DAFTAR ISI
Contents
Intelegensi
merupakan sifat kecerdasan jiwa, dimana tingkat intelegensi seseorang
berbeda-beda. Dengan perbedaan tingkat intelegensi inilah, bagaimana seseorang
dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan juga akan berbeda-beda. Juga dalam
seseorang menerima dan merenspon informasi berbeda-beda. Maka dari itu,
pengetahuan akan intelegensi seseorang perlu di ketahui sedini mungkin. Hal ini
dimaksudkan agar dalam memberikan informasi kepada seorang anak sesuai dengan
tingkat kecerdasannya. Lebih jauh lagi agar dalam menyekolahkan anak tersebut
sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Jika seorang anak tergolong ber I.Q.
rendah maka sebaiknya ditempatkan di sekolah luar biasa(SLB).
Tingkat
intelegensi seseorang dapat diketahui dengan melakukan tes intelegensi. Banyak
sekali model tes yang dilakukan oleh para psikolog. Diantara yang paling banyak
dilakukan adalah metode Binet –Simon. Dengan melakukan tes intelegensi, tingkat
I.Q. seseorang dapat diketahui.
Perlu
diketahui bahwa sering kali kita menyamakan antara intelegensi dengan I.Q.,
padahal keduanya berbeda. Intelegensi adalah seluruh kemampuan untuk aktifitas
mental, sedangkan I.Q. adalah angka atau ukuran yang memperlihatkan bagaimana
seseorang mengerjakan tes tertentu dibandingkan dengan orang lain yang umurnya
sama.
BAB
II
EMBAHASAN
EMBAHASAN
INTELEGENSI
Definisi
Jawaban
tentang definisi Intelegensi di kalangan psikolog berbeda-beda. Banyak diantara
para ilmuwan perilaku ini akan memberikan penjelasan bahwa intelegensi
merupakan suatu kemampuan umum yang satu kesatuan. Sedangkan sebagian ilmuwan yang
lain akan berpendapat bahwa intelegensi bergantung pada banyaknya kemampuan
yang saling berpisah.
Charles
Spearmen (1863-1945) berpendapat bahwa intelegensi merupakan satu kemampuan
tunggal. Dia menyimpulkan bahwa semua tugas dan prestasi mental hanya menuntut
dua macam kualitas saja: intelegensi umum dan keterampilan individu dalam hal
tertentu. Sedangkan L.L. Thurstone (1887-1955) mengatakan bahwa intelegensi
umum merupakan aspek terpisah-pisah dari intelegensi. Dia menyatakan dengan
tegas bahwa intelegensi umum yang dikemukakan oleh Spearman itu pada dasarnya terdiri oleh 7 kemampuan yang
dapat dibedakan dengan jelas, yaitu: (1) untuk menjumlah, mengurangi,
mengalikan, membagi, (2) menulis dan berbicara dengan mudah, (3) memahami dan
mengerti kata yang diucapkan,(4) memperoleh kesan akan sesuatu, (5) mampu
mengambil pelajaran dari pengalaman lampau, (6) dengan tepat dapat melihat dan mengerti hubungan benda dalam ruang, (7)
mengenali objek dengan cepat dan tepat.[1]
William
Stern menyatakan bahwa intelegnsi ialah kesanggupan jiwa untuk dapat
menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru.
Sedangkan menurut Alfred Binnet, pencipta metode tes intelegensi
Binnet-Simon, mendefinisikan bahwa
intelegensi terdiri oleh tiga komponen, yaitu:
1)
Direction, yaitu kemampuan untuk
memusatkan pada suatu masalah yang harus diecahkan.
2)
Adaptation, yaitu kemampuan
untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau fleksibel
dalam menghadapi masalah.
3)
Critism, yaitu kemampuan untuk
mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi atau terhadap dirinya
sendiri.
Ciri-ciri
intelegensi:
1)
intelegensi
merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara
rasional(dapat diamati secara langsung).
2)
Intelegensi
tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan
dan masalah yang timbul daripadanya,
V. Nees menyatakan bahwa intelegensi ialah
sifat kecerdasan jiwa. Menurut arah dan hasilnya intelegensi ada 2 macam:
1) Integensi praktis, ialah intelegensi untuk
dapat mengatasi suatu situasi yang sulit dalam suatu kerja, yang berlangung
secara cepat dan tepat.
2) Intelegensi teoritis, ialah intelegensi
untuk dapat mendapatkan suatu fikiran penyelesaian soal atau masalah dengan
cepat dan tepat.
Faktor
yang mempengaruhi intelegensi:
a) Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita
yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang tidak sama pada tiap orang.
b) Kemasakan, ialah saat munculnya
suatu daya jiwa kita yang kemudian berkembang dan
mencapai saat puncaknya.
c) Pembentukan, ialah segala faktor luar
yang mempenaruhi intelegensi di masa perkembangannya.
d) Minat. Inilah yang merupakan motor
penggerak dari intelegensi kita.
