Header Ads

24 October 2014

ILMU PENDIDIKAN

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
“HAKIKAT PENDIDIKAN DALAM PENDEKATAN RELIGIUS, ISLAM DAN HOLISTIK INTEGRATIF”

Disusun oleh :
1.      Ahmad Syafii (13410154)
2.      Yekti Nugroho (13410011)
3.      Arfan Kurnia Prakarsa ()

Dosen Pengampu      : Dr. Sabaruddin, M.Si.
NIP                             : 19680405 199403 1 003


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2013/2014



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan “.Semoga jerih payah kami dicatat sebagai amal baik yang nantinya bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi seluruh mahasiswa pada umumnya.
Dalam makalah ini akan kami uraiakan tentang “HAKIKAT PENDIDIKAN DALAM PENDEKATAN RELIGIUS, ISLAM DAN HOLISTIK INTEGRATIF” yang mungkin tidak asing lagi ditelinga kita sekalian.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu dengan tulus hingga terselesaikannya tugas ini, khususnya kepada Bapak ..............Akhirnya kami berharap semoga tugas yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 04 maret 2014


penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG.
            Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi penyiapan anak-anak untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang. Bahkan gajala proses pendidikan ini sudah ada sejak manusia ada, meskipun proses pelaksanaanya masih sangat sederhana. Namun hal ini merupakan fenomena bahwa proses pendidikan sejak dahulu kala sudah ada. Karena begitu sederhananya proses pendidikan pada jaman dahulu kala itu maka dirasa orang tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan itu adalah proses pendidikan.
Akhir-akhir ini, terjadi reduksi besar-besaran terhadap makna pendidikan dari sudut pandang agama, dalam hal ini agama islam. Agama sebagai kacamata dalam melihat pendidikan seakan-akan tabu dalam menilai progresivitas pendidikan. pendidikan hanya dipandang sebagai kegiatan rutinitas antara pendidik dan peserta didik belaka.
            Oleh karena itu, makalah ini dimunculkan guna memberikan penyegaran baru terhadap hakikat sebenarnya dari pendidikan tersebut. Selain itu juga diharapkan ada integrasi positif antara semua bagian sehingga dapat benar-benar tercapai tujuan utama dari pendidikan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana hakikat pendidikan dari pendekatan religius?
2.      Bagaimana hakikat pendidikan dari pendekatan islam?
3.      Bagaimana hakikat pendidikan dari pendekatan holistik integratif?
C.    Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui hakikat pendekaan dari pendekatan religius.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui hakikat pendekaan dari pendekatan islam.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui hakikat pendekaan dari pendekatan holistik integratif.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pendekatan Religius
Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap kehidupan yang bermoral.
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan , World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam)
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
B.     Pendekatan Islam
Pendekatan ini memandang  bahwa ajaran islam yang bersumberkan kitab suci alquran dan sunah nabi menjadi sumber inspirasi dan inspirasi pendidikan islam.
Secara prinsipil, Allah SWT telah memberikan petunjuk bagaimana agar manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang memiliki struktur dan kontur psikis dan fisik yang palincg sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, sebagaimana surah at-tin ayat 4:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“sesungguhnya aku telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
dapat berkembang kearah pola kehidupan yang bertakwa kepada khaliqnya, tidak menyimpang ke jalan kehidupan yang ingkar jalan-nya.
Allah memberikan dua alternatif pilihan, yaitu jalan hidup yang benar, atau jalan hidup yang sesat untuk dipilih oleh manusia melalui pertimbangan akal pikirannya. Yang dibantu oleh fungsi-fungsi psikologis lainnya.
Bila ia memilih jalan kebenaran, maka dijamin oleh allah akan memperoleh kebahagiaan hidup dunia-akhirat dan bila memilih jalan sesat, maka ia diancam oleh allah dengan siksaannya yang menyengsarakan hidupnya didunia dan akhirat.
Firman allah dalam surat asy-syams ayat 7-10:
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
“demi jiwa dan apa yang belum pernah dan apa yang menyempurnakannya, maka dia memberikan, ilham kepadanya dengan keingkarannya (kepada allah) dan ketakwaanya (kepada allah) sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya dan rugi orang yang mengotorinya.”
Firman allah surah al-balad ayat 10 :
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
“ dan kami menunjukkan manusia dua jalan”
Firman allah surah al-insan ayat  :
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
Sesungguhnya kami telah menunjukkan (manusia) jalan itu, adakalanya mensyukurinya (mengikutinya) dan adakalanya ia mengkufurinya (mengingkari)”
Ayat-ayat tersebut adalah sebagai contoh sumber inspirasi dan motivasi dalam proses pendidikan islam yang berpandangan optimisme. Manusia dengan petunjuk allah melalui kitab sucinya yang diturunkan kepada rasulnya dapat merubah jiwa manusia dari syirik (paganisme), kesesatan dan kegelapan menuju kea rah hidup bahagia yang penuh dengan optimisme dan dinamika hidup sepanjang hayat .
Untuk mencapai tujuan tersebut, allah menganugerahkan kepada tiap diri manusia suatu kemampuan yang berupa fitrah diniyyah yang tetap tak berubah, yang dapat dipengaruhi perkembangannya oleh perkembangan islam. Bagaimana agar pengaruh pendidikan itu efektif adalah bergantung pada sikap dan perilaku pendidik itu sendiri. Sikap dan perilaku pendidik berpusat pada kelemah lembutan dan rasa kasih sayang. Dari sikap ini akan timbul rasa dekat diri manusia didik kepada pendidik. Apa lagi jika disertai rasa simpatik pendidik yang manifestasinya dengan cara memberi kemudahan dan menggembirakan hati mereka bukan mempersulit atau menakut-nakuti sehingga menimbulkan antipatik
Prinsip demikian telah diterapkan nabi saw dalam mendidik kaumnya dimekkah dan di madinah. Prinsip ini terbukti sangat efektif dalam proses mempengaruhi manusia. Sehingga dalam rentang waktu 22 tahun 22 bulan 22 hari, nabi saw berhasil membentuk masyarakat islam yang berdasar ukhuwah Islamiyah yang kokoh dalam wadah Negara islam yang thayyibah dibawah ampunan allah yang membahagiakan umat Muhammad saat itu. Semua penyakit mental dalam segala bentuknya lenyap dari jiwa dan hati umat islam. Dalam jiwa yang bersih dari penyakit mental itulah moralitas islam dapat berkembang dan mempengaruhi pola hubungan manusia dengan tuhannya, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Abul a’la al-maududy mendiskripsikan perkembangan moralitas islam itu kedalam tiga ciri kehidupan  sebagai berikut [1]:
1.      Keridhaan allah menjadi tujuan hidup muslim dan keridhaan allah menjadi sumber pembakuan moral yang tinggi serta menjadi jalan evolusi moral kemanusiaan yang dengan sikap yang berorientasi kepada keridhaan allah, memberikan sangsi moral untuk mencintai allah dan pada gilirannya mendorong manusia mentaati hukum moral dan tanpa paksaan dari luar.
2.      Seluruh lingkungan kehidupan manusia
Setidaknya ada 3 komponen utama yang mendasari proses pendidikan menurut sudut pandang islam[2] :
1.      Manusia adalah makhluk homo educandus, yakni makhluk yang dapat dididik dan mendidik belajar - mengajar), dapat dipengaruhi dan mempengaruhi. artinya, manusia dalam perkembangannya selain memiliki potensi bawaan dan pengaruh lingkungan.seperti hadits nabi :
كُل مَولودٍ يُولدُ عَلَى الفطرة فَأبوَاهُ يهودَانِهِ أوْ يُنَصرَانِهِ، أوْ يمجسَانِهِ
Setiap anak lahir adalah dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak beragama Yahudi, atau Nasrani atau bahkan beragama Majusi (HR.Muslim).
2.      Produktifitas kerja seseorang sangat tergantung pada kualitas jasmaninya sebagaimana pepatah Arab menyatakan al-aqlal-salimfial-jismal-salim. Jasmani yang sehat akan membuat orang dapat melakukan aktifitas dengan gesit dan lincah, karena didukung oleh kondisi jasmani yang prima Sebab jika keadaan jasmani tidak sehat, tentu akan berpengaruh pada daya juang kerja yang tidak maksimal.
Pendidikan yang diberikan kepada anak didik, seyogyanya tidak semata-mata hanya menumbuhkembangkan potensi akal dan budi saja. Akan tetapi, diupayakan sedapat mungkin mempertimbangkan pendidikan jasmani agar anak dapat menjaga kondisi tubuhnya selalu fit sepanjang hari.
3.      Long life Education
Hadist yang membicarakan tentang pendidikan sepanjang hayat adalah :

