Header Ads

19 December 2014

PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM MASA BANI UMAIYAH

PERKEMBANGAN POLITIK ISLAM MASA BANI UMAIYAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA

Oleh:
Riski Andri Pramudya (13410140)
Fakultas Tarbiyah
Jurusan PAI
Semester 1
Kelas D

 2013/2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan petunjuk dan hukum-hukum bagi manusia yang dengannya pastilah kita selamat didunia dan diakhirat. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi agung yang telah menuntun manusia dari jalan kegelapan menuju jalan cahaya dengan Islam. Keselamatan semoga selalu berada pada orang-orang yang ridho dan berjuang dalam menegakan syariat Islam.
Masa Bani Umaiyah adalah masa dimana Islam mengalami berbagai macam persoalan, dan masalah yang paling menonjol adalah pada ranah politik. Diangkatnya muawiyah r.a sebagai Khalifah setelah penyerahan kekuasaan oleh Khalifah Hasan r.a menandai dimulainya wajah baru perpolitikan Islam. Muawiyah merubah sistem pemerintahan dari yang sermula penunjukan Khalifah diserahkan kepada umat menjadi sistem kerajaan/dinasti. Pengangkatan Khalifah ditunjuk langsung oleh Khalifah sebelumnya tanpa musyawarah dengan umat.
Dalam perjalananya, umat Muslim pada masa Bani Umaiyah banyak sekali menghadapi peristiwa-peristiwa penting. Mulai dari perang saudara, pemberontakan, dan perluasan wilayah Islam yang sangat sigbifikan.
melalui makalah ini, penulis akan membahas tentang perkembangan politik Islam pada masa Bani Umaiyah. Tentu saja terdapat banyak kekurangan pada makalah ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menutupi kekurangan-kekurangan itu. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat dalam ranah pendidikan. Aamiin.
Yogyakarta, 21 September 2013
RISKI ANDRI PRAMUDYA




BAB 1
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Bani Umaiyah adalah salah satu nama kabilah pada suku Quraish. Nama Bani Umaiyah sendiri disandarkan pada nama salah satu pembesar Quraish, dia Adalah Umaiyah ibnu ‘Abdi Syam ibnu ‘Abdi Manaf.[1] Bani Umaiyah senantiasa bersaing dengan Bani Hasyim. Dan puncak dari persaingan itu adalah ketika Muhammad SAW diangkat menjadi seorang Nabi. Bagi Bani Umaiyah, diangkatnya Nabi dari kalangan Bani Hasyim merupakan pukulan telak bagi persaingan mereka.. Maka, sepanjang dakwah Rasulallah di Mekah, Bani Umaiyah selalu menentang dakwah Nabi SAW. Bani Umaiyah barulah masuk Islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan dan pimpinanya, menyerbu masuk kekota mekkah. [2]
Titik balik persaingan antara Bani Hasyim dan Bani Umaiyah terjadi manakala Khalifah Hasan r.a menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah r.a. Penyerahan kekuasaa itu disertai dengan persyaratan-persyaratan, yakni:
1.        Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak.
2.        Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan meraka.
3.        Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukan kepadanya dan diberikan tiap tahun.
4.        Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham.
5.        Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.[3]
Daulah Umaiyah memerintah selama 91 tahun dengan 14 orang Khalifah. Ibukota Daulah Umaiyah berada di Damaskus. Dalam kurun waktu ± 91 tahun, Daulah Umaiyah mengalami banyak pergolakan politik. maka dari itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang berdirinya Daulah Umaiyah, kebijakan-kebijakan, dan perkembangan politiknya.



B.  RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha untuk membatasi pembahasan dengan membuat rumusan masalah agar pembahasannya nanti tidak melebar dari topik makalah. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.    Sejarah munculnya Daulah Bani Umaiyah.
2.    Bentuk pemerintahan Daulah Umaiyah.
3.    Kebijakan-kebijakan yang diambil Daulah Bani Umaiyah dalam bidang politik.
4.    Masa kejayaan dan kemunduran Daulah Bani Umaiyah.