Perbuatan
yang disebut intelegensi apabila:
a) Mempunyai taraf kesukaran
b) Sesuatudenga tujuan perbuatannya
c) Sifat aslinya
d) Mengandung abstraksi
e) Disertai pengendalian perasaan
f) Diizinkan oleh masyarakat.
g) Memerlukan pemusatan perhatian
Bisa
tidaknya intelegensi dikembangkan
Menurut
Binet dan William Stern, intelegensi dapat dikembangkan.
Prof.
Kohnstamm, berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dikembangkan, tetapi harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Dan hanya mengenai segi kwalitasnya saja.
Syarat-syaratnya adalah:
a) Bahwa pengembangan itu harus pada batas
kemampuan saja. Pengembangan tidak dapat melebihi batas itu. Dan setiap orang
mempunyai baas-batas yang berlainan.
b) Terbatas juga pada mutu intelegensi.
Artinya seseorang tidak akan selesai mengerjakan sesuatu di atas mutu
intelegensinya.
c) Perkembangan intelegensi, bergantung
pula kepada cara berfikir uang metodis.
Instuisi
Instuisi
ialah salah satu cara berfikir yang
prosesnya setengah tidak disdari. Hasilnya timbul secara spontan dan mengandung
kebenaran. Intuisi diambil dari kata intueri
artinya menembus.
Instuisi
ini tidak melalui tingkat-tingat di dalam berfikir, dan untuk ini tidak ada
pembuktian. Karena sifatnya yang spontan, maka instuisi disebut suatu pekerjaan
insting, karena itu irrasional. Seorang anak atau wanita memiliki insting yang
tajam. Misalnya, seseorang wanita secara instuisi tahu bahwa orang yang mengajak berbicara itu adalah orang yang
akan berbuat jahat kepadanya. Karena itu ia berusaha menjauhinya. Anak-anak
juga memiliki insting yang tinggi, bahwa orang yang mendorognya itu adalah
orang yang sebenarnya tidak suka padanya. Dan ia menangis tanpa jalaran.
Uji
intelegensi
Untuk
mengetahui tingkat intelegensi atau kecerdasan sesorang, maka dilakukanlah tes
intelgensi. Banyak model tes intelegensi yang di pakai oleh para psikolog,
diantaranya akan dijelaskan dibawah ini.
1. Test intelegensi Alfred
Binet(1857-1911), merupakan psikolog prancis yang pertama kali menciptakan
ukuran intelegensi yang praktis. Bersama temannya, Alfred Binnet mempelajari
dan mengevaluasi model uji intelegensi Francis Galton, seorang ilmuwan perilaku
inggris. Binet dan temannya mengevaluasi fungsi-fungsi kognitif, ketajaman
bayangan, lamanya dan kualitas dari pemusatan perhatian, ingatan, penilaian
estetis dan moral, pemikiran logis, dan pengertian menyeluruh mengenai bahasa.
Tahun 1904, proyek
Binet tentang ukuran intelegensi mulai mendapat dukungan di mana-mana. Oleh
pemerintah Perancis Binet diminta untuk ikut dalam komisi yang sedang
mempelajari soal pendidikan bagi anak-anak cacat mental. Tes ini dimaksudkan
agar anak –anak yang diketahui memiliki cacat mental akan dimasukkan ke sekolah
luar biasa.[2]
2. Tes Binnet-Simon. Tes yang diciptakan
Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1908 di Prancis. Metode tes karya
Alfred Binnet dan Theodore Simon inilah yang dikenal dengan nama Tes Binet-Simon.
Tes ini merupakan tes yang paling umum dilakukan dalam uji intelegensi.
3. Test Binet Simon yang diperbaiki oleh Bobertag.
Test ini digunakan untuk menyelidiki intelegensi anak antara 3 sampai dengan 15
tahun. Untuk anak usia 3 tahun, pertanyaan tidak bersangkutan dengan ilmu atau
pelajaran sekolah. Pertanyaan tersebut antara lain:
a) Menyangkut nama-nama keluarga.
b) Menyebut nama-nama barang dalam gambar.
c) Menyebut kembali bilangan dari dua angka
dan sebagainya.
Sedangkan
anak usia 5 tahun keatas sudah diberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan pelajarannya. Misalnya, kepada anak usia 7 tahun diberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk anak usia 7 tahun. Kalau tidak semuanya benar maka
keadanya diberikan pertanyaan usia 6 tahun, demikian setereusnya sampai semua pertanyaan dapat dijawab dengan benar
semua, berturut-turut diberikan pertanyaan untuk anak yang berumur selanjutnya,
dan terus demikian sehingga sampai daftar pertanyaan yang olehnya satupun tidak ada yang benar. Dari hasil nya itu
dapatlah kita menentukan umur kecerdasan anak itu.
