1.
Pengertian
Hari Akhir
Mempercayai datangnya hari kiamat merupakan rukun iman yang
kelima. Menurut agama islam, kiamat merupakan hari yang sangat dahsyat, di mana
Allah menakdirkan terjadinya kehancuran total seluruh alam atas kehendak-Nya
sendiri.[1]
sehingga dapat dikatakan iman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah
meyakini adanya kehidupan yang kekal abadi setelah hancurnya alam semesta ini
dan manusia akan mendapat balasan yang seadil-adilnya tentang amal yang telah
dilakukan sewaktu di dunia. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
hari akhirat ialah hari-hari semenjak terjadinya qiamat, sesudah itu manusia
dibangkitkan kembali dan dikumpulkan di mahsyar, kemudian diadili dan akhirnya
ditempatkan di dalam syurga atau neraka – hari-hari hidup yang kedua kalinya.[2]
Menurut dari sumber yang lain hari akhir memiliki dua konteks
makna[3]
:
a.
Untuk konteks
semua manusia: hari akhir terjadi saat tiupan sangkakala yang kedua. Tiupan
yang menentukan apakah manusia masuk ke surga atau neraka. Ada juga makna hari
akhir dalam konteks sebagian orang, yaitu mereka yang melihat matahari dan
mereka sendiri masih hidup. Berarti kiamat terjadi ketika sangkakala ditiup
pada tiupan pertama.
b.
Untuk konteks
individu: hari akhir terjadi ketika sakaratulmaut sampai seseorang masuk ke
surga atau neraka. Orang yang mati akan mengalami kiamatnya sendiri, dan dia
masuk ke hukum akhirat.
Tentang kapan datangnya hari kiamat, tidak ada yang dapat
mengetahuinya termasuk Nabi dan Rasul kecuali hanyalah Allah
swt. Hari akhir sama dengan hari kiamat. Para Ulama’ membagi
kiamat menjadi dua macam, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra.
a.
Kiamat
Sugra, adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia,
yaitu kematian[4]
dan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir dan
sebagainya. Setelah mati, ruh seseorang akan
berada di alam barzah atau alam kubur yang merupakan alam antara dunia dan
akhirat. Setiap mahluk yang hidup akan menemui kematian. Binatang- binatang
akan mati setelah masa hidupnya selesai. Tumbuh- tumbuhan juga akan mengalami
hal yang sama, demikian juga manusia. Hal itu seperti yang di jelaskan Allah
dalam surah Ali Imran Ayat 185,“ Tiap –tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa
di jauhakan dari neraka dan di masukan ke dalam surga, maka sesungguhnya
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan yang
memberdayakan.”
Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke
asala yakni tanah. Dan rohan kembali kealam kubur (alam Barzah). Alam kubur
adalah alam tempat hidup umat manusia setelah mati sampai mereka kembali di
bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari perhitungan atas amal perbuatan
mereka ketika di dunia. Ada dua kelompok manusia di Alam barzah, yaitu :
1)
Kelompok yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT
adalah kelompok orang mukmin yang saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan
yang diajukan dengan baik tanpa ada rasa takut dan gentar. Kemudian Allah SWT,
memperlihatkan kepadanya salah satu pintu surga tempat tinggalnya nanti yang
penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan.
2)
Kelompok yang memperoleh murka dari Allaw SWT adalah
kelompok orang –orang yang kafir . Ia mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar
dan malaikat Nangkir itu, tetapi ia tidak bisa menjawabnya. Kemudian AllahSWT,
memperlihatkan kepadanya salah satu pintu neraka dengan berbagai macam siksaan.
b.
Kiamat Kubra ( kiamat besar) adalah kiamat yang
mengakhiri kehidupan dunia, karena hancurnya alam semesta beserta isinya.[5]
Keadaan alam semesta dan segala isinya pada waktu terjadi kiamat banyak di
jelaskan Allah dalam Al-Quran. Kapankah terjadinya hari kiamar kubra itu ?
