Header Ads

23 December 2016

AL-WALIYU ( MAHA PELINDUNG)

AL-WALIYU ( MAHA PELINDUNG)
Dialah zat yang menolong dan mengendalikan seluruh urusan mahluk-mahluk-Nya dengan baik, menguasai urusan mahluk-Nya dengan kasih sayangdan pertolongan.
Nama Allah, Al Waaliyu ( الولى ) dibaca Al Wali termasuk Al-Asma`ul Husna,
firman Allah :

v  Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah :” Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk ( yang benar ) “. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan kapadamu, maka allah tidak lagi menjadi perlindungan dan penolongan bagimu.(Al-Baqarah [2]:120)
v  Dan allah lebih mengetahui ( dari pada kamu ) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah allah menjadi perlindung (bagimu). Dan cukuplah allah menjadi penolong (bagimu). (An-Nisaa’ [4]:45)
v  Sesungguhnys kepunyaan allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan. Dan sekali-kali tudak ada pelindung dan penolong bagimu selain allah (At-Taubah [9]:116)
Al Waliy maknanya Al-Muhibh (yang mencintai), An Nashir (yang menolong), Al-Mutawalli amra khalqihi (yang menyelesaikan urusan makhluk-Nya), dan Al Mukhtashshina bi Ihsanihi (yang khusus mendapatkan kebaikan-Nya)
Firman Allah yang artinya:
“… dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Jatsiyah: 19)
Dalam arti bahwa Allah-lah yang mengurus kemenangan mereka, dan Dialah yang meninggikan keadaan mereka, memelihara dan menjaga mereka.
Firman Allah SWT yang lain:
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.” (QS. Muhammad: 11)
Para wali diantara hamba-hamba Allah itu ialah orang yang mencintai Allah dan mencintai aulia-Nya, menolong-Nya dan menolong aulia-Nya, serta memusuhi musuh-musuh-Nya. Di antara musuh-musuh-Nya ialah nafsu dan setan. Barangsiapa menghinakan keduanya, berarti ia adalah wali di antara hamba-hamba Allah.
Berakhlak dengan ism ini menghendaki agar anda menegakkan kebaktian kepada Allah, dan menjadi wali bagi-Nya. Makna wali itu ialah orang yang segala keadaannya diurus oleh Allah, dan tidak dibiarkan-Nya diurus oleh yang lain-Nya.
Kata “al-waly” akarnya terdiri dari huruf-huruf wauw, lam dan ya’. Maknanya telah d uraikan ketika menguraikan sifat allah al-waly.
            Menurut banyak ulama kata al-waly bermakna“penguasa”,“pemerintah”, dan “pemilik sesuatu yang dapat mengelola dan menggunaknnya sesuai kehendak-Nya”. Pakar bahasa ibnu manzur menulis bahwa salah satu nama allah adalah al-waly yakni pemilik segala sesuatu sserta pengelolanya. Ulama lain berkomentar, “seakan-akan kekuasaan dan pemerintahan menuntut adanya pengelolaan, kekuasaan atau aktivitas yang tidak dapat di himpun kecuali yang menyandang atribut waly.
            Walaupun kata “al-waliy” tidak ditemukan dalam al-qur’an, baik sebagai sifat allah maupun selain-Nya, namun kata waly ditemukan sekali, yaitu firman-Nya yang berbunyi  
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ 
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selau mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia” (Q.S.Ar-ra’d :11).
Makna kata “waly” di sini bukan penguasa, sebagaimana makna populernya, tetapi “pelindung”.
            Memang allah adalah “waly” dan dia juga adalah “waly” baik dalam arti “penguasa, yang memerintah” maupun “pemilik sesuatu yang dapat mengelola dan menggunakannya sesuai kehendak-Nya”. Pengertian kata-kata ini telah banyak di uraikan ketika menjelaskan arti sifat-Nya Al-malik.
            Dengan memperhatikan ayat yang menggunakan kata “waliy” di atas, terkesan bahwa Allah yang berkuasa, memerintah dan memiliki itu, melakukan hal-hal yang mengantar kepada pemeliharaan yang dipimpin dan dikuasai-nya.
            Manusia dapat menjadi waliy, baik dalam arti pemilik maupun pengurus dan pengelola sesuatu, baik terhadap makhluk hidup maupun tak bernyawa. Apapun yang berada dibawah pengrlolaan dan kepemilikannya, harus dipelihara dan dilindungi, bahkan yang tidak bernyawapun hendak ia perlakukan seakan-akan makhluk hidup yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang. Demikian itu adanya, maka lebih-lebih lagi jika yang berada dibawah pengelolaan dan pemerintahaannya adalah masyrakat manusia.
            Perhatikan ayat di atas bagaimana Allah yang menyandang atribut waliy itu, menugaskan malaikat-malaikat yang “selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakang nya”, bukan manusia secara berkelompok tetapi tiap-tiap orang dan bukan untuk memata-matainya, tetapi agar “para malaikat itu menjaganya atas perintah allah”.
            Selanjutnya perhatikan peranan Allah selaku waliy bagi masyarakat manusia, “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Allah di sini menunjukkan peranan-Nya, sekaligus menuntut dari masyarakat manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan fungsi dan kemampuan mereka.
Pada bagian akhir dari ayat satu-satunya yang menggunakan kata “waliy” ini, terlihat sekali lagi peranan waliy, yakni bertanggung jawab sepenuhnya memberikan perlindungan sehingga tiada pelindung kecuali dia sendiri. Manusia yang menjadi waliy di samping dituntut untuk meneladani Allah dalam pemberian perlindungan itu,sesuai kemampuannya, ia juga dituntut untuk tidak mencari perlindungan kecuali untuk kepada Allah  SWT, karena
ã@sWtB šúïÏ%©!$# (#räsƒªB$# `ÏB Âcrߊ «!$# uä!$uŠÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsƒªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur šÆyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøŠt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÍÊÈ
“perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah yang paling rapuh adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui” (Q.s. Al-Ankabut :41)
Demikian, seharusnya seorang penguasa yang memerintah masyarakat manusia. Ia harus memberi pemeliharaan terhadap mereka, tidak boleh mencurigai dan memata-matai masyarakatnya karena seperti sabda Nabi Saw, “ sesungguhnya seoang penguasa yang mencurigai masyarakatnya, maka ia telah merusak (keharmonisan) masyarakat itu”.
Yang meneladani-Nya dalam sifat ini, dituntut pula untuk membimbing masyarakat melakukan hal-hal yang sesuai dengan tugas dan kemampuan mereka, mengubah nasib mereka dan mengalihkan yang negatif ke yang positf , yang baik kepada yang lebih baik, dengan memberi perhatian kepada sisi dalam  manusia yakni iman dan taqwanya serta pengetahuan dan tekadnya. Tentu saja sang waliy harus memulai dari dirinya terlebih dahulu. Bukankah Allah telah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad Saw dengan firman-Nya,
ö@ÏF»s)sù Îû È@Î6y «!$# Ÿw ß#¯=s3è? žwÎ) y7|¡øÿtR 4 ÇÚÌhymur tûüÏZÏB÷sçRùQ$# ( Ó|¤tã ª!$# br& £#ä3tƒ }¨ù't/ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ª!$#ur x©r& $Uù't/ x©r&ur WxŠÅ3Zs? ÇÑÍÈ
“maka berperanglah kamu di jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Korbankan lah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan-serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan-Nya” (Q.s. An-nisa : 84)
Dikalangan orang-orang Mu'min, Wali adalah orang yang mencintai Allah dan mencintai ahli-ahli-Nya, meperlihatkan permusuhan dengan musuh-musuh-Nya. Berarti barangsiapa yang mengabaikan godaan-godaan setan, sesungguhnya ia memajukan urusan-urasan Allah dan ahli-ahli-Nya.

