Header Ads

23 December 2016

AL-AKHIR


الأخر
                                                                    AL-AKHIR             
(YANG MAHA AKHIR)

A.    Pengertian Al-Akhir
Al-Akhir artinya yang kekal sendiri sesudah semua yang lainnya musnah. Dia-lah Dzat Yang Maha Akhir (kekal) setelah semuanya berakhir atau musnah. Dia-lah Dzat Maha Akhir dan akhirnya tanpa ujung. Segala yang akhir akan mengarah kepada Akhir Nya. Akhirnya Allah tanpa batas, setelah semua makhluk musnah, Allah tetap ada dan tidak akan pernah mengalami kemusnahan.[1]
Makna Al-Akhir adalah Dzat yang tidak ada sesuatu setelahnya. Nama Allah ini menunjukan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukan bahwa Allah merupakan tujuan terakhir kita tempat bergantung kita, tempat mencurahkan segala keresahan, harapan kita, apapun yang kita butuhkan, kepada-Nyalah kita memohon ampunan serta berserah diri,  tiada tempat bergantung selain kepada-Nya,
Allah kekal selama-lamanya. Allah tidak bertubuh bukan juga benda, jadi Allah tidak akan mati dan juga tidak akan hancur. Segala sesuatu akan binasa kecuali Dzat Allah, sebagaimana firman Allah.





55:27

“Dan tetap kekal wajah (zat) Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan. (Ar-Rahman:27)”[2]
             
            Adapun hal-hal abadi lainnya, namun berupa makhluk, seperti jannah (surga), an-nar (neraka), qalam, dan lain sebagainya. Namun jelas kekalnya Allah dengan makhluknya tidaklah sama. Melihatnya Allah dengan melihatnya makhluk tidaklah sama, mendengarnya Allah dengan mendengarnya makhluk tidaklah sama juga. Dalam Al-Qur’an dijelaskan “Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.(Assyuura ayat 11)”.
            Perbedaan kekalnya Allah dan makhluk (surga dan neraka) yaitu bahwa surga dan neraka memiliki awal/permulaan ada penciptaanya, segala makhluk yang Allah ciptakan memiliki permulaan sedangkan Allah tidak. Allah Maha Terdahulu, beda dengan makhluknya. Kekalnya makhluk ciptaan Allah adalah fana(akan musnah) sesuai dengan ketentuan Allah.
           
B.     Dalil Mengenai Asma Allah(Al-Akhir)
Al-Arif Al-Sya’rani menukil ucapan Qutb Al-Syadzili, katanya: “Allah SWT telah menghapuskan segala yang lain, dengan firman-Nya:




57:3

Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Dzahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. al-hadid (57): 3)

Lalu dikatakan: “maka kemanakah makhluk?”
Jawab: “mereka ada, namun keadaan mereka di sisi Allah SWT seperti debu-debu yang berterbangan di udara, yang Anda lihat naik-turun di dalam cahaya matahari, yang jika Anda tangkap maka tidak akan Anda lihat lagi, ia ada di dalam penglihatan, tidak ada di dalam wujud.”[3]
Adapun dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:
“ Ya Allah, Engkaulah Yang Mahaakhir, yang tidak ada sesuatu setelah-Mu.”
(H.R. Muslim)


C.     Meneladani sifat Allah  (Al-Akhir)

Berakhlak dengan meneladani Asma Allah ini menjadikan kita berakhir tetap bergantung kepada-Nya, sebab hanya Allah yang pantas untuk dijadikan tempat bersandar. Dengan bersandar kepada-Nya menjadikan hati tidak khawatir karena Dia akan memberi setiap yang dibutuhkan hamba-Nya.[4] Dengan meneladani sifat Allah ini kita diajarkan untuk selalu berserah diri pada Allah, selalu ingat bahwa apa yang ada di dunia ini akan musnah,  tertanam dalam diri kita bahwa kita akan kembali kepada-Nya, karena tidak ada makhluk yang kekal. Dengan itu kita dianjurkan untuk mempersiapkan diri kita untk menghadap-Nya. Perbanyak amalan-amalan, jauhi hal yang dilarang-Nya, patuhi perintah-Nya.
            Dalam Al-Qur’an kata “Akhir” ditemukan berkali-kali namun hanya sekali sifat tersebut “al-Akhir” yang menunjuk kepada Allah, yaitu yang dihiasi pada awalnya dengan huruf Alif dan Laam. Kata Al-Akhir ini berurutan dengan Al-Awwal. Yaitu terdapat dalam Q.s Al-Hadid sebagaimana di tuliskan di atas. Adapun berikut ini contoh ayat yang mengenai hari akhir atau kiamat.

