AKHLAQ
INDIVIDUAL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Aqidah Akhlaq di madrasah dan sekolah
Oleh :
Imron Salim
(13410196)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA
2015
Pengertian Akhlaq Individual
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang
didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari
bahasa Arab yang berarti
perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Akhlaq individual dapat disebut juga akhlaq pribadi karena yang
paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri
sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari
jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri,
dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia
mempunyai perbuatan.
Persepsi masyarakat tentang akhlaq yang baik:
Banyak orang berselisih pendapat untuk
menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya buruk disisi lain ada yang
meliahtnya baik. Berikut adalah beberapa pernyataan dari beberapa sudut pandang
yang yang mengemukaan pendapatnya mengenai akhlak yang baik:
·
Adat Kebiasaan:
Tiap suku atau bangsa memiliki adat
istiadat tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya. Dipandang buruk bagi
orang yang melaksanakannya dan dipandang buruk bagi orang yang meninggalkannya.
Oleh karena itu perbuatan dikatakan baik bila sesuai dengan adat-istiadat.
·
Kebahagiaan (Hedonism):
Dari sudut pandang masyarakat
hedonism tujuan akhir hidup dan kehidupan manusia adalah mencapai kebahagiaan.
Karena itu perbuatan manusia dikatakan baik bila mendatangkan kebahagiaan,
kebahagiaan bagi dirinya sendiri maupun kebahagiaan bersama.
·
Tokoh filosof
Menurut herbert spencer (1820-1903)
salah seorang filsafat inggris mengatakan bahwa perbuatan akhlaq itu tumbuh
secara sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan
kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik bila dekat
dengan cita-cita itu dan perbuatan itu buruk bila jauh dengan cita-citanya.Cita-cita
menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan.
Akhlaq individu dalam Islam:
Akhlaq individu masuk pada ruang lingkup hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, seperti: menjaga kesucian diri dari sifat rakus dan mengumbar
nafsu, mengembangkan keberanian (syaja’ah) dalam menyanpaikan yang hak,
menyampaikan kebenaran, memberantas kedzaliman, mengembangkan kebijaksanaan dan
memberantas kebodohan dan jumud, bersabar tatkala mendapat musibah dan dalam
kesulitan, bersukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, rendah hati atau
tawadhu’ dan tidak sombong, menahan diri dari melakukan larangan-larangan Allah
atau iffah, menahan diri dari marah walaupun hati tetap dalam keadaan
marah atau hilmun, memaafkan orang, jujur atau amanah,dan merasa cukup dengan
apa-apa yang diperoleh dengan susah payah atau qana’ah.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pokok-pokok Akhlaq (budi pekerti
luhur) itu ada empat, yaitu: hikmah, Syaja’ah, ‘Iffah dan keadilan.
·
Yang dimaksud dengan hikmah adalah:
kemampuan jiwa untuk membedakan yang benar dan yang salah dari segala perbuatan
yang dibawah kekuasaan manusia (ikhtiyariyah).
·
Yang dimaksud keadilan adalah:
kemampuan jiwa untuk mengendalikan daya ghadab dan daya nafsu, serta
mendorongnya kepada tuntunan hikmah dengan membatasi gerak-geriknya.
·
Yang dimaksud Syaja’ah adalah:
keadaan daya ghadab tunduk dan taat kepada akal di dalam semua gerak maju dan mundurnya.
·
Yang dimaksud Iffah adalah keadaan
daya nafsu terpimpin dan terdidik dengan pendidikan pimpinan akal dan agama.
Dengan baik dan sehatnya empat pokok inti lahirlah budi pekrti
luhur lagi mulia. Sebab dengan sehatnya akal akan lahirlahfikiran yang sehat,
pertimbangan yang baik, pandangan yag terang serta dugaan yang tepat, dan dapat
pula menangkap akibat yang kecil-kecil, dan semua perbuatan dan penyakit hati
yang sangat samar.
Ayat yang berhubungan dengan pola ini diantaranya:
(An
Nuur: 30-31)
30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
mereka perbuat".