Hanya Allah saja yang mengetahui. Tidak ada satu mahluk pun yang mengetahuinya
termasuk para malaikat Allah. Setelah kiamat kubra terjadi maka malaikat
Israfil akan meniup sangkakala untuk yang kedua kalinya. Hal ini pertanda Allah
akan membangkitkan dan menghidupkan kembali manusia yang paling akhir yang
hidup du muka bumi akan bangkitnya dari alam kubur. Peristiwa ini di namakan
Yaumul ba’ast.
Kapan
terjadinya hari kiamat hanya Allah yang tahu, tidak ada satu makhlukpun yang
dapat mengetahui secara pasti kapan kiamat terjadi (QS. Thoha : 15)
Berikut dalil yang
menjelaskan adanya hari akhir Yakni:
1)
Surat An-Naml Ayat 87
“ Dan (ingatlah) hari (ketika) di tiup sangkakala, maka
terkejutlah segala yang ada di bumi, di langit dan segala yang ada di bumi,
kecuali siapa yang di kehendaki Allah SWT. Dan semua akan datang menghadap-Nya dengan
merendahkan Diri.”
2)
Surat Al-Infitar ayat 1-3
“Apabila langit terbelah , dan
bintang- bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan di jadikan meluap”
3)
Sutat Al- Muzzamil ayat 14
“Pada haribumi dan gunung-gunung bergoncangan, dna menjadikan
gunung-gunung itu tumpukan- tumpukan pasir yang berterbangan”.
2.
Tanda-tanda
hari akhir
Tanda-tanda
hari kiamat diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syibah, Muslim dan Turmudzi. Tanda-tanda hari kiamat adalah sebagai
berikut [6]:
a.
Tanda-tanda
yang kecil, antara lain :
1)
Munculnya
nabi muhammad saw dan wafatnya.
2)
Waktu akan
berlalu lebih cepat
3)
Padang gurun
arab berubah menjadi hijau
4)
Ilmu agama
dianggap tidak penting
5)
Perzinaan,
minuman keras, fitnah, pencurian, penipuan, pembuhan meraja rela dimana mana.
6)
Jumlah wanita
lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan 50:1
7)
Banyak
terjadi gempa bumi / musibah / bencana alam
8)
Lahirnya
dajjal (tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan allah swt
9)
Adanya dua golongan besar yang saling membunuh, tetapi
sama-sama mengaaku dirinya memperjuangkan agama islam.
10) Fitnah muncul di mana-
mana
11) Banyak manusia yang
menginginkan dirinya mati.
b.
Tanda-tanda
yang besar , antara lain :
1)
Matahari
terbit dari barat
2)
Munculnya
binatang ajaib yang dapat berbicara
3)
Keluarnya
dajjal
4)
Turunnya Isa
Almasih dari surga dan berdoa di belakang Imam Mahdi
5)
Rusaknya
Ka’bah dengan sendirinya
6)
Seluruh
manusia menjadi kafir dan lenyapnya Al- Qur’an
7)
Berkuasanya
Bangsa Ya’juj dan Ma’juj di muka bumi.
3.
Gambaran
hari kiamat menurut Al- Qur’an
a.
Datangnya
hari kiamat ditandai dengan tiupan sang sakala. ( Q.S.An- Naml : 87)
b.
Bumi
digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang
dikandungnya (QS. Al- Zalzalah : 1 – 5)
c.
Gunung-gunung
kemudian pecah berterbangan menjadi pasir (QS. Al- Haqqah :
14)
d.
Matahari di
gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al- Infithor : 1
– 3)
e.
Manusia tidak
dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah terhadap anaknya
sendiri. (QS. Lukman : 33)
4.
Fungsi
Iman Kepada Hari Kiamat
a.
Menjadikan
manusia bersikap hati-hati dalam hidup di dunia sehingga akan selalu taat
kepada petunjuk-petunjuk agama dan membatasi diri terhadap kesenangan hidup di
dunia.
b.