3:114

“ Mereka beriman kepada Allah dan Hari akhir, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang shaleh.” (Q.s. Ali Imran:114)

            Kata “Akhir” terulang sebanyak 28 kali, 27 diantaranya tanpa dihiasi oleh alif dan laam hanya sekali yang dikaitkan dengan doa yakni Akhir da’wahum (akhir do’a mereka) terdapat dalam (Q.S. yunus: 10), 26 sisanya menunjuk kepada hari akhir atau kiamat. [5]


10:10
“ Doa mereka di dalamnya adalah, “ subhaanaka allahumma” (Maha Suci Engkau, Ya Tuhan kani), dan salam penghormatan mereka adalah “Alhamdulillahirabbil ‘alamin”, (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam)”

            Imam Ghazali menjelaskan bahwa yang “Akhir” menjadi akhir saat dibandingkan dengan selainnya. Sayyidina Ali pernah melukiskan makna sifat Al-Awwal dan Al-Akhir, yaitu bahwa, “ Dia Yang Awwal yang bagi-Nya tiada “sebelum”, sehingga mustahil ada sesuatu yang sebelum-Nya. Dia Yang Akhir  yang bagi-Nya tiada “sesudah” sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. Dia tidak berada di satu tempat ke tempat yang lain”.[6]
            Dalam meneladani sifat Allah yang ini (Al-Akhir) alangkah lebih baik jika kita juga meneladani sifat Allah Al-Awwal (Yang Maha Awal), karena dalam Al-Qur’anpun kata Al-Akhir berdampingan dengan Al-Awwal.. Dan cukup kiranya bagi yang meneladani Allah dalam sifat Al-Awwal dan Al-Akhir untuk memperhatikan, menghayati  pesan-pesan Allah yang menggunakan kata Awwal, serta penekanan Allah ketika menggunakan kata “Akhir”.
Nabi Saw berdo’a:




اَلَّلهُمَّ اَنْتَ الْاَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَىْءٌ وَ اَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَىْءٌ وَ اَنْتَ الظَاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَىْءٌ وَاَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَىْءٌ اِقْضِ عَنَّا الدَيْنَ وَاغْنِنَا مِنَاالْفَقْرِ .وَصَلىَ للهُ عَلَىى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَصَحْبِه وسَلَّمَ.

“Ya Allah Engkau adalah yang Awal, maka tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau adalah Yang Akhir, maka tiada sesuatu sesudah-Mu. Engkau adalah Yang Dhahir, maka tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau adalah Yang Bathin maka tiada sesuatu di bawah-Mu. Ya Allah lunasi hutang kami dan hindarkan kami dari kekafiran. Wa Shalallahu ‘Ala Sayyidina Muhammad Wa ‘Ala Alihi Wa sahbihi Wa sallam”[7]

            Pertama yang dituntut dari yang meneladani-Nya adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah Maha Esa. Dan sekali-kali tidak menjadi kafir terhadap-Nya, tidak mempersekutukan-Nya, tidak pula membenarkan keyakinan yang menyatakan Dia beranak atau diperanakan. Ini bukan karena enggan mengakui adanya anak bagi Tuhan seandainya memang benar ada, karena Allah sendiri yang memerintahkan “katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang pertama yang beribadah kepadanya (memuliakan anak itu)” (Q.s Az-zhruf: 81). [8]
           

D.    Khasiat dari mengamalkan Asma Allah (Al-Akhir)
1.      Barang siapa yang ingin agar cintanya kepada Allah tertanam kuat dalam hatinya, cinta kepada selain Allah hilang dari hatinya, dosa-dosanya diampuni, dan mati dalam keadaan beriman, hendaknya membaca Asma Allah ini 1.000 kali setiap hari.
2.      Orang beriman yang membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali sehari, insyaallah akan berhenti membodohi diri sendiri dan segera bisa melihat kebenaran. Akan keluar dari dalam dirinya segala yang lain selain Allah.
3.      Bagi hamba Allah yang membaca Asma Allah ini dengan istiqamah sebanyak 900 kali setiap selesai shalat fardhu atau sunnah, insyaallah dianugerahi kekuatan dari segala sesuatu yang akan menghalangi dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.[9]

