UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
Oleh:
Riski Andri Pramudya (13410140)
Fakultas Tarbiyah
Jurusan PAI
Semester 1
Kelas D
2013/2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan
petunjuk dan hukum-hukum bagi manusia yang dengannya pastilah kita selamat
didunia dan diakhirat. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, Nabi agung yang telah menuntun manusia dari jalan kegelapan menuju jalan
cahaya dengan Islam. Keselamatan semoga selalu berada pada orang-orang yang
ridho dan berjuang dalam menegakan syariat Islam.
Masa Bani Umaiyah adalah masa dimana Islam mengalami berbagai macam
persoalan, dan masalah yang paling menonjol adalah pada ranah politik.
Diangkatnya muawiyah r.a sebagai Khalifah setelah penyerahan kekuasaan oleh Khalifah
Hasan r.a menandai dimulainya wajah baru perpolitikan Islam. Muawiyah merubah
sistem pemerintahan dari yang sermula penunjukan Khalifah diserahkan kepada
umat menjadi sistem kerajaan/dinasti. Pengangkatan Khalifah ditunjuk langsung
oleh Khalifah sebelumnya tanpa musyawarah dengan umat.
Dalam perjalananya, umat Muslim pada masa Bani Umaiyah banyak
sekali menghadapi peristiwa-peristiwa penting. Mulai dari perang saudara,
pemberontakan, dan perluasan wilayah Islam yang sangat sigbifikan.
melalui makalah ini, penulis akan membahas tentang perkembangan
politik Islam pada masa Bani Umaiyah. Tentu saja terdapat banyak kekurangan
pada makalah ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran agar
penulis dapat menutupi kekurangan-kekurangan itu. Semoga makalah yang sederhana
ini bermanfaat dalam ranah pendidikan. Aamiin.
Yogyakarta, 21 September 2013
RISKI ANDRI PRAMUDYA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bani Umaiyah adalah salah satu nama kabilah pada suku Quraish. Nama
Bani Umaiyah sendiri disandarkan pada nama salah satu pembesar Quraish, dia Adalah
Umaiyah ibnu ‘Abdi Syam ibnu ‘Abdi Manaf.[1] Bani
Umaiyah senantiasa bersaing dengan Bani Hasyim. Dan puncak dari persaingan itu
adalah ketika Muhammad SAW diangkat menjadi seorang Nabi. Bagi Bani Umaiyah,
diangkatnya Nabi dari kalangan Bani Hasyim merupakan pukulan telak bagi
persaingan mereka.. Maka, sepanjang dakwah Rasulallah di Mekah, Bani Umaiyah
selalu menentang dakwah Nabi SAW. Bani Umaiyah barulah masuk Islam setelah
mereka tidak menemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi
Muhammad bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada
kerasulan dan pimpinanya, menyerbu masuk kekota mekkah. [2]
Titik balik persaingan antara Bani Hasyim dan Bani Umaiyah terjadi
manakala Khalifah Hasan r.a menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah r.a.
Penyerahan kekuasaa itu disertai dengan persyaratan-persyaratan, yakni:
1.
Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk
Irak.
2.
Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan meraka.
3.
Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukan kepadanya dan diberikan
tiap tahun.
4.
Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham.
5.
Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian
kepada Bani Abdis Syams.[3]
Daulah Umaiyah memerintah selama 91 tahun dengan 14 orang Khalifah.
Ibukota Daulah Umaiyah berada di Damaskus. Dalam kurun waktu ± 91 tahun, Daulah
Umaiyah mengalami banyak pergolakan politik. maka dari itu, dalam makalah ini
akan dijelaskan tentang berdirinya Daulah Umaiyah, kebijakan-kebijakan, dan
perkembangan politiknya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha untuk membatasi pembahasan
dengan membuat rumusan masalah agar pembahasannya nanti tidak melebar dari
topik makalah. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Sejarah munculnya Daulah Bani Umaiyah.
2.
Bentuk pemerintahan Daulah Umaiyah.
3.
Kebijakan-kebijakan yang diambil Daulah Bani Umaiyah dalam bidang
politik.
4.
Masa kejayaan dan kemunduran Daulah Bani Umaiyah.
C.
MAKSUD DAN TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
politik Islam, khususnya politik yang dijalankan pada masa Daulah Bani Umaiyah
dan kebijakan-kebijakan yang diambil Daulah Bani Umaiyah. Disamping juga untuk
menambah khazanah Islam dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH BERDIRINYA DAULAH BANI UMAIYAH
Daulah Bani Umaiyah berdiri pada tahun 661 M. Tepatnya setelah Khalifah
Hasan r.a menyerahkan kekuasaan kepada muawiyah ibnu abu sufyan r.a. pada bulan
Rabi’ul-akhir tahun 41 H. Sikap Khalifah Hasan r.a mendapat kecaman dari para
pendukungnya, namun Khalifah Hasan memberikan jawaban yang sangat terkenal
sekali, berbunyi: “ saya tidak krasan menyaksakin kalian terbunuh karena
memperebutkan kekuasaan. Inti kekuatan bangsa Arab ditanganku dewasa ini.
