Header Ads

12 December 2014

PSIKOLOGI SENSASI DAN PERSEPSI


TUGAS MAKALAH
PSIKOLOGI
SENSASI DAN PERSEPSI



AMPUH SEJATI
13410125
DOSEN PEMBIMBING
Dra. NADLIFAH , M.Pd.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
2013/2014




BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Dengan berbagai timbulnya masalah sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Perlu di ketahui akar permasalahan dan penyebab menjadikan adanya penyimpangan. Di sisi lain kesadaran jiwa yang masih rendah untuk saling peduli terhadap kehidupan sosial di lingkungan sekitar. Salah satu adanya penyimpangan berupa perdebatan dan atau kontrofersi antar beberapa pihak menjadikan perpecahan persatuan.
Sensai dan persepsi sangatlah berpengaruh terhadap suatu penyelesaian atau penindakan suatu masalah. Di mana perepsi itu sendiri di pengaruhi beberapa faktor dan di tanggapi dengan kepribadian masing-masing. Memperbaiki sikap sangatlah penting untuk menyikapi persepsi yang berbeda dan mengambil persepsi sebaik mungkin.
Dengan mengetahui penyebab dan akibat persepsi maupun sensasi. Akan membawa kita menuju ke arah kebijaksanaan dengan mempertimbangkan banyak hal. Dan terciptalah perbaikan pola pikir dengan melewati proses yang cukup panjang.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah maksud sensasi dan persepsi ?
Bagaimanakah proses persepsi ?
Faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi ?











BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sensasi adalah penerimaan stimulus melalui alat indra. Sedangkan Persepsi adalah proses di terimanya stimulus oleh individu melaluli alat indera atau juga disebut proses sensoris. Untuk membedakan semua ini, kita bandingkan potret sebuah pemandangan sebagaimana yang di terima alat indera, sedangkan lukisan pemandangan bergantung pada interpretasi pelukis. Dengan kata lain, mata  menerima, sedangkan pikiran mempersepsi. Hampir semua sensasi di selalu di lanjutkan dengan persepsi. Sensasi murni mungkin terjadi dalam peristiwa di mana rangsang warna di tunjukan untuk pertama kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta dan tiba-tiba dapat melihat. Pada bayi yang baru lahir, bayang-bayangan sampai otak masih bercampur aduk, sehingga ia belum dapat membeda-bedakan benda-benda dengan jelas. Makin besar anak itu, makin baiklah struktur susunan saraf otaknya, dan bertambahnya pengalaman, anak di buat mulai mengenal objek satu-persatu, membedakan antara satu benda dengan benda yang lainnya, dan mengelompokan benda-benda yang berdekatan atau serupa. Ia dapat mulai memfokuskan dan sebagainya. Manusia tidak bisa lepas dari lingkungannya. Manusia akan selalu menerima rangsang atau stimulus dari lingkungannya. Namun ini tidak berarti bahwa stimulus hanya datang dari luar diri individu itu sendiri. Adaapun yang di maksud stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor, dan menyebabkan aktifnya organisme. Ini berarti segala seuatu yang mengenai reseptor menyebabkan reseptor itu aktif. Karena itu stimulus dapat datang dari  dalam dan datang dari luar organisme yang bersangkutan. Namun demikian sebagian besar stimulus datang dari luar organisme.
Persepsi bersifat selektif. Pada setiap perjalanan waktu kita hanya memperhatikan sebagian dari stimulus sensorik. Stimulus yang tidak di amati secara aktif, sementara akan tersimpan di sistem saraf dan bisa di hidupkan kembali ketika seorang merespons stimulus yang kelihatannya memiliki kaitan dengan simpanan informaasi itu. Faktor yang menyebabkan perhatian kita lebih tertuju pada stimulus tertentu terdapat sikap fisik  stimulus seperti intensitas, ukuran, kontras, dan gerakan atau karena adanya kebutuhan, harapan, dan minat tertentu. Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Bedasarkan hal tersebut, maka maka dalam persepsi dapat di kemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual.




B. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi
            Persepsi individu mnegorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang di terimanya, sehingga stimulus tersebut mempnyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dapat di kemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :
Ø  Objek yang di persepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaaf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
Ø  Alat indera, syaraf, dan pusat suasana syaraf.
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang di terima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan repon diperlukan syaraf motoris.
Ø  Perhatian
Untuk menyadari untuk mengadakan perepsi di perlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
Proses terjadinya Persepsi
            Proses terjadinya persepsi dapat di jelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu di kemukakan bahwa di antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan tterasa tekanan tersebut.
            Proses stimulus mengenai alat indera merupan proses kealaman atau proses fisik. Simulus yang di terima oeh alat indera di teruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini di sebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadar apa yang di lihat, atau apa yang di dengar, atau apa yang di raba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang di lihat, atau apa yang di dengar, atau apa yang di raba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang di sebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat di kemuakakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menydari toeri tentang misalnya apa yang di lihat, atau apa yang di lihat, atau apa yang di dengar, atau apa ang di raba, yaitu stimulus yang di terima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupaka persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat di ambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.
            Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh stimulus saja, tetapi individu di kenai sebagai macam stimulus yang di timbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk di persepsi. Stimulus mana yang akan di persepsi atau mendapatkan rspon dari individu
tergantung pada perhatian individu yang bersngkutan. Secara skematis hal tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut.
                                                    St        St                 St          St
Oval:      SP
 



                                                                                                                 RESPON
                                                                                                 
                                           Fi                                                   Fi
                                                                 Fi                Fi
St = stimulus (faktor luar)
Fi = faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian)
Skema memberikan gambaran bahwa individu menerima bermacam-macam stimulus yang datang dari lingkungan. Tetapi tidak semua stimulus yang di terima dan di terima oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut. Skema tersebut dapat di lanjutkan sebagai berikut.
L              S                  O                     R                   L
L = Lingkungan
S = Stimulus
O = Organisme atau individu
R = Respon atau reaksi




Namun demikian masih ada pendapat atau toeri lain yang melihat kaitan antara kingkungan atau stimulus dengan respon individu. Skema tidak seperti yang di kemukakan di atas, tetapi berbentuk lain, yaitu :
L                  S                O                   R

L = Lingkungan
S = Stimulus
R = Respon
Dalam skema tersebut bahwa organisme atau individu tidak berperan dalam memberikan respon terehadap stimulus yang mengenainya. Hubungan antara stimuus dan respon bersifat mekanistis, stimulus atau lingkungan akan sangant berperan dalam menentukan respon atau perilaku organisme. Pandangan yang demikian merupakan pandangan yang behavioristik. Pandangan ini berbeda dengan pandangan yang bersifat kognitif, yang memandang berperannya organisme dalam menentukan perilaku ayau responnya (Weiner, 1972).
Tidak semua stimulus akan di respon oleh organisme atau individu. Respon di berikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik perhatian individu. Dengan demikan dapat di kemuakakan bahwwa yang di persepsi oleh individu selain tergantung pada stimuusnya juga tergantung kepada keadaan individu yang bersangkutan. Stimulus yang mendapatkan pilihan dari individu tergantung kepada bermacam-macam faktor, salah satu faktor adalah perhatian individu, yang merupakan aspek psikologis individu dalam mengadakan persepsi. Hal ini akan di kpas di belakang.

C. Organisasi Persepsi
Dalam organisme atau individu mengadakan persepsi timbul suatu masalah apa yang di persepsi terlebih dahulu, apakah bagian merupakan hal yang dipersepsi terlebih dahulu, baru kemudian keseluruhannya, ataukah keseluruhan di persepsi terlebih dahulu baru kemudian bagian-bagiannya. Hal ini bagaimana seseorang mengorganisasikan apa yang di persepsinya.
Kalau organisme mempersepsi bagiannya lebih dahulu dipersepsi baru kemudian keseluruhannya, ini berarti bagian merupakan hal yang primer dan keseluruhan merupakan hal yang sekunder. Misalnya dalam seseorang mempersepsi sebuah sepeda motor. Ada kemungkinan orang tersebut mempersepsi bagian-bagiannya terlebih dahulu baru kemudian keseluruhannya. Namun demikian ada pula kemungkinan orang tersebut mempersepsi keseluruhannya dahulu baru kemudian bagian-bagiannya.