E.     Implikasinya
Kita sebagai seorang muslim tentunya sudah mengetahui bahwa semua makhluk yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi, pasti kembali kepada-Nya. Hanya Allah lah Yang Maha Akhir, tiada sesuatu setelah-Nya. dari meneladani sifat Allah “Al-Akhir” ini dapat melahirkan manusia yang bertaqwa. Untuk itu sebelum kita menutup usia, sebelum rambut tak hitam lagi, sebelum raga tak lagi dapat berdiri kokoh. Alangkah indahnya bila kita memulai untuk membuat pundi-pundi tabungan untuk akhirat kelak, kita tahu bahwa hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat kelak, dunia ini tidaklah kekal. Kita mulai mempersiapkan itu sejak usia muda. Kita berusaha untuk meneladani sifat Allah Al-Akhir, kita coba amalkan untuk melafalkan Asma Allah ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan mengimani Allah SWT melalui Asma Allah “Al-Akhir” kita dapat menjadi pribadi yang senantiasa selalu bertaqwa kepada Allah. Karena dengan kita mengimaninya kita dapat selalu teringat bahwa kita tidaklah kekal, dengan itu kita akan termotasi untuk selalu melakukan perbuatan baik, melaksanakan segala perintah Allah terutama yang wajib seperti shalat lima waktu, puasa, zakat. Juga meninggalkan dan menjauhi larangan Allah seperti mencuri, minum minuman keras dll. Agar kelak kita bahagia dunia akhirat.
Adapun dalam islam, ada 4 kewajiban muslim kepada jenazah yaitu: memandikan, mengkafani, menshalati, menguburkan. Nah, hal-hal tersebut yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara kita agar selalu mengingat bahwa kita tidaklah kekal akan kembali kepada-Nya. Dengan kita tersadar akan hal tersebut, kita sudah semestinya tergugah/termotivasi untuk selalu mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti, tidak hanya memikirkan soal dunia saja.  
            Secara psikologis pada umumnya pada usia lanjut manusia lebih memikirkan persoalan akhirat. Mulai memikirkan nilai spiritual yang tinggi. Kita banyak melihat para ibu-ibu banyak sekali yang mengikuti pengajian harian maupun mingguan. Pada usia lanjut, mereka lebih banyak melaksanakan ibadah, memperbanyak amal shaleh. Namun, kita ketahui juga di zaman sekarang ini para pemuda bahkan anak SD pun sudah terlalu jauh terhanyut dalam kepuasaan dunia dan terlena mengejar duniawi saja. Asyik dengan mainan gedgetnya, dan sebagainya, hingga melupakan kewajiban yang sudah seharusnya dilaksanakan. Anak-anak kurang dibimbing dari usia dini untuk memulai berlomba-lomba dalam kebaikan. Khususnya dalam ibadah, missal mulai diajarkan untuk shalat berjamaah, belajar puasa, belajar membayar zakat, dll. Hanya pada sekolah-sekolah tertentu saja yang menanamkan hal tersebut. Dalam hal ini orang tua juga berperan penting dalam mengembangkan tingkat spiritual anak.
            Oleh sebab itu, kita sebagai calon pendidik sudah seharusnya mengajarkan dan membimbing anak-anak murid kita maupun anak kita untuk terus berbuat baik dan selalu melaksanakan perintah Allah juga menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya. Dan tidak lupa kita untuk selalu memberikan contoh, menjadi panutan bagi anak didik kita. Agar mereka terbiasa melaksanakan perintah Allah hingga dewasa dan lansia nanti. Agar memliki bekal yang banyak untuk menghadap Sang Ilahi.
















Daftar Pustaka
Al ghozali. 1999. Al asma al husna(rahasia nama-nama indah Allah). Bandung: mizan.
Endim, sudirman. 2009.Keajaiban Asmaul Husna. Jogjakarta: garailmu.
Hasan, M. Ali. 1997. Memahami dan Meneladani Asmaul Husna. Jakarta: rajagrafindo  persada.
Shihab, Quraish. 2005. Menyingkap Tabir Ilahi. Jakarta: lentera hati



    [1] Sudirman endim. Keajaiban Asmaul Husna. (Jogjakarta: garailmu, 20009). Hlm, 222
    [2] M. Ali Hasan. Memahami dan Meneladani Asmaul Husna. (Jakarta: rajagrafindo  persada, 1997). Hlm, 233
    [3] Al ghozali. Al asma al husna(rahasia nama-nama indah Allah. (Bandung: mizan, 1999). Hlm, 88-89.
    [4] sudirman endim. Keajaiban Asmaul Husna. (Jogjakarta: garailmu, 20009). Hlm, 222
[5] Quraish shihab. Menyingkap Tabir Ilahi. (Jakarta: lentera hati, 2005). Hlm, 328
[6] Ibid. hlm, 328
[7] Ibid. hlm, 330
[8] Ibid. hlm, 329.
[9] Sudirman endim. Keajaiban Asmaul Husna. (Jogjakarta: garailmu, 2009). hlm, 223. 

0 Comments:

Post a Comment