الأخر
AL-AKHIR
(YANG
MAHA AKHIR)
A.
Pengertian
Al-Akhir
Al-Akhir artinya
yang kekal sendiri sesudah semua yang lainnya musnah. Dia-lah Dzat Yang Maha
Akhir (kekal) setelah semuanya berakhir atau musnah. Dia-lah Dzat Maha Akhir
dan akhirnya tanpa ujung. Segala yang akhir akan mengarah kepada Akhir Nya.
Akhirnya Allah tanpa batas, setelah semua makhluk musnah, Allah tetap ada dan
tidak akan pernah mengalami kemusnahan.[1]
Makna Al-Akhir
adalah Dzat yang tidak ada sesuatu setelahnya. Nama Allah ini menunjukan
keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukan bahwa Allah merupakan
tujuan terakhir kita tempat bergantung kita, tempat mencurahkan segala
keresahan, harapan kita, apapun yang kita butuhkan, kepada-Nyalah kita memohon
ampunan serta berserah diri, tiada
tempat bergantung selain kepada-Nya,
Allah kekal
selama-lamanya. Allah tidak bertubuh bukan juga benda, jadi Allah tidak akan
mati dan juga tidak akan hancur. Segala sesuatu akan binasa kecuali Dzat Allah,
sebagaimana firman Allah.
“Dan tetap kekal wajah (zat) Tuhanmu yang mempunyai
Kebesaran dan Kemuliaan. (Ar-Rahman:27)”[2]
Adapun hal-hal abadi lainnya, namun
berupa makhluk, seperti jannah (surga), an-nar (neraka), qalam, dan lain
sebagainya. Namun jelas kekalnya Allah dengan makhluknya tidaklah sama.
Melihatnya Allah dengan melihatnya makhluk tidaklah sama, mendengarnya Allah
dengan mendengarnya makhluk tidaklah sama juga. Dalam Al-Qur’an dijelaskan “Dia)
Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.(Assyuura ayat
11)”.
Perbedaan kekalnya Allah dan makhluk
(surga dan neraka) yaitu bahwa surga dan neraka memiliki awal/permulaan ada
penciptaanya, segala makhluk yang Allah ciptakan memiliki permulaan sedangkan
Allah tidak. Allah Maha Terdahulu, beda dengan makhluknya. Kekalnya makhluk ciptaan
Allah adalah fana(akan musnah) sesuai dengan ketentuan Allah.
B.
Dalil Mengenai
Asma Allah(Al-Akhir)
Al-Arif
Al-Sya’rani menukil ucapan Qutb Al-Syadzili, katanya: “Allah SWT telah
menghapuskan segala yang lain, dengan firman-Nya:
“ Dia-lah
Yang Awal dan Yang Akhir Yang Dzahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (Q.S. al-hadid (57): 3)
Lalu
dikatakan: “maka kemanakah makhluk?”
Jawab:
“mereka ada, namun keadaan mereka di sisi Allah SWT seperti debu-debu yang
berterbangan di udara, yang Anda lihat naik-turun di dalam cahaya matahari,
yang jika Anda tangkap maka tidak akan Anda lihat lagi, ia ada di dalam
penglihatan, tidak ada di dalam wujud.”[3]
Adapun
dalam hadits Rasulullah Saw bersabda:
“ Ya Allah, Engkaulah Yang
Mahaakhir, yang tidak ada sesuatu setelah-Mu.”
(H.R.
Muslim)
C.
Meneladani sifat
Allah (Al-Akhir)
Berakhlak
dengan meneladani Asma Allah ini menjadikan kita berakhir tetap bergantung
kepada-Nya, sebab hanya Allah yang pantas untuk dijadikan tempat bersandar.
Dengan bersandar kepada-Nya menjadikan hati tidak khawatir karena Dia akan
memberi setiap yang dibutuhkan hamba-Nya.[4]
Dengan meneladani sifat Allah ini kita diajarkan untuk selalu berserah diri
pada Allah, selalu ingat bahwa apa yang ada di dunia ini akan musnah, tertanam dalam diri kita bahwa kita akan
kembali kepada-Nya, karena tidak ada makhluk yang kekal. Dengan itu kita
dianjurkan untuk mempersiapkan diri kita untk menghadap-Nya. Perbanyak
amalan-amalan, jauhi hal yang dilarang-Nya, patuhi perintah-Nya.