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa` (Yunus:62~63)

Rasulullah Saw bersabda: Firman Allah SWT: `Barangsiapa wali-Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang padanya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada menjalankan kewajiban-kewajiban yang aku wajibkan kepadanya dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan yang sunnah-sunnah, sehingga Aku mencintainya` (HR. Bukhari).

Lafazh Waliy mempunyai dua makna, yaitu
(1)_Orang yang dipelihara dan dijaga oleh Allah dan diambil alih kekuasaannya oleh Allah.
“Dia melindungi orang-orang yang saleh” (07-Al A'raaf:196) 
Dengan demikian sejenakpun para wali tidak mengurusi dirinya.
(2)_Orang yang secara aktif melaksanakan ibadah kepada Allah dan mematuhi-Nya secara istiqomah tanpa diselingi kemaksiatan.

Kedua makna diatas merupakan syarat kewalian. Oleh karena itu seorang Wali Allah haruslah yang dipelihara (mahfudz) sebagaimana seorang Nabi Allah dan mereka harus terjaga dari perbuatan dosa dan rendah (ma'shuum). Setiap orang yang bertentangan dengan syara', tidak dapat dikategorikan sebagai Wali Allah. Sesungguhnya mendekatkan diri kepada Allah dapat dilakukan dengan melaksanakan kefardhuan atau ibadah-ibadah sunat. Dan yang paling dicintai Allah adalah yang melaksanakan kefardhuan. Kefardhuan mencakup Fardhu 'Ain dan Fardhu Kifayah.
Seorang wali selalu melihat dirinya dengan rendah hati, jika terlihat sedikit saja karomahnya, dia khawatir hal itu akan menipu dirinya. Dia selalu merasa takut jatuh dari kedudukan kewaliannya dan membawa akibat yang berbalik kepadanya. Mereka menjadikan syariat kewalian harus selaras dengan keteguhannya hingga akhir hayatnya.