Berusaha
menjadi manusia yang baik selama hidup di dunia, yakni berbakti kepada Allah
swt, orang tua, dan berbuat baik terhadap sesama manusia.
c.
Menyadarkan
manusia akan adanya hari akhir sebagai kehidupan yang hakiki bagi manusia.
d.
Menyadarkan
manusia bahwa kehidupan di hari akhir adalah tujuan setiap manusia yang hidup
di dunia.
e.
Mendorong
manusia untuk memperbanyak amal sholeh dan meninggalkan segala
larangan-larang-Nya.
5.
Hikmah
Beriman Kepada Hari Akhir
Kalau
kita perhatikan gaya hidup orang Korea atau orang Barat, mereka biasa saja
melakukan hal-hal yang menurut kita adalah perbuatan dosa, yang kalau diteliti
lebih dalam keajaran agama mereka juga merupakan perbuatan dosa atau hal yang
tidak baik. Kalau ditanya apakah tidak takut balasan nanti hidup setelah mati
(di akhirat)? Mereka akan mengatakan, "Hidup hanya sekali saja. Nikmatilah...".
Persis seperti yang difirmankan Allah SWT :
"Dan
mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia
saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain
masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu,
mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (QS 45:24)
"tidak
ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan
dibangkitkan," (QS 44:35)
Namun
yang menyedihkan adalah ada sebagian kaum muslimin yang ikut-ikutan cara pandang
mereka itu. Padahal sebagai orang beriman seharusnya meyakini adanya hari akhirat,
sebagaimana firman Allah SWT:
"dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat." (QS 2:4)
Keyakinan
kepada hari akhirat akan memberikan beberapa hikmah kepada orang yang
mengimaninya, sebagai berikut :[7]
a.
Tidak akan
meniru pola hidup orang kafir (yang tidak beriman).
"Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya." (QS.3:196-197)
Allah SWT telah memperingatkan kita supaya tidak terpedaya dan ikut-ikutan gaya hidup orang kafir, yang penuh dengan kebebasan (foya-foya, dugem, mabok, free sex, dll). Itu adalah kesenangan sementara saja, selama hidup didunia. Tetapi akibatnya ditanggung selama-lamanya didalam neraka jahanam. Naudzubillahi min dzaalik.
"Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya." (QS.3:196-197)
Allah SWT telah memperingatkan kita supaya tidak terpedaya dan ikut-ikutan gaya hidup orang kafir, yang penuh dengan kebebasan (foya-foya, dugem, mabok, free sex, dll). Itu adalah kesenangan sementara saja, selama hidup didunia. Tetapi akibatnya ditanggung selama-lamanya didalam neraka jahanam. Naudzubillahi min dzaalik.
b.
Selalu
beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan.
Orang yang beriman dengan adanya hari akhir
yakin dan mengharap akan bertemu dengan Allah, oleh karena itu dia akan selalu
berusaha beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sehingga
ketika menemui-Nya dalam keadaan siap.
"... Dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira
orang-orang yang beriman." (QS 2:223)
"... Barang
siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya". (QS 18:110)
c.
Selalu
berbuat baik dan benar.
Orang yang beriman kepada hari akhir akan
selalu berbuat baik dan benar dalam hidupnya.
"Dan takutlah kamu kepada suatu
hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan
tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat
sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong." (QS 2:123)
Mengapa harus baik dan benar? Karena
perbuatan baik belum tentu benar, tetapi perbuatan benar sudah pasti baik.
Misalnya, perbuatan menolong orang adalah baik, tetapi belum tentu benar.
Menolong orang dalam rangka apa? Apakah menolong dalam rangka kebaikan dan
takwa, atau dalam rangka dosa. Menolong orang berbuat dosa atau jahat adalah
tidak benar dan tidak dibenarkan dalam Islam.
"... Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya." (QS 5:2)
Bukan hanya harus melakukan perbuatan baik
dan benar, perkataan pun harus baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah
saw:
"Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah ia berhata benar atau diam." (HR Bukhari dan
Muslim)
d.
