AL-WALIYU ( MAHA
PELINDUNG)
Dialah
zat yang menolong dan mengendalikan seluruh urusan mahluk-mahluk-Nya dengan
baik, menguasai urusan mahluk-Nya dengan kasih sayangdan pertolongan.
Nama Allah, Al Waaliyu ( الولى ) dibaca Al Wali termasuk Al-Asma`ul Husna,
firman Allah :
v
Orang-orang yahudi dan nasrani
tidak akan senang kepada kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah :” Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk ( yang benar ) “. Dan sesungguhnya jika
kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan kapadamu, maka allah tidak lagi menjadi perlindungan
dan penolongan bagimu.(Al-Baqarah
[2]:120)
v Dan allah lebih mengetahui ( dari pada
kamu ) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah allah menjadi perlindung (bagimu). Dan cukuplah allah menjadi penolong (bagimu). (An-Nisaa’ [4]:45)
v Sesungguhnys
kepunyaan allah-lah kerajaan
langit dan bumi. Dia menghidupkan
dan mematikan. Dan sekali-kali
tudak ada pelindung dan penolong bagimu selain allah (At-Taubah [9]:116)
Al Waliy maknanya Al-Muhibh (yang
mencintai), An Nashir (yang menolong), Al-Mutawalli amra khalqihi
(yang menyelesaikan urusan makhluk-Nya), dan Al Mukhtashshina bi Ihsanihi
(yang khusus mendapatkan kebaikan-Nya)
Firman Allah
yang artinya:
“… dan Allah adalah pelindung
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Jatsiyah: 19)
Dalam arti bahwa Allah-lah yang mengurus kemenangan mereka, dan Dialah yang meninggikan keadaan mereka, memelihara dan menjaga mereka.
Dalam arti bahwa Allah-lah yang mengurus kemenangan mereka, dan Dialah yang meninggikan keadaan mereka, memelihara dan menjaga mereka.
Firman Allah SWT
yang lain:
“Yang demikian itu karena
sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena
sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung.”
(QS. Muhammad: 11)
Para
wali diantara hamba-hamba Allah itu ialah orang yang mencintai Allah dan
mencintai aulia-Nya, menolong-Nya dan menolong aulia-Nya, serta memusuhi
musuh-musuh-Nya. Di antara musuh-musuh-Nya ialah nafsu dan setan. Barangsiapa
menghinakan keduanya, berarti ia adalah wali di antara hamba-hamba Allah.
Berakhlak
dengan ism ini menghendaki agar anda menegakkan kebaktian kepada
Allah, dan menjadi wali bagi-Nya. Makna wali itu ialah orang yang segala
keadaannya diurus oleh Allah, dan tidak dibiarkan-Nya diurus oleh yang
lain-Nya.
Kata
“al-waly” akarnya terdiri dari huruf-huruf wauw, lam dan ya’. Maknanya telah d
uraikan ketika menguraikan sifat allah al-waly.
Menurut banyak ulama kata al-waly
bermakna“penguasa”,“pemerintah”, dan “pemilik sesuatu yang dapat mengelola dan
menggunaknnya sesuai kehendak-Nya”. Pakar bahasa ibnu manzur menulis bahwa
salah satu nama allah adalah al-waly yakni pemilik segala sesuatu sserta
pengelolanya. Ulama lain berkomentar, “seakan-akan kekuasaan dan pemerintahan
menuntut adanya pengelolaan, kekuasaan atau aktivitas yang tidak dapat di
himpun kecuali yang menyandang atribut waly.
Walaupun kata “al-waliy” tidak
ditemukan dalam al-qur’an, baik sebagai sifat allah maupun selain-Nya, namun
kata waly ditemukan sekali, yaitu firman-Nya yang berbunyi
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
“Bagi manusia
ada malaikat-malaikat yang selau mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali kali tak ada pelindung bagi
mereka selain dia” (Q.S.Ar-ra’d :11).