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.
(At
takasur: 1-8)
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu
itu),
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin,
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul
yaqin
8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang
kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
(Al mu’minun, 1-11)
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka
miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang melampaui batas.
8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya)
dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di
dalamnya.
(An Nisa, 29-30)
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
30. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan
aniaya, Maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.
Al mujadalah, 11
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Luqman 12, 17-19
12. dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman,
Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa
yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji".
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Realitas penerapan akhlaq individu
Amar ma’ruf nahi munkar merupakan
suatu hal yang harus ada pada tiap diri seorang muslim sebagaimana hadis:
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
[رواه مسلم]
Dari Abu Sa’id Al
Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi
wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya
iman.(Riwayat Muslim)
Namun dewasa ini dalam
pengaktualisasiannya banyak yang mengedepankan kekerasan sehingga tidak
memberikan maslahah tetapi menimbulkan mafsadah.
Dalam hal Amar ma’ruf nahi munkar
Rasulullah SAW pernah mencontohkan, bagaimana beramar ma’ruf nahi munkar dengan
lemah lembut serta mengajari orang yang bodoh. Diriwayatkan bahwa seorang
pemuda datang menemui rasulullah SAW, lalu berkata, “wahai rasul izinkanlah
saya berzina” . kemudian orang-orang disekitar rasul merasa marah dengan
berkata “ binasakan saja orang itu”, Rasulpun menyuruh pemuda itu mendekat dan
mendekatlah pemuda itu pada rasul, rasulullah SAW bersabda, “Apakah engkau rela
jika zina itu terjadi pada ibumu atau saudaramu atau bibimu atau kerabatmu yang
lain” maka pemuda itupun menjawab “Tidak, demi Allah, semoga Allah melindungi”.
Rasulpun berkata, “manusia yang lain juga tidak menhendaki pada kerabat
mereka”. Kemudian rasul memegangnya sambil berdo’a, “Ya Allah, ampuni dosanya,
sucikan hatinya dan jagalah kehormatannya.” Kemudian pemuda itu pergi dan sama
sekali tidak menoleh sama sekali.
Pada kisah tersebut dapat kita
ambil ibrah bahwa Rasul SAW dalam menghadapi siapapun lebih mengutamakan
tujuan dakwah yaitu mencapai maslahah bukan mafsadah dengan cara yang lemah
lembut, andaikata pemuda dalam kisah tersebut diperlakukan dengan cara yang
berbeda (keras) mungkin sikap yang dimunculkan akan berbeda dengan apa yang
telah dikisahkan. Dan sesungguhnya tujuan dakwah nabi di dunia adalah untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia sebagai mana sabda beliau:
إِنَّمَا بُعِثْتُ
لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.” (Shahiih, HR. Ahmad).
Saran:
Segala bentuk akhlaq individu hendaknya mengutamakan
akhlaq dan perangai yang mulia, sehingga dakwah yang dilakukanpun mencerminkan
akhlaq yang mulia, dan tidak ada kekerasan yang mengatasnamakan dakwah.
Dalam mencapai akhlak mulia haruslah memahami empat
inti akhlak sebagaimana yang telah dijelaskan diatas yang dengannya seorang
akan melihat suatu permasalahan lebih bijaksana dan menghasilkan perbuatan yang
mencerminkan akhlak mulia itu sendiri. Setelah merasa memahami empat pokok
akhlak, hendaknya seseorang tidak berhenti dan puas dengan apa yang ia miliki
tetapi selalu berusaha mengaktualisasi akhlaknya.
Akhlaq terpuji bila diusahakan untik dilakukan secara
terus-menurus akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan yang dipertahankan
akan menjadi karakter bagi setiap individu yang bersangkutan.
Maka apabila akhlaq yang terpuji
dirasa susah untuk dilakukan namun kemudian berusaha terus-menerus untuk
melakukannya lama kelamaan akan terbiasa, dan akhirnya akhlak terpuji tersebut
menjadi karakter. Wallahu a’lam bisshawab.