PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Berpikir
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan setiap hari dimana berpikir melibatkan proses memanipulasi informasi secara
mental, seperti membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam masalah,
mengambil keputusan dan melakukan refleksi kritis atau menghasilkan gagasan
kreatif.
Berpikir juga mempunyai proses, dimana proses berpikir
merupakan proses kerja otak. Dalam berpikir juga membutuhkan kekretivitasan,
yang justru hal itu snagat diperlukan dalam dunia pendidikan,
Dalam makalah ini akan disinggung sedikit tentang hal
yang telah disebutka diatas.
2.
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan berpikir?
b.
Apa saja faktor yang menjadi penghambat dalam berpikir?
c.
Bagaimanakah kreativitas dalam berpikir?
d.
Bagaimana kreativitas berpikir dalam dunia pendidikan?
3.
Tujuan Penulisan
a.
Untuk mengetahui pengertian berpikir
b. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam berpikir
c. Untuk mengetahui
kekreativitasan dalam berpikir
d. Untuk mengetahui
kreativitas berpikir dalam pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Berpikir
Berpikir
adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu proses simbolis. Berpikir merupakan aktivitas mental dan kognitif yang
berwujud mengolah dan memanipulasi informasi dengan simbol-simbol atau
materi-materi yang disimpan dalam ingatannya, khususnya yang ada dalam long
term memory.
Sebagai contoh, jika kita makan, kita bukan berpikir. Tetapi, jika kita
membayangkan suatu makanan yang tidak ada, maka kita menggunakan ide atau simbol-simbol
tertentu dan tingkah laku ini disebut berpikir. Ilustrasi lain dapat digambarkan sebagai berikut. Seorang
akan membeli pesawat radio. Oleh penjual ditawarkan berbagai macam merk dengan
berbagai macam harga. Sebelum pembeli memutuskan sesuatu jenis radio yang akan
dibelinya, si pembeli mengolah informasi-informasi atau pengertian-pengertian
yang ada pada dirinya, kelebihan serta kelemahan dari masing-masing merk,
hingga akhirnya pembeli memutuskan pada merk tertentu.[1]
1. Macam-macam Berpikir
Macam-macam
kegiatan berpikir dapat digolongkan sebagai berikut[2]:
1.
Berpikirasosiatif, yaitu
proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan
pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan
sebelumnya, jadi ide-ide tersebut timbul secara bebas.
Jenis-jenis
berpikir asosiatif:
a. Asosiasi
bebas:
Suatu ide yang menimbulkan ide
mengenaihal lain tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang
timbulnya ide tentang restoran, dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makan
atau hal yang lain.
b. Asosiasi
terkontrol:
Suatu ide
tertentu yang menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu.
Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide yang lain tentang harganya,
pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya. Tetapi, tidak merangsang hal-hal
lain diluar itu. Seperti, peraturan lalu lintas, polis ilalu
lintas, mertua sering meminjam
barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan lain sebagainya.
c. Melamun:
Yaitu mengkhayal bebas sebebas-bebasnya tanpa
batas juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d. Mimpi:
Ide-ide tentang berbagai hal yang timbul
secara tidak disadari ketika tidur. Mimpi ini kadang-kadang pada waktu bangun sudah tidak dapat diingat,
tetapi kadang juga masih dapat diingat.
e. Berpikir
artistik:
Yaitu proses
berpikir yang sangat objektif. Jalan pikirannya sangat dipengaruhi oleh pendapat
dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini
sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
2.
BerpikirTerarah,
Yaitu
proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu,
biasanya diarahkan pada pemecahan persoalan. Ada 2 macam berpiki rterarah,
yaitu:
a. Berpikir kritis:
Yaitu membut keputusan atau pemeliharaan
terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir
kreatif:
Yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan
baru antara berbagai hal, misalnya menemukan pemecahan baru dari suatu persoalam,
menemukan sisi tembaru, menemukan bentuk artistic baru, dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol,
yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya,
perkatan buku adalah symbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran
kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Disamping kata-kata, juga ada bentuk-bentuk
simbol, antara lain angka, symbol matematika, simbol-simbol yang digunakan dalam
peraturan lalu lintas, not musik, mata uang dan sebagainya.