Makna kata
“waly” di sini bukan penguasa, sebagaimana makna populernya, tetapi
“pelindung”.
Memang allah adalah “waly” dan dia
juga adalah “waly” baik dalam arti “penguasa, yang memerintah” maupun “pemilik
sesuatu yang dapat mengelola dan menggunakannya sesuai kehendak-Nya”. Pengertian
kata-kata ini telah banyak di uraikan ketika menjelaskan arti sifat-Nya
Al-malik.
Dengan memperhatikan ayat yang
menggunakan kata “waliy” di atas, terkesan bahwa Allah yang berkuasa,
memerintah dan memiliki itu, melakukan hal-hal yang mengantar kepada
pemeliharaan yang dipimpin dan dikuasai-nya.
Manusia dapat menjadi waliy, baik dalam arti pemilik maupun
pengurus dan pengelola sesuatu, baik terhadap makhluk hidup maupun tak
bernyawa. Apapun yang berada dibawah pengrlolaan dan kepemilikannya, harus
dipelihara dan dilindungi, bahkan yang tidak bernyawapun hendak ia perlakukan seakan-akan
makhluk hidup yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang. Demikian itu
adanya, maka lebih-lebih lagi jika yang berada dibawah pengelolaan dan
pemerintahaannya adalah masyrakat manusia.
Perhatikan ayat di atas bagaimana
Allah yang menyandang atribut waliy itu, menugaskan malaikat-malaikat yang
“selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakang nya”,
bukan manusia secara berkelompok tetapi tiap-tiap orang dan bukan untuk
memata-matainya, tetapi agar “para malaikat itu menjaganya atas perintah
allah”.
Selanjutnya perhatikan peranan Allah
selaku waliy bagi masyarakat manusia, “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. Allah
di sini menunjukkan peranan-Nya, sekaligus menuntut dari masyarakat manusia
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan fungsi dan kemampuan mereka.
Pada
bagian akhir dari ayat satu-satunya yang menggunakan kata “waliy” ini, terlihat
sekali lagi peranan waliy, yakni bertanggung jawab sepenuhnya memberikan
perlindungan sehingga tiada pelindung kecuali dia sendiri. Manusia yang menjadi
waliy di samping dituntut untuk meneladani Allah dalam pemberian perlindungan
itu,sesuai kemampuannya, ia juga dituntut untuk tidak mencari perlindungan
kecuali untuk kepada Allah SWT, karena
ã@sWtB úïÏ%©!$# (#räsªB$# `ÏB Âcrß «!$# uä!$uÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur Æyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$2 cqßJn=ôèt ÇÍÊÈ
“perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung
selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Sesungguhnya rumah
yang paling rapuh adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui” (Q.s.
Al-Ankabut :41)
Demikian,
seharusnya seorang penguasa yang memerintah masyarakat manusia. Ia harus
memberi pemeliharaan terhadap mereka, tidak boleh mencurigai dan memata-matai
masyarakatnya karena seperti sabda Nabi Saw, “ sesungguhnya seoang penguasa
yang mencurigai masyarakatnya, maka ia telah merusak (keharmonisan) masyarakat
itu”.
Yang
meneladani-Nya dalam sifat ini, dituntut pula untuk membimbing masyarakat
melakukan hal-hal yang sesuai dengan tugas dan kemampuan mereka, mengubah nasib
mereka dan mengalihkan yang negatif ke yang positf , yang baik kepada yang
lebih baik, dengan memberi perhatian kepada sisi dalam manusia yakni iman dan taqwanya serta
pengetahuan dan tekadnya. Tentu saja sang waliy harus memulai dari dirinya
terlebih dahulu. Bukankah Allah telah memberi petunjuk kepada Nabi Muhammad Saw
dengan firman-Nya,
ö@ÏF»s)sù Îû È@Î6y «!$# w ß#¯=s3è? wÎ) y7|¡øÿtR 4 ÇÚÌhymur tûüÏZÏB÷sçRùQ$# ( Ó|¤tã ª!$# br& £#ä3t }¨ù't/ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ª!$#ur x©r& $Uù't/ x©r&ur WxÅ3Zs? ÇÑÍÈ
“maka
berperanglah kamu di jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban
kamu sendiri. Korbankan lah semangat para mukmin (untuk berperang).