D. Objek Persepsi
Objek dapat dipersepsi sasngat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di manusia. Manusia itu sendiri dapat menjadi menjd objek persepsi. Orang yang menjadikan dirinya sendiri sebagai objek persepsi, ini yang disebut sebagai persepsi dir atau self-perection. Karena sangat banyaknya objek yang dapat di persepsi, maka pada umumnya obje persepsi diklasifikasikan. Objek perepsi dapat di bedakan atas objek yang nonmanusia atau manusia. Objek manusia yangberwujud manusia ini disebut person perception ada juga yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan pesepsi yang berobjekkan nonmanusia, hal ini sering di sebut sebagai nonsocial perception atau juga di sebut sebagai things perception.
Apabila ang di persepsi itu manusia dan yang nonmanusia, maka adanya kessamaan tapi juga adanya perbedaan dalam persepsi tersebut. Persamaannya yaitu apabila manusia di pandang sebagai objek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda yang lain. Walaupun demikian sebenarnya antar manusia dan nonmanusia terdapat perbedaan yng mendasar. Apabia yang dipersepsi itu manusia maka objek persepsi mempunyai aspek-aspek yang sam dengan mempersepsi, dan hal yang terdapat apabila yang dipersepsi itu nonmanusia. Pada objek pesepsi manusia, manusia yang di persepsi mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, atau spek-aspek lain seperti halnya orang yang mempersepsi. Orang yang di persepsi dapat mempengaruhi pad aorang yang mempersepsi, dan hal ini tidak akan di jumpai apabila yang di persepsi itu non manusia. Karena itu pada objek manusia, yaitu manusia yang di persepsi, lingkungan yang melatarbelakangi objek persepsi, da perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi. Persepsi yang berobjekkan manusia akan dibahas secara tersendiri dalam lapangan psikologi sosial.
E. Konsisten dalam Persepsi
           Pengalaman seseorang akan berperan dalam seseorang mempersepsi sesuatu. Persepsi merupakan aktivitas yang integrated. Seperti yang di kemukakan oleh Wertheimer bahwa pad persepsi itu tidak hanya di tentukan oleh stimulus secara objektif, tetapi juga akan di tentukan atau di pengaruhi oleh keadaan diri orang yang mempersepsi. Adanya akyivitas ddalam diri seseorang yag berperan sehingga menghasilkan hasil persepsi tersebut.
Ø Konsistensi bentuk
Pengalaman memberikan pengertian bahwa bentuk uang logam itu bulat. Hal tersebut sebagai hasil persepsi, yiatu bahwa uang logam itu bulat, dan disimpan dalam ingatan seseorang. Kalau seseorang melihat uang logam dalam posisi miring, maka akan terlihat bahwa uang logam tersebut tidak kelihatan bulat. Namun demikian orang akan selalu berkata—dan ini sebagai hasil persepsi—bahwa uan logam itu bulat, sekalipun yang di lihat dalam posisi uang logam miring tidak bulat. Ini berarti bahwa hasil persepsi tidak akan semata-mata di tentukan oleh stimulus secara objektif semata, tetapi individu yang mempersepsi ikut aktif dalam hasil persepsi. Inilah yang di sebut konsistensi bentuk dalam persepsi.