C.  MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang politik Islam, khususnya politik yang dijalankan pada masa Daulah Bani Umaiyah dan kebijakan-kebijakan yang diambil Daulah Bani Umaiyah. Disamping juga untuk menambah khazanah Islam dalam pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  SEJARAH BERDIRINYA DAULAH BANI UMAIYAH
Daulah Bani Umaiyah berdiri pada tahun 661 M. Tepatnya setelah Khalifah Hasan r.a menyerahkan kekuasaan kepada muawiyah ibnu abu sufyan r.a. pada bulan Rabi’ul-akhir tahun 41 H. Sikap Khalifah Hasan r.a mendapat kecaman dari para pendukungnya, namun Khalifah Hasan memberikan jawaban yang sangat terkenal sekali, berbunyi: “ saya tidak krasan menyaksakin kalian terbunuh karena memperebutkan kekuasaan. Inti kekuatan bangsa Arab ditanganku dewasa ini. Mereka akan rela damai jika aku ingin damai dan akan rela perang jika aku harus perang. Tetapi hal terakhir itu aku singkirkan oleh karena kasih sayang akan darah ummat Islam”.[4]
Muawiyah r.a memasuki kota Kufah dimana ia bertemu dengan Hasan r.a dan Husein r.a, lalu kaum Muslim membaiat Muawiyah r.a menjadi Khalifah, Hasan r.a dan Husein r.a turut pula dalam pembaiatan itu. Itulah sebabnya maka tahun itu disebut sebagai “tahun persatuan”.[5] Maka dari itu, Muawiyah r.a disebut sebagai pendiri Daulah Umaiyah, ia adalah seorang pemimpin yang berpribadi kuat, jujur, serta ahli dalam lapangan politik.[6]
Daulah Bani Umaiyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 91 tahun. Dimulai dari khalifah pertama yaitu Muawiyah r.a sampai khalifah terakhir yaitu Marwan ibnu Muhammad ibnu Marwan. Khalifah Bani Umaiyah seluruhnya berjumlah 14 orang.[7]

B.       BENTUK PEMERINTAHAN DAULAH BANI UMAIYAH
Umat Muslim pada masa Khulafaur Rasyidin mengangkat seorang Khalifah dengan Musyawarah. Tetapi pada masa Bani Umaiyah, Khalifah ditunjuk oleh Khalifah sebelumnya dan merupakan anggota keluarga dari Khalifah itu sendiri. Sistem semacam ini lebih dikenal dengan nama Dinasti. Dinasti adalah sistem pemerintahan dimana penguasa kerajaan memilih putra mahkota dari anggota keluarganya sebagai penggantinya.
Pengubahan sistem pemerintahan dari yang semula kekuasaan diserahkan kepada umat menjadi sistem dinasti mendapat protes dari sebagian kaum Muslimin. Mereka mengingatkan muawiyah agar kembali pada sistem Khilafah ala minjah an-Nubuwah, yaitu khilafah yang mengikuti jejak nabi SAW. Namun, peringatan tersebut tidak digubris oleh Muawiyah r.a. Ia menganggap jika itu dilakukan, maka dapat menimbulkan kekacauan dalam pemerintahan.
C.       KEBIJAKAN-KEBIJAKAN POLITIK BANI UMAIYAH
Pada masa Muawiyah menjabat sebagai Khalifah, ia mengambil beberapa kebijakan, diantaranya yaitu:
1.    Memindahkan pusat kekuasan kekota Damascus dari yang semula berada di Madinah.
2.    Mengganti gubernur-gubernurnya, seperti mengangkat amr ibnu ash menjadi gubernur mesir. Mengangkat Al-Mughirah ibnu Syu’bah menjadi Gubernur Persia.
3.    Menumpas pemberontakan yang dilakukan kaum Khawarij.
4.    Membangun kekuatan militer yang tangguh, yaitu dengan dibentuknya angkatan laut pertama.
5.    Melakukan perluasan wilayah Islam, baik wilayah barat maupun wilayah timur.


6.    Pembentukan Al-Kuttab (secretery), Seperti:
a.    Katib al-Rasail, yaitu sekretaris yang mengurus administrasi dan surat-menyuurat dengan pembesar-pembesar setempat.
b.    Katib al-Kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan pengeluaran negara.
c.    Katib al-Jundi, sekretaris yang bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
d.   Katib al-Syurtah, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
e.    Katib al-Qudat, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.