Telah dikatakan diatas, bahwa berpikir
terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan atau masalah. Untuk mengarahkan jalan
pikiran pada pemecahan persoalan, maka diperlukan penyusunan strategi. Ada 2
macam strategi umum dalam memecakan persoalan, yaitu:
1. Strategi
menyeluruh:
Dalam strategi ini, persoalan dipandang sebagai
sesuatu yang menyeluruh dan dipecahkan secara keseluruhan. Dalam strategi ini seringkali
ditemikan hal-hal yang sama pada beberapa bagian, sehingga dapat diatasi sekaligus.
Cara ini lebih efisien jika waktunya terbatas.
2. Strategi
detailistis:
Dalam strategi ini, persoalan dibagi-bagi
dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat
ditimbulkan oleh:
a. Set:
Yaitu pemecahan-pemecahan persoalan yang
berhasil dan cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya
(timbul set), padahal belum tentu persoalan yang berikutnya itu dapat dipecahkan
dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama jika
orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.
b. Sempitnya
pandangan:
Hal ini sering muncul dalam memecahkan persoalan
apabila seseorang hanya melihat satu kemingkinan jalan keluar. Meskipun kemungkinan
yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya secara terus-menerus,
karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain.
2. Proses berpikir
Menurut analisis berpikir, proses
berpikir itu dari keaslian, kritik dan penerimaan atau penolakan hipotesis. Dalam
pemecahan persoalan yang bersifat non simbolis
(misalnya
memecahkan teka-teki), sasaran atau kritik terhadap hipotesis dilaksanakan
bersama-sama dalam perbuatan trial
and error yang bersifat terbuka. Responnya berwujud gerakan-gerakan otot besar.
Dalam pemecahan problem yang
bersifat simbolis (reasoning), sasaran hipotesis berbeda dari kritiknya. Sasaran-sasaran
itu selalu dilambangkan, sedangkan kritik bisa dilambangkan. Sasaran dan kritik
itu dilambangkan oleh respon-respon yang bersifat tertutup, seperti sensasi,
fantasi, bahasa, atau gerakan-garakan kecil.
Proses berpikir biasa menggunakan simbol-simbol
berupa kata-kata atau bahasa (language).[3]
Karena itu, sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang
erat. Dengan bahasa, manusia menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang
memungkinkan manusia dapat berpikir lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk
lain. Meskipun bahasa merupakan cara yang lebih ampuh (powerful) dalam proses berpikir, namun bahasa bukanlah
satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir. Sebab, masih ada
lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan
atau gambaran (image).
Proses
berpikir juga bisa disebut dengan proses pemecahan masalah. Faktoryang dapat
menyebabkan proses berpikir dengan memecahkan masalah antara lain:
·
Ada minat untuk memecahkan masalah
·
Memahami tujuan pemecahan masalah tersebut
·
Mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan
·
Menentukan kemungkinan mana yang digunakan
·
Melaksanakan kemungkinan yang dipilih untuk memecahkan masalah.[4]
Dalam
proses berpikir juga timbul kegiatan-kegiatan jiwa, seperti:
·
Membentuk pengertian
·
Membentuk pendapat
·
Membentuk kesimpulan. [5]
Walaupun berpikir dapat menggunakan
gambaran-gambaran, namun sebagian besar dalam berpikir orang menggunakan bahasa
atau verbal, yaitu berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa dengan
segala ketentuannya. Karena, bahasa merupakan alat yang penting dalam berpikir,
maka sering dikatakan bila seseorang berpikir, orang itu bicara dengan dirinya
sendiri.
B.
Faktor Penghambat Dalam Berpikir
Seperti yang telah dipaparkan
diatas bahwa proses berpikir adalah adanya titik tolak yang berpikir seseorang. Berpikir bertitik tolak
pada masalah yang dihadapi seseorang. Dalam proses berpikir tidak selalu
berlangsung dengan begitu mudah, namun seseorang sering mengalami
hambatan-hambatan dalam proses berpikir. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul
dalam proses berpikir dapat disebabkan oleh:
a.
Data yang kurang sempurna,
sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh.
b.
Data yang ada dalam keadaan
confuse, data yang bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan
membingungkan dalam proses berpikir.
C.
Kreativitas
Dalam Berpikir
Sesuatu yang baru yang dapat ditemukan merupakan suatu masalah seseorang,
yang sebelumnya mungkin belum terdapat. Hal ini dapat dijumpai misalnya dalam
diri seseorang menulis ceritera, ataupun seorang ilmuwan, ataupun pada
bidang-bidang lain, ini yang sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative thingking).
Dalam
berpikir kreatif ada beberapa tingkatan (stage)
sampai seseorang memperoleh hal yang baru. Tingkatan-tingkatan itu adalah:
a.