Ø Konsistensi warna
Atas dasar pengalaman orang mengerti bahwa susu murni itu berwarna putih. Walaupun dalam suatu waktu orang dijamu minuman susu yang penerangannya agak remang-rmang berwarna merah sehingga susu itu kelihatan agak merah, tetapi  dalam mempersepsi susu tersebut orang akan berpendapat bahwa susu  itu berwarna putih. Inilah yang di sebut sebagai konsistensi warna.
Ø Konsistensi ukuran
Pengalaman memberikan pengertian bahwa binatang yang namanya gajah yang telah dewasa itu ukurannya besar, lebih besr dari seekor harimau.  Apabiala seorang melihat seeokr gjah dari kejauhan maka gajah tersebut kelihatan kecil, namun dari hasil persepsi tetap orang menyatakan bahwa gajah tetap mempunnyai ukuran ang besar. Inilah yang di sebut sebagai konsistensi ukuran.
F. Perhatian
Perhatian merupakan syarat terjadinya persepsi yang erupakan langkah persiapan. Perhlatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek.
Jadi perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Attentin may be defined either as the seective characteristic of the mental life (Drever, 1960:22)[1]. Makin di perhatikan sesuautu objek akan makin di sadari objek itu dan makin jelas bagi individu. Attentin may be defined either as the seective characteristic of the mental life (Drever, 1960:86).
Berdasarkan ats penelitian-penelitian menunjukan bahwa perhatian itu ad bermcam-macam, sesuai dari segi mana perhatian itu akan di tinjau.
           Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat di bwedakan atas perhatian spontan dan perilaku ttidak spontan.
Ø Perhatian spontan, yaitu perhatian yang tibul dengan sendirinya, timbul dengan cara spontan, perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. Misalnya apabial seseorang mempunyai minat terhadap musik, maka secara spontan perhatiannya akan tertuju kepada musik yang di dengarnya.
Ø Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan secara sengaja, karena itu harus ada kemauan utnuk menimbulkannya. Seorang murid mau tidak mau harus memperhatakn pelajaran sejarah misalnya, sekalipun ia tidak menyenangi, karena ia harus mempeajarinya. Karena itu untuk dapat mengikuti pelajaran tersebut, dengan sengaja harus ditimbulkap perhatiannya.


           Dilihat dari banyaknya objek yang dapat di cakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat di bedakan, perhatian yang sempit dan perhatian yang luas.
Ø Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu yang ada pad suatu waktu hanya dapat memperhatiakan sedikit objek.
Ø Perhatian yang luas, yaitu perhatian individu yang pad asuatu waktu dapat memperhatikan banyak objek sekligus. Misalnnya orang melihat pasar malam, ada orang yang dapat menangkapbanyak objek sekaligus, tetapi sebaliknya ada orang yang tidak dapat berbuat demikian.

           Perhatian juga dapat di bedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatan yang terbagi-bagi.
Ø Peerhatian yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatnya perhatian pada suatu objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang sempit sejalan dengan perhatian yang terpusat.
Ø Perhatian yang terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang luas sejalan dengan yang terbagi ini.
           Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan, perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.
Ø Perhatian yang statis, yaitu individu dalam waktu tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju kepad aobjek tertentu. Orang yang mempunyai perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek yang lain.
Ø Perhatian yang dinamis, yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek yang lain, individu yang mempunyai perhatian semacam ini mudah memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek yang lain.
 G. Stimulus
           Agar stimulus dapat di sadari oleh individu, stimulus harus cukup kuatnya..apabila stimuus tidak cukup kuat bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan dapat di persepsi atau di sadari oleh individu yang bersangkutan. Dengan demikian ada batas kekuatan minimal dari stimulus, agar stimulus dapat menimbulkan kesadaran pada individu, disebut ambang absolut sebelah bawah (Undrwood 1949)[2] atau juga disebut ambang stimulus (Townsend 1953), yaitu kekuatan stimulus minimal yang dapat di dasari oleh idividu. Kurang dari kekuatan tersebut individu tidak akan dapat menyadari stimulus itu.



           Apabila kekuatan stimulus ditambah, maka stimulus akan makin kuat, dan orang akan mampu membedakan kekuatan stimulus satu dengan lain.  Sampai sejauh mana kemampuan individu membedakan stimuulus satu dengan lain, hal ini akan menyangkut ambang perbedaan. Ada orang yang dengan tajam membedakan kekuatan stimulus satu dengan yang lain, tetapi ada pula yang tidak dapat dengan tajam membedakannya. Pada suat ketika walaupun stimulus itu di tambah kekuatannya, penambahan kekuatan tersebut atau stimulus itu sendiri sudah tidak dapat di rasakan atau di sadari oleh individu. Apabila telah tercpai keadaan yan demikian. Maka stimulus tersebut telah mencapai ambang absolut sebelah atas (Underwood, 1949) atau ambang terminal (Townsend, 1953), yaitu kekuatan stimulus maksimal, kekuatan stimulus yang ada di atasnya sudah tidak dapat di sadari lagi. Jadi range antara ambang absolut bawah dan ambang absolut atas atau ambang stimulus dan ambang terminal merupakan daerah kekuatan stimulus yang dapat disadari oleh individu. Misalya seperti dikemukakakan oleh Huygens kekuatan stimulus untuk penglihatan terletk antar 390 milimicron dan 760 milimicron. Kekuatan di bawah 390 milimicron adalah subliminimal, sedangkan yang diatas 760 dikatakan supraminimal (Harriman, 1950).

