, Allah Ta’ala akan memberikan naungan kepada
sebagian hamba pilihan-Nya. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya
semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
(yang artinya): “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan
naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya
semata.
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ
الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ
فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi
oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali
hanya naungan-Nya semata.
1. Imam (pemimpin) yang adil.
1. Imam (pemimpin) yang adil.
2. Pemuda yang tumbuh besar dalam
beribadah kepada Rabbnya.
4. Dua orang yang saling
mencintai karena Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5. Dan seorang laki-laki yang
diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan,
lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Allah.”
6. Seseorang yang bershodaqoh lalu
merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan
oleh tangan kanannya.
7. Dan orang yang
berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (Hadits shahih.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no.
1031).
Golongan lain yang mendapatkan naungan
Allah Ta’ala adalah orang yang memberi kelonggaran kepada
orang yang kesulitan membayar hutang kepadanya atau memutihkan hutang darinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Barangsiapa yang memberi kelonggaran
kepada orang yang sedang kesulitan membayar hutang atau memutihkan hutang orang
tersebut, niscaya Allah akan menaunginya dalam naungan Arsy-Nya (pada hari
Kiamat).” (Hadits
shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3006)
E.
Syafaatul
udzma
Dalam shahih al-bukhari
dan shahih muslim dari jabir bin Abdullah ra, rasullullah saw bersabda:
“aku
diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun yang selain
sebelumku: aku diberi pertolongan berupa rasa takut sejauh perjalanan satu
bulan, bumi dijadikan bagiku sebagai tempat bersujud dan suci-mensucikan ,
dihalalkan bagiku harta rampasan perang, yang tidak dihalalkan bagi siapapun
sebelumku, aku diberi syafaat dan nabi terdahulu diutus kepada kaumnya
masing-masing, sedang aku diutus kepada seluruh umat manusia.
Demikian sebagaimana
diriwayatkan dalam shahih muslim dari anas bin malik ra, rasullullah saw
bersabda:
“aku
adalah pemberi syafaat pertama untuk memasuki surga”
F.
Pemasangan
timbangan
Allah ta’ala berfirman:
“timbangan
pada hari itu adalah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan
kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang
ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, disebabkan mereka slalu mengingkari ayat-ayat kami.”(al-a’raf:8-9)
Ahmad meriwayatkan dari
abu darda’, rasullullah saw bersabda:
“sesuatu
yang terberat bobotnya yang diletakkan pada timbangan adalah akhlak yang
luhur.”
G.
Shirothol
mustaqim, golongan yang masuk surga san yang masuk neraka
Jembatan membentang
diatas neraka, permukaan titiannya sangat tipis dan tajam dan lebih tipis dari
rambut untuk melewati jembatan ini sesuai dengan amal kita. Ada yang melewati
dengan cepat seperti kilat dan lain-lain.
Dan allah ta’ala
berfirman:
“dan
pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan.
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka di
dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat kami (alquran) serta mendustakan pertemuan di hari akhirat, maka
mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (ar-rum:14-16).”
0 Comments:
Post a Comment