Header Ads

21 October 2014

review psikologi pendidikan

TUGAS REVIEW
oleh : Ahmad Syafii*
Review pertemuan sebelumnya :
Psikologi(psychology) menurut bahasa berasal dari bahasa yunani, dari kata psycho yang berarti jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Banyak orang yang mengartikan psikologi adalah ilmu tentang jiwa. Namun benarkah hal demikian?.
Kita berangkat dari pertanyaan, samakah antara psikologi dengan ilmu kedukunan? Padahal mereka sama-sama membahas tentang kejiwaan. Tentu saja berbeda. Lalu dimanakah letak perbedaan itu?
Secara garis besar perbedaan kedua hal itu ialah ilmiah dan tidaknya. Psikologi sebagai ilmu yang ilmiah. Sedangkan ilmu kedukunan sebagai ilmu yang tidak ilmiah. Lalu bagaimanakah pengertian ilmu itu bisa dianggap ilmiah?
Secara umum pengertian ilmiah itu adalah sesuatu ilmu yang memiliki teori-teori yang dapat dibuktikan. Dalam hal ini memiliki wujud yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dijelaskan dalam filsafat ilmu, ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan dengan jalan yang sistematis dan bersandar pada bukti fisis.
Jika dihubungkan dengan hal itu. Maka makna psikologi yang awalnya bermakna ilmu tentang kejiwaan, berubah menjadi ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati. Pengertian inilah menjadi pengertian kontemporer dari psikologi dan belum ada pengertian lain yang mampu merubahnya.
Sedangkan pengertian pendidikan disini kami mengambil dari 2 sumber :
Pengertian Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Jadi dapa disimpulkan bahwa arti dari psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari segala tingkah laku yang dilakukan manusia, dalam ruang lingkup pendidikan.



METODE PENELITIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya “Educational Psychology” bahwa metode-metode pokok dalam psikologi pendidikan adalah:
1.Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Tujuan metode eksperimen adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan lain sebagainya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca, alat utama yang biasa dipakai adalah komputer dengan berbagai programnya seperti program cognitive psychology test, metode ini biasanya sebagai pilihan utama terutama dalam riset-riset.
Dalam penelitian eksperimental, objek yang akan diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yakni: 1. Kelompok percobaan (eksperimental group); 2. Kelompok pembanding (control group) kedua kelompok pada akhir riset hasilnya akan dibandingkan lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistic tertentu.
Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode eksperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan yang diacak (Slavin,2008:21). Eksperimen lab (lab experiments) merupakan desain eksperimen yang diatur dalam suatu lingkungan tiruan dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hubungan sebab akibat di antara variabel yang diminati peneliti. Sementara eksperimen lapangan (fields experiments) merupakan eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat dalam lingkungan alami dimana peristiwa terjadi secara normal.
2.    Metode Questionare
Metode kuesioner lazim juga disebut metode surat-menyurat. Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos, selain lebih hemat biaya dan juga lebih banyak unit yang bisa dijangkau.
Sebelum kuisioner disebarkan kepada koresponden yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi biasanya melakukan uji coba. Dengan menggunakan sampel yang sama dengan calon koresponden yang sesungguhnya. Tujuannya memastikan apakah pertanyaan cukup jelas dan relevan untuk dijawab, dan masukan yang bermanfaat.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
a. Tidak terlalu memakan biaya.
b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenaran jawaban yang kadang-kadang menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)
3.    Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus “The Penguin Dictionary of Psychology”, istilah “clinic” dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkembangan atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang berusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif serta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, diantaranya:
a. Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gangguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
b. Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehingga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
c. Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu pada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 tahun (6-9 tahun).
d. Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang mengawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06 untuk mengetahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00, dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk mengetahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkembangan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;00. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)
4.    Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang, penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semua fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis atau klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin,1990:26)
5.    Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.
Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturaklisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk mengetahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasaan, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses mental, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:9)
(diakses dari http://desain-pembelajaran.blogspot.com/ pada tanggal 18 februari 2014 pukul 11.35 WIB.)


*)            Nama : ahmad syafii

            Nim     : 13410154

0 Comments:

Post a Comment