Contoh misal anak 7
tahun diberikan pertanyaan: mula-mula diberikan daftar pertanyaan untuk anak
yang berumur 7 tahun. Tetapi ia tidak dapat mengerjakan sesuatu daftar
pertanyaan bagi anak usia 5 tahun, maka perhitungannya:
5th : xxxxx=5th
6th : -xxxx=4/5th
7th : - x -x-=2/5th
8th : - - - x-=1/5th
9th:- - - - - =5th
---------------------------
Umur kecerdasan
anak itu adalah 62/5 tahun. Padahal anak tersebut usia 7 th. Jadi anak itu
ketinggalan umur intelegensinya 3/5 tahun
Keterangan:
X : tanda jawaban benar
- : tanda jawaban salah
Bilangan-bilangan
disebelah kanan menunjukan umur intelegensi.
Untuk tiap umur, anak
diberi 5 buah peranyaan.
Untuk pertanyaan yang oleh
anak itu dapat dijawab dengan benar semuanya, maka umur intelegensinya adalah
sama dengan umur anak yang sebenarnya, yang sesuai dengan daftar pertanyaan
untuk testa itu.
Menentukan umur
intelegensi adalah dengan membandingkan
umur sebenarnya, dari anak yang ditest dengan umur intelegensi anak itu.
Contoh lisan: anak yang
dites juga beumur 7 tahun. Dan hasil test
6th : xxxxx=6th
7th : xxx-x=4/5th
8th : x-x-x=3/5th
9th : - -x - -=1/5th
10th : - - - - - =-th
-------------------------------------------
Umur intelgensi anak
itu: 73/5. Jadi anak itu mempunyai kelebihan kecerdasan 3/5 tahun
4. Test Binet Simon pula, yang diperbaki
oleh Terman dan Merril. Test ini membagi angka umur intelegensi anak dengan
angka umur anak yang sebenarnya, misal:
Umur intelegensi anak
itu: 62/5 tahun.
Umur intelegensi yang
sebenarnya: 7 tahun
Maka I.Q. anak itu
ialah 62/5 dibagi 7 yaitu32/35. Anak itu kurang normal dan sebagainya.
5. Test Binet Simon pula yang telah
diperbaiki oleh William Stern. Menggunakan pengkalian umur intelegensi anak
dengan 100. Yang kemudian ditetapkan:
a) Anak yang I.Q. nya kurang dari 100,
adalah kurang normal.
b) Anak yang I.Q. nya 100, anak normal.
c) Anak yang I.Q. nya lebih dari 100, supernormal.
Contoh:
Anak
7 tahun
5th : xxxxx =5th
6th : - xx - x=3/5th
7th : x - - - x=2/5th
8th : - - x - - =1/5th
9th : - - - - - = - th
-------------------------------------------
Umur
intelegensi anak tersebut : 6 1/5 tahun
Jadi I.Q. anak tersebut: 6 1/5:7x100=88 4/7
Anak
itu subnormal.
umur sebenarnya
Dalam
bahasa aslinya= mental age : calender Age x100
6. Brignest test buatan Masselon. Atau
disebut juga three word test, yaitu
kepada orang yang ditest, diberikan tiga kata, kemudian orang itu disuruh
membuat kalimat-kalimat logis sebanyak-banyaknya denga tiga kat tersebut.
7. Telegram test, yaitu membuat suatu
berita dengan telegram
8. Definitie test, yaitu mendeinisikan
sesuatu
9. Wiggly test, yaitu menysun kembali
balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi misalnya sebuah menara. Dengan
sebagainya yang sudah diceraikan. Waktu untuk menyusun kembalinya itu dicatat
dengan teliti.
10. Stein quits Test, yaitu mengamati suatu
benda dengan sebaik-baiknya. Sesudah itu benda tersebut dirusak. Orang
percobaan itu harus menyusun kembali, sehingga sisa-sisa benda itu berbentuk
benda seperti semula.
11. Absurdity test, yaitu mencari
kemustahilan di dalam cerita
12. Medalion test, yaitu menyelesaikan gambar
yang baru sebagian atau belum selesai
13. Education(Schollastik) mental test,
yaitu test yang biasanya dibeikan di sekolah-sekolah. Misalnya, ulangan, dikte,
ujian, dan sebagainya.[3]
Dari
senua hasil test tersebut dapat diambil 6 golongan intelegensi, yaitu:
1. Pandai.
2. Normal.
3. Bosoh, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi yang sama derajatnya dengan intelegensi anak-anak
4. Bebal, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi setingkat dengan anak umur 10 tahun.
5. Dungu, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi setingkat denga anak umur 7 tahun.
6. Idiot, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi setingkat dengan anak umur 2 tahun.
Kekurangan penyelidikan intelegensi dengan test, yaitu:
1. Terlalu bersifat verbal(bahasa). Hal ini
adalah suatu kesulitan bagi anak yang ditest
2. Terlalu bersifat ujian. Hal ini adalah
kurang teliti dan juga nasib-nasiban.