Dalam Al-Qur’an kata “Akhir”
ditemukan berkali-kali namun hanya sekali sifat tersebut “al-Akhir” yang
menunjuk kepada Allah, yaitu yang dihiasi pada awalnya dengan huruf Alif dan
Laam. Kata Al-Akhir ini berurutan dengan Al-Awwal. Yaitu terdapat dalam Q.s
Al-Hadid sebagaimana di tuliskan di atas. Adapun berikut ini contoh ayat yang
mengenai hari akhir atau kiamat.
“ Mereka beriman kepada Allah dan
Hari akhir, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan
bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang
shaleh.” (Q.s. Ali Imran:114)
Kata “Akhir” terulang sebanyak 28
kali, 27 diantaranya tanpa dihiasi oleh alif dan laam hanya sekali yang
dikaitkan dengan doa yakni Akhir da’wahum (akhir do’a mereka) terdapat dalam
(Q.S. yunus: 10), 26 sisanya menunjuk kepada hari akhir atau kiamat. [5]
“
Doa mereka di dalamnya adalah, “
subhaanaka allahumma” (Maha Suci Engkau, Ya Tuhan kani), dan salam
penghormatan mereka adalah “Alhamdulillahirabbil
‘alamin”, (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam)”
Imam Ghazali menjelaskan bahwa yang
“Akhir” menjadi akhir saat dibandingkan dengan selainnya. Sayyidina Ali pernah
melukiskan makna sifat Al-Awwal dan Al-Akhir, yaitu bahwa, “ Dia Yang Awwal
yang bagi-Nya tiada “sebelum”, sehingga mustahil ada sesuatu yang sebelum-Nya.
Dia Yang Akhir yang bagi-Nya tiada
“sesudah” sehingga mustahil ada sesuatu sesudah-Nya. Dia tidak berada di satu
tempat ke tempat yang lain”.[6]
Dalam
meneladani sifat Allah yang ini (Al-Akhir) alangkah lebih baik jika kita juga
meneladani sifat Allah Al-Awwal (Yang Maha Awal), karena dalam Al-Qur’anpun
kata Al-Akhir berdampingan dengan Al-Awwal.. Dan cukup kiranya
bagi yang meneladani Allah dalam sifat Al-Awwal dan Al-Akhir untuk
memperhatikan, menghayati pesan-pesan
Allah yang menggunakan kata Awwal, serta penekanan Allah ketika menggunakan
kata “Akhir”.
Nabi
Saw berdo’a:
اَلَّلهُمَّ
اَنْتَ الْاَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَىْءٌ وَ اَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ
شَىْءٌ وَ اَنْتَ الظَاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَىْءٌ وَاَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ
دُوْنَكَ شَىْءٌ اِقْضِ عَنَّا الدَيْنَ وَاغْنِنَا مِنَاالْفَقْرِ .وَصَلىَ للهُ
عَلَىى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِه وَصَحْبِه وسَلَّمَ.
“Ya Allah Engkau adalah yang Awal,
maka tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau adalah Yang Akhir, maka tiada sesuatu
sesudah-Mu. Engkau adalah Yang Dhahir, maka tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau
adalah Yang Bathin maka tiada sesuatu di bawah-Mu. Ya Allah lunasi hutang kami
dan hindarkan kami dari kekafiran. Wa Shalallahu ‘Ala Sayyidina Muhammad Wa
‘Ala Alihi Wa sahbihi Wa sallam”[7]
Pertama yang dituntut dari yang
meneladani-Nya adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah Maha Esa. Dan sekali-kali
tidak menjadi kafir terhadap-Nya, tidak mempersekutukan-Nya, tidak pula
membenarkan keyakinan yang menyatakan Dia beranak atau diperanakan. Ini bukan
karena enggan mengakui adanya anak bagi Tuhan seandainya memang benar ada,
karena Allah sendiri yang memerintahkan “katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha
Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang pertama yang beribadah kepadanya
(memuliakan anak itu)” (Q.s Az-zhruf: 81). [8]
D.
Khasiat dari mengamalkan
Asma Allah (Al-Akhir)
1.
Barang siapa
yang ingin agar cintanya kepada Allah tertanam kuat dalam hatinya, cinta kepada
selain Allah hilang dari hatinya, dosa-dosanya diampuni, dan mati dalam keadaan
beriman, hendaknya membaca Asma Allah ini 1.000 kali setiap hari.
2.
Orang beriman
yang membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali sehari, insyaallah akan berhenti
membodohi diri sendiri dan segera bisa melihat kebenaran. Akan keluar dari
dalam dirinya segala yang lain selain Allah.
3.