Mau berjihad
dijalan Allah dengan jiwa dan harta.
Berjihad bagi orang yang beriman kepada
hari akhir adalah sebuah kemestian, karena jihad dengan jiwa dan harta
merupakan jual beli seorang mukmin dengan Allah, serta merupakan pembenaran
atas keimanannya.
"Sesungguhnya Allah telah membeli
dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.
(Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al
Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar." (QS 9:111)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (QS 49:15)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (QS 49:15)
e.
Tidak bakhil
(kikir) dalam berinfaq.
Ketika seseorang beriman kepada hari akhir,
ia akan selalu berinfak dijalan Allah dengan tidak kikir. Karena ia tahu akibat
kikir terhadap hartanya itu dikemudian hari, serta ia tahu pahala yang berlipat
ganda yang diterimanya bila ia berinfak dijalan Allah SWT.
"Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu
adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang
ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS
3:180)
"Kecelakaanlah bagi setiap
pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia
mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak!
Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah
kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
(sedang "mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang." (QS
104:1-9)
"Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati." (QS 2:261-262)
f.
Memiliki
kesabaran dalam kebenaran dan ketika tertimpa musibah.
Ketika keimanan kepada hari akhir tertanam dalam hati, maka orang itu akan selalu sabar dalam kebaikan dan dalam keadaan apapun. Meskipun musibah menimpa dirinya, ia akan tetap sabar bahkan meningkatkan kesabarannya.
Ketika keimanan kepada hari akhir tertanam dalam hati, maka orang itu akan selalu sabar dalam kebaikan dan dalam keadaan apapun. Meskipun musibah menimpa dirinya, ia akan tetap sabar bahkan meningkatkan kesabarannya.
"Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung."
(QS 3:200)
"Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun." (QS
2:155-156)
Ia tahu bahwa dunia ini hanya sementara,
semua akan mati. Penderitaan didunia hanyalah sementara, segala sesuatu akan
disempurnakan diakhirat nanti, sebagaimana firman Allah SWT:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan." (QS 3:185)
6. IMPLIKASI
Iman kepada Hari Akhir dan pembalasan merupakan bagian dari
ideologi agama yang mampu membantu manusia untuk menghindari perbuatan dosa.
Arti dari iman kepada Ma'ad (Hari Akhir) adalah keyakinan bahwa setelah mati,
manusia dengan izin Tuhan akan dibangkitkan kembali dan menghadapi pengadilan
Ilahi. Kitab catatan perbuatan manusia dibentangkan dihadapan mereka. Manusia
saat itu akan menyaksikan seluruh perbuatan baik dan buruknya, yang besar
maupun kecil sepanjang hidupnya.
Allamah Tabatabai, filosof dan ahli tafsir Iran terkait hal ini
mengatakan,"Manusia yang meyakini Hari Akhir senantiasa menyadari bahwa
setiap perbuatannya di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Mengetahui. Ia
mengetahui bahwa suatu hari akan datang saat di mana seluruh amal perbuatannya
diperhitungkan dengan adil. Keyakinan akan proses pengadilan yang adil ini
tidak akan mampu dilakukan oleh ratusan ribu polisi maupun agen rahasia, kerena
mereka ini melakukan pekerjaan dari luar, namun pengawasan Tuhan adalah kontrol
internal di mana tidak ada sesuatu yang tersembunyi dari pengawasannya."