Mereka akan rela damai jika aku ingin damai dan akan rela perang jika aku harus
perang. Tetapi hal terakhir itu aku singkirkan oleh karena kasih sayang akan
darah ummat Islam”.[4]
Muawiyah r.a memasuki kota Kufah dimana ia bertemu dengan Hasan r.a
dan Husein r.a, lalu kaum Muslim membaiat Muawiyah r.a menjadi Khalifah, Hasan
r.a dan Husein r.a turut pula dalam pembaiatan itu. Itulah sebabnya maka tahun
itu disebut sebagai “tahun persatuan”.[5]
Maka dari itu, Muawiyah r.a disebut sebagai pendiri Daulah Umaiyah, ia adalah
seorang pemimpin yang berpribadi kuat, jujur, serta ahli dalam lapangan
politik.[6]
Daulah Bani Umaiyah berkuasa hampir satu abad, tepatnya 91 tahun.
Dimulai dari khalifah pertama yaitu Muawiyah r.a sampai khalifah terakhir yaitu
Marwan ibnu Muhammad ibnu Marwan. Khalifah Bani Umaiyah seluruhnya berjumlah 14
orang.[7]
B.
BENTUK PEMERINTAHAN DAULAH BANI UMAIYAH
Umat Muslim pada masa Khulafaur Rasyidin mengangkat seorang
Khalifah dengan Musyawarah. Tetapi pada masa Bani Umaiyah, Khalifah ditunjuk
oleh Khalifah sebelumnya dan merupakan anggota keluarga dari Khalifah itu
sendiri. Sistem semacam ini lebih dikenal dengan nama Dinasti. Dinasti adalah
sistem pemerintahan dimana penguasa kerajaan memilih putra mahkota dari anggota
keluarganya sebagai penggantinya.
Pengubahan sistem pemerintahan dari yang semula kekuasaan
diserahkan kepada umat menjadi sistem dinasti mendapat protes dari sebagian
kaum Muslimin. Mereka mengingatkan muawiyah agar kembali pada sistem Khilafah
ala minjah an-Nubuwah, yaitu khilafah yang mengikuti jejak nabi SAW. Namun,
peringatan tersebut tidak digubris oleh Muawiyah r.a. Ia menganggap jika itu
dilakukan, maka dapat menimbulkan kekacauan dalam pemerintahan.
C.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN POLITIK BANI UMAIYAH
Pada masa Muawiyah menjabat sebagai Khalifah, ia mengambil beberapa
kebijakan, diantaranya yaitu:
1.
Memindahkan pusat kekuasan kekota Damascus dari yang semula berada
di Madinah.
2.
Mengganti gubernur-gubernurnya, seperti mengangkat amr ibnu ash
menjadi gubernur mesir. Mengangkat Al-Mughirah ibnu Syu’bah menjadi Gubernur
Persia.
3.
Menumpas pemberontakan yang dilakukan kaum Khawarij.
4.
Membangun kekuatan militer yang tangguh, yaitu dengan dibentuknya
angkatan laut pertama.
5.
Melakukan perluasan wilayah Islam, baik wilayah barat maupun
wilayah timur.
6.
Pembentukan Al-Kuttab (secretery), Seperti:
a.
Katib al-Rasail, yaitu sekretaris yang mengurus administrasi dan surat-menyuurat
dengan pembesar-pembesar setempat.
b.
Katib al-Kharaj, sekretaris yang bertugas menyelenggarakan penerimaan dan
pengeluaran negara.
c. Katib al-Jundi, sekretaris
yang bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan ketentaraan.
d. Katib al-Syurtah, sekretaris
yang bertugas menyelenggarakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban umum.
e.
Katib al-Qudat, yaitu sekretaris yang bertugas menyelenggarakan tertib
hukum melalui badan-badan peradilan dan hakim setempat.
D.
MASA KEJAYAAN DAN RUNTUHNYA DAULAH BANI UMAIYAH
a.
Masa Kejayaan
Pada masa pemerintahan Bani umiyah, Islam meraih kemajuan besar
dalam perluasan wilayah. Usaha penaklukan-penaklukan itu yang akhirnya
menjadikan wilayah-wilayah seperti Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara,
Jazirah Arab, Suriah, Palestina, separuh daerah Anatolia, Irak, Persia,
Afghanistan, India, Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgistan.[8]
Perluasan yang dilakukan dilakukan oleh Bani Umaiyah meliputi tiga
front penting. Ketiga front itu adalah sebagai berikut :
1.
Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia kecil. Dimasa Daulah
Bani Umaiyah pertempuran difront ini telah meluas ampai meliputi pengepungan
terhadap kota konstantinopel, dan penyerangan terhadap beberapa pulau di Laut
Tengah.
2.
Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai pantai atlantik, kemudian
menyeberangi selat Jabal Tarik dan sampai ke Spanyol.
3.
Front Timur. Front ini meluas dan terbagi kepada dua cabang, yang
satu menuju keutara, daerah-daerah diseberang sungai Jihun (Amu Dariah). Dan
cabang yang ke dua menuju kedaerah selatan, meliputi daerah Sind.[9]
Pada masa keKhilafahan Bani Umaiyah, bidang sosial sangatlah
diperhatikan. Perhatian pada bidang sosial itu tampak pada dibangunnya rumah-rumah
sakit umum, pembangunan rumah-rumah tempat pemeliharaan orangtua tanpa famili,
pembangunan tempat-tempat pemeliharaan fakir-miskin agar tidak menjadi
pengemis, pembangunan tempat pemeliharaan bagi orang buta dnegan disediakan
pelayan secukupnya untuk menjaga kepentingan dan kebutuhannya, pembangunan
tempat-tempat persinggahan bagi musafir yang kehabisan belanja, menyediakan
dana-dana khusus untuk dibagikan kepada setiap orang yang hafal kitab suci
Al-Qur’an.[10]
Pada masa Khalifah Walid I, banyak jalan-jalan yang yang digunakan
para kafilah dagang dan menjadi urat-nadi ekonommi diperbaiki, memperbaiki
kanal-kanal dilembah Ephrate maupun dilembah nil, membangun saluran-saluran air
pada daerah-daerah subur yang merupakan daerah pertanian.[11]
Jalur perdagangan melalui jalan sutera (Silk Road) dari dari
Tioangkok, maupun melalui jalan laut (Sea Routes) dari Asia Tenggara telah
menyebabkan perbendaharaan negara (Baitul Mal) gemuk dari hasil pemungutan
kharraj /pajak.
b.
Runtuhnya Daulah Bani Umaiyah
Kejayaan dan kemakmuran yang diraih Bani Umaiyah akhirnya tidak
dapat menghindarkannya dari keruntuhannya. Penyebab keruntuhan Daulah Bani
Umayah dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:
1.
Pertentangan keras antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu Arab utara yang disebut Mudariyah yang menempati
Irak dan Arab Selatan (Himyariyah) yang berdiam diwilayah suriah. Dizaman Umaiyah
persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena para Khalifah cenderung
kepada satu pihak dan menafikkan yang lain.[12]
2.
Ketidakpuasan sejumlah pemeluk Islam non Arab, mereka yang
merupakan pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat
sebutan “Mawali”, suatu status yang menggambarkan inferioritas ditengah-tengah
keangkuhan orang-orang arab yang mendapat fasilitas dari penguasa Bani Umaiyah. Mereka bersama-sama Arab ,engalami
beratnya peperangan dan bahkan beberapa orang diantara mereka mencapai
tingkatan yang jauh diantara orang-orang Arab, tetapi harapan mereka untuk
mendapatkan kedudukan dan hak-hak bernegara tidak dikabulkan. Seperti tunjangan
tahunan yang diberikan kepada Mawali ini jumlahnya jauh lebih kecil dibanding
tunjangan yang dibayarkan kepada orang Arab.[13]
3.
Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umaiyah tidak terlepas dari
konflik-konflik politik. kaum Syi’ah dan Khawarij terus berkembang menjadi
gerakan oposisi yang kuat dan sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan Umaiyah.