H. Faktor Individu
           Faktor individu adalah faktor inernal. Menghadapi stimulus dari luar, individu harus bersifat selektif untuk menentukan stimulus mana yang yang akan di perhatiakan sehingga menimbulkan kessadaran pada individu. Keadaan individu pada suatu waktu ditentukan oleh :
Ø Sifat struktural dari individu, yaitu keadaan individu yang lebih bersifat permanen. Dada individu yang memperhatikan sesuatu hal sekalipun hal yang kecil. Etapi sebaliknya ada individu yang mempunyai sifat acuh tak acuh terhadap keadaan yang ada di sekitarnya.
Ø Sifat temporer dari individu, yaitu keadaan individu pada suatu waktu. Oragn yang sedang dalam keadaan marah misalnya akan lebih emosional. Sehingga individu aka mudah memberikan reaksi terhadap stimulus yang mengenainya. Kadaan ini hubungnnya erat dengan stemming atau suasana hati dari individu.
Ø Aktivitas yang sedang berjalan pad individu. Hal ini juga menentukan sesuatu akan di perhtiakan atau tidak. Sesuatu hal atau benda pada suatu saat tidak menarik perhatian seseorang, tetapi pada waktu yang lain justru sebaliknya, oleh karena pada wakt itu aktivitas jiwanya sedang berhubungan dengan benda tersebut. Sebaga contoh. Seorang penjual pisau di tepi jalan tidak menarik perhatian seseorangpun, ole karena orang tesebut tidak mempunyai kepentingan dengannya. Tetapi pada waktu yang lain penjua pisau menarik perhatinnya karen pada waktu itu orang tersebut membutuhkan pisau, karena pisau dirumah telah hilang.


I. Persepsi melalui Indera Penglihatan
           Apa bila individu telah memperhatikan, selanjutnya individu menyadari sesuatu yang diperhatikan itu, dengan kata lain individu mempersepsi apa yang di terima dengan alat inderanya.
Secara alur dapat di kemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagai berikut:
Ø Simulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat keaaman (fisik)
Ø Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses ini merupakan proses fisiologis.
Ø Di otak sebagai pusat susunn urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya individu dapat menyadari ata mempersepsi tentang apayang diterima melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses psikologis.

J. Persepsi melalui Indera Pendengaran
           Telinga merpakan salah satu alat dapat mengetahui sesuatu yang ada di sekitarnya. Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi dan tugas sensiri-sendiri, yaitu :
Ø Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dar luar
Ø Telinga bagian ytengah, yaitu  merpakan bagian  yang meneruskan stimulus yag di terima oleh telinga baian luar, jadi bagian ini merupakan transformer.
Ø Telinga bagian dalam, yaitu merupakan reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf penerima.

K. Persepsi melalui Indera Pencium
           Sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung sebelah dalam. Stimulusnya berujud benda-benda yang bersifat khemis atau gas yang dapat menguap, dan mengenai alat-alat penerima yang ada di dalam hidung, kemudian di teruskan oleh syaraf sensoris ke otak, dan sebagian respon dar stimulus tersebut orang dapat menydari apa yang diciumnya yaitu bau yang diciumnya.
Masing-masing individu mempunyai sensitivitas yang berbeda-beda mengenai penciuman bau.  Untuk mengetahui ini pda umumnya orang menggunakan tes khusus untuk bau. Misalnya dalam laboratorium, di tempat pembuangan sampah, mereka mencium bau yang kurang ena, tetapi lama kelamaan setelah agak lama ditempat itu, bau yang mula-mulatidak enak itu telah tidak terasa lagi olehnya; dengan hal ini orang tersebut telah menjadi adaptasi.