Ketika seseorang meyakini akan hari akhir dan memandang dirinya
harus bertanggung jawab nanti dihadapan Tuhan, ia senantiasa akan menjaga
setiap amal perbuatannya. Dalam kondisi seperti ini ia tidak membutuhkan polisi
untuk mengawasi setiap tindakannya. Perbuatan terang-terangan atau rahasia
baginya sama saja dan ia selalu menjaga hak masyarakat demi kerelaan
Tuhan serta tidak melampaui hak dalam bertindak.[8]
Manusia yang beriman kepada Hari Akhir memiliki
kemampuan untuk mengontrol berbagai kecenderungan negatif seperti egoisme,
cinta harta, kekuasaan, hawa nafsu dan rasa marah. Sosok seperti ini melewati
masa-masa sensitif kehidupannya dengan mengingat Hari Kiamat. Kepercayaan
seperti ini akan memberinya keberanian dan rela berkorban, sehingga terciptalah
pribadi yang meyakini syahadah sebagai puncak kemuliaan serta tujuan suci
kehidupan.[9]
Dari kecenderungan negatif tersebut salah satunya dapat kita jelaskan seperti menghindari sifat cinta
dunia dan harta secara beriebihan.
Cinta dunia dan harta secara
berlebihan dihindari oleh orang yang beriman kepada hari akhir. Cinta dunia dan
harta secara berlebihan bukanlah sikap seseorang yang beriman kepada hari
akhir. Seseorang yang dikaruniai harta akan dimintai pertanggungjawaban di
akhirat kelak. Oleh karena itu, seseorang yang beriman dan dikaruniai harta
berlebih akan mempergunakan hartanya tersebut di jalan-Nya, la akan
membelanjakan hartanya di jalan yang diridai Allah. Membantu fakir miskin,
membantu pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, dan kegiatan lain yang
diridai Allah swt.
Seseorang yang beriman dapat
meneladani sikap Usman bin Affan, Abu Bakar, dan Umar bin Khattab. Mereka
mengabdikan diri dan seluruh kekayaannya di jalan yang diridai Allah swt. Suatu
contoh yang patut ditiru dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, seseorang yang dikaruniai harta dilarang bersikap boros atau kikir.
Ingatlah kembali kisah
Qarun. Tahukah Anda siapakah Qarun itu? Ya, seorang kaya raya yang hidup pada
masa Nabi Musa a.s. Qarun dikaruniai harta yang melimpah. Akan tetapi, ia tidak
pernah bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diterimanya. la beranggapan
bahwa hartanya adalah mutlak miliknya tanpa ada campur tangan Allah swt. la
enggan mengeluarkan zakat atau membantu fakir miskin. Harta yang dititipkan
kepadanya hanya ditumpuk dan terus ditumpuk. Akhirnya, Qarun beserta harta
benda yang dicintainya lenyap ditelan bumi.
Pelajaran berharga dapat
ditarik dari kisah Qarun. Harta yang sangat banyak tidak bermanfaat jika tidak dibelanjakan
di jalan-Nya. Qarun menjadi orang yang kikir dan tidak melaksanakan
perintah-Nya. Akhirnya, Qarun meninggal dunia bersama harta yang dicintainya,
Harta yang saat ini mungkin kita banggakan hanya titipan Allah swt. Dia berhak
untuk mengambilnya kapan saja. Ingatlah bahwa harta yang bermanfaat adalah
harta yang dibelanjakan di jalan yang diridai-Nya. Oleh karena itu, jika
dikaruniai kelebihan harta, jangan sampai harta tersebut melenakan Anda dari
mengingat Allah swt.[10]
[1] Ade Fatoni, Rukun Iman dan Islam, hlm. 160
[2] Drs. Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, hlm. 298
[3] Ibn Katsir, al-Nihayah fi al-Fitani wa al-Malahimi, dan Asyrath
al-Saati karangan wabil, hlm. 74 dalam Dr. Abdul Muhsin al-Muthairi, Buku
Pintar Hari Akhirat, hlm. 9
[4] Ade Fatoni, Rukun Iman dan Islam, hlm. 176
[5] Ibid., hlm 176
[6] Ade Fatoni, Rukun Iman dan Islam, hlm. 177-180 dan Drs. Syahminan Zaini,
Kuliah Aqidah Islam, hlm. 313-314
[7] Ade Fatoni, Rukun Iman dan Islam, hlm. 202-207
[9] Ibid.,
0 Comments:
Post a Comment