Mudah-mudahan Allah menolak serangan-serangan orang-orang yang kafir itu. Allah
amat besar kekuatan dan amat keras siksaan-Nya” (Q.s. An-nisa : 84)
Dikalangan orang-orang Mu'min, Wali adalah orang yang mencintai Allah dan
mencintai ahli-ahli-Nya, meperlihatkan permusuhan dengan musuh-musuh-Nya.
Berarti barangsiapa yang mengabaikan godaan-godaan setan, sesungguhnya ia
memajukan urusan-urasan Allah dan ahli-ahli-Nya.
Ingatlah, sesungguhnya
wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa`
(Yunus:62~63)
Rasulullah Saw bersabda: Firman Allah SWT: `Barangsiapa wali-Ku, maka sungguh Aku telah
mengumumkan perang padanya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri
kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada menjalankan
kewajiban-kewajiban yang aku wajibkan kepadanya dan senantiasa hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan yang sunnah-sunnah, sehingga Aku
mencintainya` (HR. Bukhari).
Lafazh Waliy
mempunyai dua makna, yaitu
(1)_Orang yang dipelihara dan dijaga oleh Allah dan diambil alih
kekuasaannya oleh Allah.
“Dia melindungi orang-orang yang saleh” (07-Al A'raaf:196)
Dengan demikian sejenakpun para wali tidak mengurusi dirinya.
(2)_Orang yang secara aktif melaksanakan ibadah kepada Allah dan
mematuhi-Nya secara istiqomah tanpa diselingi kemaksiatan.
Kedua makna diatas merupakan syarat
kewalian. Oleh karena itu seorang Wali Allah haruslah yang dipelihara (mahfudz)
sebagaimana seorang Nabi Allah dan mereka harus terjaga dari perbuatan dosa dan
rendah (ma'shuum). Setiap orang yang bertentangan dengan syara', tidak dapat
dikategorikan sebagai Wali Allah. Sesungguhnya mendekatkan diri kepada Allah
dapat dilakukan dengan melaksanakan kefardhuan atau ibadah-ibadah sunat. Dan
yang paling dicintai Allah adalah yang melaksanakan kefardhuan. Kefardhuan
mencakup Fardhu 'Ain dan Fardhu Kifayah.
Seorang wali selalu melihat dirinya dengan rendah hati, jika terlihat
sedikit saja karomahnya, dia khawatir hal itu akan menipu dirinya. Dia selalu
merasa takut jatuh dari kedudukan kewaliannya dan membawa akibat yang berbalik
kepadanya. Mereka menjadikan syariat kewalian harus selaras dengan keteguhannya
hingga akhir hayatnya.
Ketika Rasulullah Saw menyatakan bahwa sepuluh orang sahabat mengetahui
bahwa sepuluh orang ini terjamin keselamatannya dikemudian hari. Keadaan mereka
tidak tercela atau tercemar. Untuk mengetahui Kenababian adalah Mu'jizatnya dan
karomah adalah tanda kewalian, dan akan tampak dalam kebenarannya.
Jika ingin menjadi wali-Nya, janganlah menginginkan harta duniawi dan
ukhrowi, kosongkan diri untuk Allah semata, dan palingkan wajah kepada-Nya
sehingga Dia berpaling kepadamu dan menjadikanmu sebagai wali-Nya' (Ibrahim bin Adham)
Demikian pengertian yang terkandung di dalam tiap-tiap nama dari
Asmaul-Husna yang amat masyhur itu. Pengertian yang kita terangkan secara
ringkas seringkas-ringkasnya. Bila dibentangkan atau diuraikan dengan panjang,
maka nama Allah, Al Waaliyu tidak cukup dengan sebuah buku tebal seribu
halaman, Allah tidak terbatas keagungan, ketinggian, kemuliaan dan
kesempurnaa-Nya.