L. Persepsi melalui Indera Pencecap
Indera pencecap terdapat di lidah. Stimulusnya merpakan benda cairzat cair ini mengenai ujung lidah, yang emudian di langsungkan oeh syaraf sensoris ke otak, hingga akhirnya orang dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang di cecap itu.
Ø Pahit
Ø Manis
Ø Asin
Ø Asam

M. Persepsi melalui Indera Kulit
           Indera ini dapat merasakan sakit, rabaan, ekan dan temperatur. Pada bagian tertentu saj ang dapat menerima stimulus-stimulus tertentu.  Stimulus ini akan menimbulkan kesadaran akan lunak , keras, halus dan kasar.
           Stimulus yang dapat menimbulkan rasa sakit dapat bersifat khemis maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokok stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit dan ini menimbukan rasa sakit.

N. Illusi
           Illusi adalah kesalahan dalam memberikan arti terhadap stimulus yang diterima.  Jadi illusi merupakan kesalahn individu dalam memberikan interpretasi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Misalnya ada tonggak dikira sebagai orang yang sedang berdiri. tonggak di sini merupakan objek yang menimbukan stimulus, dan stimulus itu diartikan sebagai orang yang sedang berdiri. jadi disini terdapat kesalahan dalam memberikan interpretasi terhadap stimuus yang di terimanya. Ilusi bukanlah kelainan kehidupan kejiwan seseorang. Hal ini berlainan dengan halusinasi, yang merupakan kelainan dalam kejiwaan seseorang.  Misalnya orang yang sedang sakit panas, ia berlari-lari karena meras di kejar-kejar oleh seseorang yang belum dikenalnya, sekalipun secara objektif orang yang mengejar (stimulus) itu tidak ada. Keadaan semacam ini merukan keadaan yang tidak normal. Jadi kalau seseorang mengalami halusinasi, mka ini suatu pertanda bahwa keadaan jiwanya telah mengalami gangguan.





Faktor yang menyebabkan illusi, yaitu :
1. Faktor Kealaman
Illusi terjadi karena faktor alam, misalnya illusi ekho (gema), illusi kaca.
2. Faktor Stimulus
a) stimulus yang mempunyai lebih dari satu arti
b) stimulus yang yidak di analisis lebih lanjut.
            3. Faktor individu
            Ini dapat disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set) dari individu.misalnya kebiasaan orang yang mendengar bunyi klaksonnya yang spesifik itu. Tetapi ternyata bukan, maka di sini terjadi kesalahan karena adanya kebiasaan kalau klakson semacam itu adalah adalah mobil Fiat.



























BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
           Dapat kita simpulkan bahwasannya sensasi dan persepsi adalah keterkaitan yang sulit terpisahkan. Diamana persepsi itu sendiri di pengaruhi oleh kondisi jiwa individu dan di pengaruhi juga oleh lingkungan. Tahap persepsi juga perlu membutuhkan pengalaman yang sangat mempengaruhi dalam mempersepsikan apapun.





















DAFTAR PUSTAKA

Walgito Bimo, (1980). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi
Azhari akyas,(2004). Psikologi umum da perkembangan. Jakarta: Penerbit teraju
Fauzi Ahmad H, (1997). Psikologi umum. Bandung: Pustaka setia






















KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah Psikologi Umum dengan tema ‘SENSASI DAN PERSEPSI’. Salawat dan salam tidak lupa kami sampaikan pada Nabi Muhammad SAW.
Tak lupa saya sampaikan terimakasih kepada ibu Dr. Nadilah, MA selaku dosen pengampu mata kuliah psikologi umum yang telah memberikan tugas makalah ini. Saya selaku penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk saya khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan, saya mengharap kritik dan saran yang membangun  untuk bisa menjadi koreksi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
.



Yogyakarta, 29 September 2013

Penulis





[1] Walgito Bimo, (1980). Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: Andi) hal 99

[2] Walgito Bimo, (1980). Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: Andi) hal 105

0 Comments:

Post a Comment