3. Test ini didapat dari golongan anak
tertentu. Yang kemudian dipergunakan untuk umum. Untuk ini diingatlah
faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi, pada pertanyaan yang lalu.
4. Pertanyaan pada setiap umur hanya
sedikit(5 buah). Hal ini menebabkan adanya untung-untunga yang besar
kemungkinannya.[4]
Arti
I.Q.
Lewis
Terman (1877-1956), seorang psikolog Amerika yang bekerja pada Universitas
Stanford, membuat revisi skala Binet-Simon. Dia mengusahakan agar tes tersebut
dapat diterima di Amerika, dan ternyata tes tersebut dapat diterima secara luas
di Amerika pada 1961. Pada saat itu Terman menggunakan istilah Intelligence Quotient disingkat I.Q..
I.Q. merupakan petunjuk dalam bentuk angka-angka yang menggambarkan atau
menjabarkan secara relatif hasil pelaksanaan satu tes. I.Q. membandingkan
prestasi seseorang dengan orang lain yang umurnya sama.[5]
Jadi
jangan samakan I.Q. dengan intelegensi. Intelegensi adalah seluruh kemampuan
untuk aktifitas mental, sedangkan I.Q. adalah angka atau ukuran yang
memperlihatkan bagaimana seseorang mengerjakan tes tertentu dibandingkan dengan
orang lain yang umurnya sama.[6]
Guna
hasil test bagi dunia pendidikan:
1. Tidak boleh dianggap bahwa test ini satu-satunya
alat untuk dapat dipakai dalam usaha mengetahui
pribadi anak.
2. Test harus dipandang sebagai satu start,
bukan sebagai finish. Artinya, sesudah anak ditest, anak harus dikembangkan,
bukan untuk diketahui kemudian dibiarkan.
3. Ingat, bahwa anak memiliki saat-saat
kemasakkannya sendiri-sendiri secara individual.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
uraian tentang intelegensi di atas, maka dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa
intlegensi seseorang itu berbeda-beda. Ada yang tingkat intelegensinya tinggi,
ada yang normal, dan ada pula yang rendah.
Cara
mengetahui tingkat intelegensi seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes
intelegensi. Banyak metode tes yang dilakukan oleh para psikolog untuk
mengetahui tingkat intelegensi seseorang, salah satu yang paling umum dan
terkenal adalah metode Binet-Simon. Hasil tes intelegensi akan menghasilkan
angka-angka atau tingkat kecerdasan yang dikenal dengan istilah Intelligence Quotient atau I.Q..
Berdasarkan hasil tes intelegensi dapat disimpulkan bahwa:
d) Anak yang I.Q. nya kurang dari 100,
adalah kurang normal.
e) Anak yang I.Q. nya 100, anak normal.
f) Anak yang I.Q. nya lebih dari 100,
supernormal.
Dari
senua hasil test tersebut dapat diambil 6 golongan intelegensi, yaitu:
1. Pandai.
2. Normal.
3. Bosoh, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi yang sama derajatnya dengan intelegensi anak-anak
4. Bebal, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi setingkat dengan anak umur 10 tahun.
5. Dungu, ialah orang yang hanya mencapai
intelegensi setingkat denga anak umur 7 tahun.
6.
Idiot,
ialah orang yang hanya mencapai intelegensi setingkat dengan anak umur 2 tahun.
Daftar
Pustaka
Annastasi,
Anne dan Urbina, Susana. 1997. Tes Psikologi Edisi Ketujuh, terjemahan Drs.
Robertus Hariono S. Imam, M.A. Jakarta: PT. Indeks.
L.
Davidoff, Linda. 1981. Psikologi Suatu Pengantar, terjemahan Drs. Mari Juniati. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sujanto,
Drs. Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: CV. Bumi Aksara.
[1] Linda L. Davidof, yang dialih bahasakan oleh Dra. Mari Juniati,
Psikologi Satu Pengantar(Jakarta:penerbit Erlangga,1991), 96.
[2] Linda L. Davidof, yang dialih bahasakan oleh Dra. Mari Juniati,
Psikologi Satu Pengantar(Jakarta:penerbit Erlangga,1991), 98-99.
[5] Linda L. Davidof, yang dialih bahasakan oleh Dra. Mari Juniati,
Psikologi Satu Pengantar(Jakarta:penerbit Erlangga,1991), 100.
[6] Linda L. Davidof, yang dialih bahasakan oleh Dra. Mari Juniati,
Psikologi Satu Pengantar(Jakarta:penerbit Erlangga,1991), 101.
0 Comments:
Post a Comment