Bagi hamba Allah
yang membaca Asma Allah ini dengan istiqamah sebanyak 900 kali setiap selesai
shalat fardhu atau sunnah, insyaallah dianugerahi kekuatan dari segala sesuatu
yang akan menghalangi dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.[9]
E.
Implikasinya
Kita sebagai seorang muslim tentunya sudah
mengetahui bahwa semua makhluk yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi,
pasti kembali kepada-Nya. Hanya Allah lah Yang Maha Akhir, tiada sesuatu
setelah-Nya. dari meneladani sifat Allah “Al-Akhir” ini dapat melahirkan manusia
yang bertaqwa. Untuk itu sebelum kita menutup usia, sebelum rambut tak hitam
lagi, sebelum raga tak lagi dapat berdiri kokoh. Alangkah indahnya bila kita
memulai untuk membuat pundi-pundi tabungan untuk akhirat kelak, kita tahu bahwa
hidup yang sesungguhnya adalah di akhirat kelak, dunia ini tidaklah kekal. Kita
mulai mempersiapkan itu sejak usia muda. Kita berusaha untuk meneladani sifat
Allah Al-Akhir, kita coba amalkan untuk melafalkan Asma Allah ini dalam
kehidupan sehari-hari kita. Dengan mengimani Allah SWT melalui Asma Allah
“Al-Akhir” kita dapat menjadi pribadi yang senantiasa selalu bertaqwa kepada
Allah. Karena dengan kita mengimaninya kita dapat selalu teringat bahwa kita
tidaklah kekal, dengan itu kita akan termotasi untuk selalu melakukan perbuatan
baik, melaksanakan segala perintah Allah terutama yang wajib seperti shalat
lima waktu, puasa, zakat. Juga meninggalkan dan menjauhi larangan Allah seperti
mencuri, minum minuman keras dll. Agar kelak kita bahagia dunia akhirat.
Adapun dalam islam, ada 4 kewajiban muslim kepada
jenazah yaitu: memandikan, mengkafani, menshalati, menguburkan. Nah, hal-hal
tersebut yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah
satu cara kita agar selalu mengingat bahwa kita tidaklah kekal akan kembali
kepada-Nya. Dengan kita tersadar akan hal tersebut, kita sudah semestinya
tergugah/termotivasi untuk selalu mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti,
tidak hanya memikirkan soal dunia saja.
Secara psikologis pada umumnya pada
usia lanjut manusia lebih memikirkan persoalan akhirat. Mulai memikirkan nilai
spiritual yang tinggi. Kita banyak melihat para ibu-ibu banyak sekali yang
mengikuti pengajian harian maupun mingguan. Pada usia lanjut, mereka lebih
banyak melaksanakan ibadah, memperbanyak amal shaleh. Namun, kita ketahui juga
di zaman sekarang ini para pemuda bahkan anak SD pun sudah terlalu jauh
terhanyut dalam kepuasaan dunia dan terlena mengejar duniawi saja. Asyik dengan
mainan gedgetnya, dan sebagainya, hingga melupakan kewajiban yang sudah
seharusnya dilaksanakan. Anak-anak kurang dibimbing dari usia dini untuk memulai
berlomba-lomba dalam kebaikan. Khususnya dalam ibadah, missal mulai diajarkan
untuk shalat berjamaah, belajar puasa, belajar membayar zakat, dll. Hanya pada
sekolah-sekolah tertentu saja yang menanamkan hal tersebut. Dalam hal ini orang
tua juga berperan penting dalam mengembangkan tingkat spiritual anak.
Oleh sebab itu, kita sebagai calon
pendidik sudah seharusnya mengajarkan dan membimbing anak-anak murid kita
maupun anak kita untuk terus berbuat baik dan selalu melaksanakan perintah
Allah juga menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya. Dan tidak lupa kita untuk selalu
memberikan contoh, menjadi panutan bagi anak didik kita. Agar mereka terbiasa
melaksanakan perintah Allah hingga dewasa dan lansia nanti. Agar memliki bekal
yang banyak untuk menghadap Sang Ilahi.
Daftar Pustaka
Al
ghozali. 1999. Al asma al husna(rahasia nama-nama indah Allah). Bandung: mizan.
Endim,
sudirman. 2009.Keajaiban Asmaul Husna. Jogjakarta: garailmu.
Hasan,
M. Ali. 1997. Memahami dan Meneladani Asmaul Husna. Jakarta: rajagrafindo persada.
Shihab,
Quraish. 2005. Menyingkap Tabir Ilahi. Jakarta: lentera hati
0 Comments:
Post a Comment