Persiapan (preparation), yaitu
tingkatan sweseorang memformulasikan masalah dan mengumpulkan fakta-fakta atau
materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan hal yang baru. Ada
kemungkinan apa yang dipikirkan itu tidsk segera memperoleh pemecahannya,
tetapi soal itu tidak hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam
diri individu yang bersangkutan.
b.
Inkubisi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut dalam jiwa seseorang,
karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah.
c.
Pemacahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah.
Dalam hal ini orang mengalami “aha” secara tiba-tiba.
d.
Evaluasi, yaitu mengecek apakah pemecahan yang diperoleh pada tingkat
iluminasi itu cocok atau tidak.
e.
Revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.
Orang yang berpikir keratif itu juga mempunyai
beberapa macam sifat mengenai pribadinya yang merupakan original person, yaitu:
a.
Memilih fenomena atau keadan yang kompleks.
b.
Mempunyai psikodinamika yang kompleks dan mempunyai skop pribadi yang
luas.
c.
Dalam judgment-nya lebih
mandiri.
d.
Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive).
e.
Menolak suppression sebagai
mekanisme kontrol.
D.
Kreativitas Bepikir Dalam Pendidikan
Kreativitas merupakan salah satu bentuk transfer karena melibatkan
aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah diketahui sebelumnya kepada
situasi yang baru. [6]
Ada tidaknya unsur kreatif pada seseorang dapat ditinjau dari 2 komponen
berikut yaitu: perilaku baru serta orisinil dan hasil yang produktif. Perilaku
baru serta orisinil merupakan perilaku yang tidak secara spesifik dipelajari
dari orang lain, sementara hasil yang produktif merupakan suatu produk yang
sesuai, dan dalam arti tertentu yang memiliki nilai bagi sebuah budaya (Sawyer,
2003). Pemahaman melalui kedua komponen tersebut diilustrasikan sebagai
berikut.
“Saya akan memberikan kuliah tentang cara yang kreatif untuk menarik
perhatian para mahasiswa. Salah satu kemungkinan cara saya adalah mengajar
dengan cara telanjang bulat”.
Cara ini tentu memenuhi kriteria yang pertama dari komponen kretivitas
(baru serta orisinil), namu tidak memenuhi criteria yang kedua (sesusai dengan
budaya kita). Cara lainnya adalah memberikan soal yang menantang mahasiswa dan
menuntut mereka untuk berpikir kreatif. Pada cara yang kedua, semua komponen
kretivitas dapat dipenuhi dan merupakan cara mengajar yang relative orisinil
juga sesuai bagi mahasiswa karena dilakukan melalui eksplorasi langsung.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang berpikir itu tidak hanya dengan
otaknya, tetapi juga dengan seluruh tubuhnya. Sitem syaraf itu mempunyai peranan
yang penting dalam berpikir, karena mengintegrasikan semua bagian tubuh, alat indera,
otot dan kelenjar memegang peranan yang tidak kalah penting.
Proses berpikir juga sangat
berperan dalam memecahkan masalah. Namun, dalam berpikir juga ada suatu hal
yang dapat menghambatnya, misalnya data yang kurang sempurna sehinga masih
banyak lagi data yang harus diperoleh.
Kekreativitasan dalam berpikir juga
sangat dibutuhkan, terlebih dalam dunia pendidikan. Khususnya bagi para
pendidik dan para siswa/mahasiswa yang dididiknya, dimana kreativitas merupakan salah satu bentuk
transfer karena melibatkan aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah
diketahui sebelumnya kepada situasi yang baru. Ada tidaknya unsur kreatif pada
seseorang dapat ditinjau dari 2 komponen berikut yaitu: perilaku baru serta
orisinil dan hasil yang produktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. H. Fuadi, Ahmad, Psikologi Umum, CV. Pustaka
Setia, 1999.
Prof. Dr.Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum,
C.V. Andi Offset, Yogyakarta, 2010.
Prof. H. Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003.
Latpah, Eva, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT.
Pustaka Insan Madani, Yogyakarta.
[1]Prof.
Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi
Umum, C.V Andi Offset, Yogyakarta 2010
[2] Drs. H. Ahmad Fuadi, Psikologi Umum, CV
Pustaka Setia, 1999
[3]
Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar
Psikologi Umum, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2010
[4]
Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 167
[5]
Drs. H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 167
[6]
Eva Latipah, Pengantar Psikologi
Pendidikan, PT. Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, hlm. 121
0 Comments:
Post a Comment