D.       MASA KEJAYAAN DAN RUNTUHNYA DAULAH BANI UMAIYAH
a.    Masa Kejayaan
Pada masa pemerintahan Bani umiyah, Islam meraih kemajuan besar dalam perluasan wilayah. Usaha penaklukan-penaklukan itu yang akhirnya menjadikan wilayah-wilayah seperti Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak, Persia, Afghanistan, India, Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgistan.[8]
Perluasan yang dilakukan dilakukan oleh Bani Umaiyah meliputi tiga front penting. Ketiga front itu adalah sebagai berikut :
1.    Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia kecil. Dimasa Daulah Bani Umaiyah pertempuran difront ini telah meluas ampai meliputi pengepungan terhadap kota konstantinopel, dan penyerangan terhadap beberapa pulau di Laut Tengah.
2.    Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai pantai atlantik, kemudian menyeberangi selat Jabal Tarik dan sampai ke Spanyol.
3.    Front Timur. Front ini meluas dan terbagi kepada dua cabang, yang satu menuju keutara, daerah-daerah diseberang sungai Jihun (Amu Dariah). Dan cabang yang ke dua menuju kedaerah selatan, meliputi daerah Sind.[9]



Pada masa keKhilafahan Bani Umaiyah, bidang sosial sangatlah diperhatikan. Perhatian pada bidang sosial itu tampak pada dibangunnya rumah-rumah sakit umum, pembangunan rumah-rumah tempat pemeliharaan orangtua tanpa famili, pembangunan tempat-tempat pemeliharaan fakir-miskin agar tidak menjadi pengemis, pembangunan tempat pemeliharaan bagi orang buta dnegan disediakan pelayan secukupnya untuk menjaga kepentingan dan kebutuhannya, pembangunan tempat-tempat persinggahan bagi musafir yang kehabisan belanja, menyediakan dana-dana khusus untuk dibagikan kepada setiap orang yang hafal kitab suci Al-Qur’an.[10]
Pada masa Khalifah Walid I, banyak jalan-jalan yang yang digunakan para kafilah dagang dan menjadi urat-nadi ekonommi diperbaiki, memperbaiki kanal-kanal dilembah Ephrate maupun dilembah nil, membangun saluran-saluran air pada daerah-daerah subur yang merupakan daerah pertanian.[11]
Jalur perdagangan melalui jalan sutera (Silk Road) dari dari Tioangkok, maupun melalui jalan laut (Sea Routes) dari Asia Tenggara telah menyebabkan perbendaharaan negara (Baitul Mal) gemuk dari hasil pemungutan kharraj /pajak.

b.    Runtuhnya Daulah Bani Umaiyah
Kejayaan dan kemakmuran yang diraih Bani Umaiyah akhirnya tidak dapat menghindarkannya dari keruntuhannya. Penyebab keruntuhan Daulah Bani Umayah dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:
1.    Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab utara yang disebut Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan (Himyariyah) yang berdiam diwilayah suriah. Dizaman Umaiyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para Khalifah cenderung kepada satu pihak dan menafikkan yang lain.[12]
2.    Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab, mereka yang merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu status yang menggambarkan inferioritas ditengah-tengah keangkuhan orang-orang arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Bani  Umaiyah. Mereka bersama-sama Arab ,engalami beratnya peperangan dan bahkan beberapa orang diantara mereka mencapai tingkatan yang jauh diantara orang-orang Arab, tetapi harapan mereka untuk mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.[13]
3.    Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umaiyah tidak terlepas dari konflik-konflik politik. kaum Syi’ah dan Khawarij terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan Umaiyah. Disamping menguatnya Bani Abbasiyah pada masa-masa akhir kekuasaan Bani Umaiyah yang semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat menggeser kedudukan Bani Umaiyah dalam memimpin umat.[14]
Akhir dari pemerintahan Bani Umaiyah ini terjadi pada masa Khalifah Marwan bin Muhammad yang memerintah tahun 127-132H. Pada masa ini terjadi banyak sekali pemberontakan-pembrontakan. Diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Khawarij di Hijaz dan pemberontakan yang dilakukan kaum Syi’ah di Khurasan. Dalam banyak pertempuran kaum syia’ah telah mencatat kemenangan.[15]
Kekacauan-kekacauan yang terus-menerus didalam wilayah Khurasan saat itu, dipandang saat yang tepat oleh Bani Abbasiyah untuk tampil kedepan dengan mengerahkan seluruh kekuatannya.[16]
Pasukan Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani berhasil menguasai seluruh wilayah Khurasan dan Iran. Pasukan Abu Muslim Al-Khurasani terus bergerak maju kelembah Irak dan berhasil mengalahkan pasukan Khalifah Marwan bin muhammad. Khalifah Marwan bin muhammad dikejar keMosul, Haura, Syiria, Palestina dan Mesir.[17]
Khalifah Marwan bin Muhammad ditemukan dalam persembunyianya di sebuah biara di kota pelabuhan Abusir, dimuara sungai Nil. Kemudian Khalifah Marwan bin Muhammad dijatuhi hukuman mati. Khalifah Marwan bin Muhammad wafat dalam usia 62 tahun, pada tahun 132H.[18] Dengan terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad maka berakhir pula masa Kekhilafah Bani Umaiyah, kemudian kepemimpinan kaum Muslimin berada pada Bani Abbasiyah.

BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa nama Bani Umaiyah disandarkan Umaiyah bin Abd al-Syam yang merupakan kakek dari abu sufyan bin harb, ayah dari Muawiyah. Kekhilafahan Bani Umayah adalah keKhilafahan pertama dimana pemilihan seorang Khalifah tidak lagi serahkan kepada kaum Muslimin, tetapi dipilih langsung oleh Khalifah sebelumnya, atau bisa disebut juga sistem kerajaan.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, pengangkatan Khalifah diserahkan kepada umat Muslim. Khalifah sebelumnya hanya mengajukan calon pengganti Khalifah, namun tidak berarti orang yang dicalonkan oleh Khalifah sebelumnya sudah pasti menjadi Khalifah. Keputusan tetap berada pada umat Muslim, apakah umat Muslim mau setuju dengan orang yang diajukan Khalifah atau berkemauan untuk mencari orang lain sebagai pengganti Khalifah. Lain halnya pada masa dinasty Umaiyah, Khalifah menunjuk penggantinya sendiri, dan umat Muslim harus setuju dengan pilihan Khalifah, dan mereka harus membai’at Khalifah pengganti tersebut. Inilah perbedaan yang paling menonjol dalam hal politik pada masa Khulafaur Rasyidin dengan masa Daulah Bani Umaiyah.
KeKhilafahan Bani Umaiyah berlangsung kurang-lebih selama 91 tahun dengan 14 orang Khalifah. Khalifah pertama adalah Muawiyah bin Abu Sufyan yang merupakan pendiri Daulah Bani Umayah. Pada masa pemerintahanya, umat Islam memperoleh kemenangan yang besar dengan melakukan banyak sekali penaklukan-penaklukan.
Terjadinya banyak pemberontakan terhadap pemerintahan Bani Umaiyah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.    Ketidaksenagan terhadap pemerintahan Bani Umaiyah yang menggunakan sistem kerajaan.
2.    Kebencian kaum Syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umaiyah. Dimana kaum syi’ah beranggapan bahwa hak pemerintahan adalah berada ditangan ahl bait (keturunan nabi).
3.    Perlakuan yang berbeda kepada bangsa Mawali dengan bansa Arab, dimana bangsa arab lebih diprioritaskan daripada bangsa Mawali.
Akhir dari masa pemerintahan Bani Umaiyah adalah pada masa pemerintahan Khalifah Marwan bin Muhammad, yaitu pada tahun 132 H. Pasukan Daulah Bani Umaiyah ditaklukan oleh pasukan Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani. Khalifah Marwan bin Muhammad sendiri akhirnya tewas dalam tempat persembunyiannya.



DAFTAR PUSTAKA

Mufrodi, Ali. (1997). Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Sou’yb, Yoesoef. (1977). Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus. Jakarta: Bulan Bintang.
Syalabi, A. (1992). Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Pustaka Al-Husna.




[1] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, hal. 24
[2] Ibid hal. 25
[3] Dr. ALI Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal. 73
[4] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.15
[5] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hal.35
[6] Ibid, hal.31
[7] Ibid, hal.29
[8] DR. Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal.80
[9] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hal.142
[10] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.150
[11] Idem, hal.151
[12] DR. Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal.83
[13] DR. Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal.84
[14] Idem.
[15] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hal.138
[16] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.232
[17] Idem.
[18] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.232

0 Comments:

Post a Comment