Disamping menguatnya Bani Abbasiyah pada masa-masa akhir kekuasaan Bani Umaiyah
yang semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat menggeser
kedudukan Bani Umaiyah dalam memimpin umat.[14]
Akhir dari pemerintahan Bani Umaiyah ini terjadi pada masa Khalifah
Marwan bin Muhammad yang memerintah tahun 127-132H. Pada masa ini terjadi
banyak sekali pemberontakan-pembrontakan. Diantaranya pemberontakan yang
dilakukan oleh kaum Khawarij di Hijaz dan pemberontakan yang dilakukan kaum
Syi’ah di Khurasan. Dalam banyak pertempuran kaum syia’ah telah mencatat
kemenangan.[15]
Kekacauan-kekacauan yang terus-menerus didalam wilayah Khurasan
saat itu, dipandang saat yang tepat oleh Bani Abbasiyah untuk tampil kedepan
dengan mengerahkan seluruh kekuatannya.[16]
Pasukan Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani
berhasil menguasai seluruh wilayah Khurasan dan Iran. Pasukan Abu Muslim
Al-Khurasani terus bergerak maju kelembah Irak dan berhasil mengalahkan pasukan
Khalifah Marwan bin muhammad. Khalifah Marwan bin muhammad dikejar keMosul,
Haura, Syiria, Palestina dan Mesir.[17]
Khalifah Marwan bin Muhammad ditemukan dalam persembunyianya di
sebuah biara di kota pelabuhan Abusir, dimuara sungai Nil. Kemudian Khalifah
Marwan bin Muhammad dijatuhi hukuman mati. Khalifah Marwan bin Muhammad wafat
dalam usia 62 tahun, pada tahun 132H.[18] Dengan
terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad maka berakhir pula masa Kekhilafah Bani
Umaiyah, kemudian kepemimpinan kaum Muslimin berada pada Bani Abbasiyah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, penulis mengambil
kesimpulan bahwa nama Bani Umaiyah disandarkan Umaiyah bin Abd al-Syam yang merupakan kakek dari abu sufyan bin harb, ayah dari Muawiyah.
Kekhilafahan Bani Umayah adalah keKhilafahan pertama dimana pemilihan seorang
Khalifah tidak lagi serahkan kepada kaum Muslimin, tetapi dipilih langsung oleh
Khalifah sebelumnya, atau bisa disebut juga sistem kerajaan.
Pada masa Khulafaur Rasyidin, pengangkatan Khalifah diserahkan
kepada umat Muslim. Khalifah sebelumnya hanya mengajukan calon pengganti
Khalifah, namun tidak berarti orang yang dicalonkan oleh Khalifah sebelumnya
sudah pasti menjadi Khalifah. Keputusan tetap berada pada umat Muslim, apakah
umat Muslim mau setuju dengan orang yang diajukan Khalifah atau berkemauan
untuk mencari orang lain sebagai pengganti Khalifah. Lain halnya pada masa
dinasty Umaiyah, Khalifah menunjuk penggantinya sendiri, dan umat Muslim harus
setuju dengan pilihan Khalifah, dan mereka harus membai’at Khalifah pengganti
tersebut. Inilah perbedaan yang paling menonjol dalam hal politik pada masa
Khulafaur Rasyidin dengan masa Daulah Bani Umaiyah.
KeKhilafahan Bani Umaiyah berlangsung kurang-lebih selama 91 tahun
dengan 14 orang Khalifah. Khalifah pertama adalah Muawiyah bin Abu Sufyan yang
merupakan pendiri Daulah Bani Umayah. Pada masa pemerintahanya, umat Islam
memperoleh kemenangan yang besar dengan melakukan banyak sekali
penaklukan-penaklukan.
Terjadinya banyak pemberontakan terhadap pemerintahan Bani Umaiyah disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.
Ketidaksenagan terhadap pemerintahan Bani Umaiyah yang menggunakan
sistem kerajaan.
2.
Kebencian kaum Syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umaiyah. Dimana
kaum syi’ah beranggapan bahwa hak pemerintahan adalah berada ditangan ahl bait
(keturunan nabi).
3.
Perlakuan yang berbeda kepada bangsa Mawali dengan bansa Arab,
dimana bangsa arab lebih diprioritaskan daripada bangsa Mawali.
Akhir dari masa
pemerintahan Bani Umaiyah adalah pada masa pemerintahan Khalifah Marwan bin
Muhammad, yaitu pada tahun 132 H. Pasukan Daulah Bani Umaiyah ditaklukan oleh
pasukan Bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani. Khalifah
Marwan bin Muhammad sendiri akhirnya tewas dalam tempat persembunyiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Mufrodi,
Ali. (1997). Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Sou’yb,
Yoesoef. (1977). Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus. Jakarta: Bulan
Bintang.
Syalabi,
A. (1992). Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
[1] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, hal. 24
[2] Ibid hal. 25
[3] Dr. ALI Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal. 73
[4] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.15
[5] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hal.35
[7] Ibid, hal.29
[8] DR. Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal.80
[9] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hal.142
[10] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.150
[11] Idem, hal.151
[12] DR. Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal.83
[13] DR. Ali Mufrodi, Islam dikawasan Kebudayaan Arab, hal.84
[14] Idem.
[15] Prof.Dr.A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hal.138
[16] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.232
[17] Idem.
[18] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umaiyah 1 di Damaskus, hal.232
0 Comments:
Post a Comment