DAFTAR
PUSTAKA
K.H.Zinal
Abidin,2001,pengamalan asmaul husna dalam
kehidupan sehari-hari,jakarta,PT Pertja,hal 66
wikipedia.org
M.qurais shihab,2005,menyingkap
tabir ilahi asmaul husna menurut perspektif al-qur’an,jakarta,lentera
hati,hal 336-339
(Al-Waliy)
Al-Waliy
artinya Yang Maha Melindungi. Allah adalah Dzat yang maha melindungi serta
memberikan perlindungan bagi semua makhluk ciptaannya. Tidak ada kekuatan
manapun yang dapat mengalahkannya. Allah swt berfirman:
Artinya: Atau
patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah
pelindung (yang sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia
adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. As-Syuura: 9).
Dalam
kehidupan manusia tidak ada pelindung yang sejati, kecuali perlindungan Allah
swt. Manusia yang hidup dalam keadaan serba berkecukupan pun, tidak bisa
menjadikan hartanya untuk melindungi dirinya dari tidak beriman kepada Allah.
Sebaliknya, orang yang tidak punya harta dihantui kekhawatiran tidak bisa makan
dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Orang yang tidak punya,
ada kecenderungan untuk mudah dipengaruhi agar jauh dari Allah swt. Oleh karena
itu, sangat tepat kiranya jika manusia, dalam kondisi apapun senantiasa memohon
perlindungan Allah agar keimanannya tetap terjaga,sebab hanya Allah yang dapat
memberikan perlindungan yang baik.
Allah berfirman dalam surat yusuf ayat 64:
Artinya: Berkata
ya’qub: “Bagaimana aku akan mempercayakannya (bunyamin) kepadamu, kecuali
seperti aku telah mempercayakan saudaranya (yusuf) kepada kamu dahulu?”. Maka
Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara Para
Penyayang. (QS. Yusuf:4).
Ayat
di atas memberikan gambaran tentang kepasrahan Nabi Ya’kub, ketika menghadapi
anak-anaknya dan perlakuan yang sudah diberikan kepada Nabi Yusuf dan tidak
ingin kejadian itu terulang kembali kepada anaknya yang lain adalah saudara
Nabi Yusuf (Bunyamin). Karena itu Nabi Ya’kub berkata: “Aku hanya bertawakal
kepada Allah dengan menjaga Bunyamin, tidak kepada kalian. Aku berharap, semoga
Allah menyayangiku dengan menjaga Bunyamin, tidak memberikan cobaan kepadaku
dengan menghilangkan saudaranya Yusuf. Sesungguhnya rahmat-Nya amat luas dan
karunia-Nya amat besar”.
Dari
ilustrasi kisah Nabi Yusuf di atas dapat memberikan inspirasi kepada kita bahwa
Allah adalah Maha Melindungi dan Maha Penjaga. Bukti dari itu semua,
sebagaimana dikisahkan dalam Al-qu’an, Nabi Yusuf akhirnya benar-benar di jaga
oleh Allah swt. Penjagaan Allah atas Nabi Yusuf itu dilakukan sejak di buang
oleh saudara-saudaranya ke dalam sumur, sampai dengan akhirnya Nabi Yusuf
menjadi Penguasa Mesir. Artinya manusia harus berusaha dengan keras terhadap
usaha untuk mencapai kebaikan dalam hidup, tetapi seterusnya semua hasilnya
sangat tergantung kepada Allah swt.
Kita
juga tidak perlu cemas dan khawatir dalam situasi apapun, baik sedih,susah,
serba kesulitan dan sebagainya, selama kita masih memiliki keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt, pasti Allah akam memberikan perlindungan kepada
kita.
0 Comments:
Post a Comment