oleh : Ahmad Syafii*
Review pertemuan sebelumnya :
Psikologi(psychology) menurut bahasa berasal
dari bahasa yunani, dari kata psycho yang berarti jiwa, dan logos yang artinya
ilmu. Banyak orang yang mengartikan psikologi adalah ilmu tentang jiwa. Namun
benarkah hal demikian?.
Kita berangkat dari pertanyaan, samakah antara
psikologi dengan ilmu kedukunan? Padahal mereka sama-sama membahas tentang
kejiwaan. Tentu saja berbeda. Lalu dimanakah letak perbedaan itu?
Secara garis besar perbedaan kedua hal itu
ialah ilmiah dan tidaknya. Psikologi sebagai ilmu yang ilmiah. Sedangkan ilmu
kedukunan sebagai ilmu yang tidak ilmiah. Lalu bagaimanakah pengertian ilmu itu
bisa dianggap ilmiah?
Secara umum pengertian ilmiah itu adalah
sesuatu ilmu yang memiliki teori-teori yang dapat dibuktikan. Dalam hal ini
memiliki wujud yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dijelaskan dalam
filsafat ilmu, ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
dengan jalan yang sistematis dan bersandar pada bukti fisis.
Jika dihubungkan dengan hal itu. Maka makna
psikologi yang awalnya bermakna ilmu tentang kejiwaan, berubah menjadi ilmu
yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati. Pengertian
inilah menjadi pengertian kontemporer dari psikologi dan belum ada pengertian
lain yang mampu merubahnya.
Sedangkan pengertian pendidikan disini kami
mengambil dari 2 sumber :
Pengertian Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, pendidikan adalah tuntutan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Jadi dapa disimpulkan
bahwa arti dari psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari segala
tingkah laku yang dilakukan manusia, dalam ruang lingkup pendidikan.
METODE PENELITIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya
“Educational Psychology” bahwa metode-metode pokok dalam psikologi pendidikan
adalah:
1.Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi,
dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala
jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji
hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam
situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Tujuan metode eksperimen
adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya
mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data
yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan
gerak mata siswa ketika sedang membaca, alat utama yang biasa dipakai adalah
komputer dengan berbagai programnya seperti program cognitive psychology test,
metode ini biasanya sebagai pilihan utama terutama dalam riset-riset.
Dalam penelitian eksperimental, objek yang akan
diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yakni: 1. Kelompok percobaan
(eksperimental group); 2. Kelompok pembanding (control group) kedua kelompok
pada akhir riset hasilnya akan dibandingkan lalu dianalisis, ditafsirkan, dan
disimpulkan dengan teknik statistic tertentu.
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi
Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu
metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak
(Slavin,2008:21). Eksperimen lab (lab experiments) merupakan desain eksperimen
yang diatur dalam suatu lingkungan tiruan dimana kontrol dan manipulasi
diberikan untuk membuktikan hubungan sebab akibat di antara variabel yang
diminati peneliti. Sementara eksperimen lapangan (fields experiments) merupakan
eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat dalam
lingkungan alami dimana peristiwa terjadi secara normal.
2. Metode Questionare
Metode kuesioner lazim juga disebut metode
surat-menyurat. Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran
dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos,
selain lebih hemat biaya dan juga lebih banyak unit yang bisa dijangkau.
Sebelum kuisioner disebarkan kepada koresponden
yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi biasanya melakukan uji coba.
Dengan menggunakan sampel yang sama dengan calon koresponden yang sesungguhnya.
Tujuannya memastikan apakah pertanyaan cukup jelas dan relevan untuk dijawab,
dan masukan yang bermanfaat.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain
adalah:
a. Tidak terlalu memakan biaya.
b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang
relatif singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada
kebenaran jawaban yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)
3.
Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin
Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat
diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan.
Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha
menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan
intensif serta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, diantaranya:
a. Studi kasus klinis: digunakan untuk
menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga
untuk masalah kenakalan remaja.
b. Studi kasus perkembangan: digunakan untuk
mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu.
Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat
menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak
kecemasan.
c. Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan
secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu pada subjek yang sama, pada
contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9
tahun).
d. Cara cross sectional: Penelitian ini
dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang
ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok anak
usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06
untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk
mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil
sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia 9;00.
Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan emosi
setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai
9;00. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
4.
Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu
catatan tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita,
pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang
relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis
atau klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila
observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah
lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin,1990:26)
5.
Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara
melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental
pada waktu tertentu.
Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam
disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka
mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang
pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai
untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang,
sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu
tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian
melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam
Gunadarma,2002:9)
(diakses dari http://desain-pembelajaran.blogspot.com/ pada tanggal 18 februari 2014 pukul 11.35
WIB.)
*) Nama
: ahmad syafii
Nim :
13410154
0 Comments:
Post a Comment