Ketika Rasulullah Saw menyatakan bahwa sepuluh orang sahabat mengetahui bahwa sepuluh orang ini terjamin keselamatannya dikemudian hari. Keadaan mereka tidak tercela atau tercemar. Untuk mengetahui Kenababian adalah Mu'jizatnya dan karomah adalah tanda kewalian, dan akan tampak dalam kebenarannya.

Jika ingin menjadi wali-Nya, janganlah menginginkan harta duniawi dan ukhrowi, kosongkan diri untuk Allah semata, dan palingkan wajah kepada-Nya sehingga Dia berpaling kepadamu dan menjadikanmu sebagai wali-Nya' (Ibrahim bin Adham)
Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiap-tiap nama dari Asmaul-Husna yang amat masyhur itu. Pengertian yang kita terangkan secara ringkas seringkas-ringkasnya. Bila dibentangkan atau diuraikan dengan panjang, maka  nama Allah, Al Waaliyu tidak cukup dengan sebuah buku tebal seribu halaman, Allah tidak terbatas keagungan, ketinggian, kemuliaan dan kesempurnaa-Nya.        



















DAFTAR PUSTAKA
  
K.H.Zinal Abidin,2001,pengamalan asmaul husna dalam kehidupan sehari-hari,jakarta,PT Pertja,hal 66
wikipedia.org
M.qurais shihab,2005,menyingkap tabir ilahi asmaul husna menurut perspektif al-qur’an,jakarta,lentera hati,hal 336-339












                                                                                                                                     

(Al-Waliy)
Al-Waliy artinya Yang Maha Melindungi. Allah adalah Dzat yang maha melindungi serta memberikan perlindungan bagi semua makhluk ciptaannya. Tidak ada kekuatan manapun yang dapat mengalahkannya. Allah swt berfirman:
Artinya: Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. As-Syuura: 9).
Dalam kehidupan manusia tidak ada pelindung yang sejati, kecuali perlindungan Allah swt. Manusia yang hidup dalam keadaan serba berkecukupan pun, tidak bisa menjadikan hartanya untuk melindungi dirinya dari tidak beriman kepada Allah. Sebaliknya, orang yang tidak punya harta dihantui kekhawatiran tidak bisa makan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Orang yang tidak punya, ada kecenderungan untuk mudah dipengaruhi agar jauh dari Allah swt. Oleh karena itu, sangat tepat kiranya jika manusia, dalam kondisi apapun senantiasa memohon perlindungan Allah agar keimanannya tetap terjaga,sebab hanya Allah yang dapat memberikan perlindungan yang baik.
 Allah berfirman dalam surat yusuf ayat 64:
Artinya: Berkata ya’qub: “Bagaimana aku akan mempercayakannya (bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (yusuf) kepada kamu dahulu?”. Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Para Penyayang. (QS. Yusuf:4).
Ayat di atas memberikan gambaran tentang kepasrahan Nabi Ya’kub, ketika menghadapi anak-anaknya dan perlakuan yang sudah diberikan kepada Nabi Yusuf dan tidak ingin kejadian itu terulang kembali kepada anaknya yang lain adalah saudara Nabi Yusuf (Bunyamin). Karena itu Nabi Ya’kub berkata: “Aku hanya bertawakal kepada Allah dengan menjaga Bunyamin, tidak kepada kalian. Aku berharap, semoga Allah menyayangiku dengan menjaga Bunyamin, tidak memberikan cobaan kepadaku dengan menghilangkan saudaranya Yusuf. Sesungguhnya rahmat-Nya amat luas dan karunia-Nya amat besar”.
Dari ilustrasi kisah Nabi Yusuf di atas dapat memberikan inspirasi kepada kita bahwa Allah adalah Maha Melindungi dan Maha Penjaga. Bukti dari itu semua, sebagaimana dikisahkan dalam Al-qu’an, Nabi Yusuf akhirnya benar-benar di jaga oleh Allah swt. Penjagaan Allah atas Nabi Yusuf itu dilakukan sejak di buang oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur, sampai dengan akhirnya Nabi Yusuf menjadi Penguasa Mesir. Artinya manusia harus berusaha dengan keras terhadap usaha untuk mencapai kebaikan dalam hidup, tetapi seterusnya semua hasilnya sangat tergantung kepada Allah swt.
            Kita juga tidak perlu cemas dan khawatir dalam situasi apapun, baik sedih,susah, serba kesulitan dan sebagainya, selama kita masih memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, pasti Allah akam memberikan perlindungan kepada kita.


0 Comments:

Post a Comment