Pada dasarnya, ilmu selalu mengaIami perkembangan. Karenanya, manusia dalam mencari ilmu tidak dibatasi usianya. Kapan pun manusia dapat menimba ilmu pengetahuan baik ilmu umum maupun ilmu agama. Bahkan tidak saja dimulai dari ayunan, tetapi dalam kandunganpun, pendidikan sudah dapat dimulai. Dalam konsep pendidikan dikenal dengan pendidikan pra-natal
C.    Pendekatan Holistik Integratif
Pendekatan-pendekatan reduksionisme melihat proses pendidikan peserta didik dan keseluruhan termasuk lembaga-lembaga pendidikan, menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mengenai hakikat pendidikan. Teori-teori tersebut satu persatu sifatnya mungkin mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara horizontal.
Peserta didik, anak manusia, tidak hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan berkembang di dalam suatu masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang mempunyai visi terhadap kehidupan di masa depan, termasuk kehidupan pasca kehidupan.
Pendekatan reduksionisme terhadap hakikat pendidikan, maka dirumuskan suatu pengertian operasional mengenai hakikat pendidikan. Hakikat pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional dan global. Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan tersebut di atas mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan.
Proses berkesinambungan yang terus menerus dalam arti adanya interaksi dalam lingkungannya. Lingkungan tersebut berupa lingkungan manusia, lingkungan sosial, lingkungan budayanya dan ekologinya. Proses pendidikan adalah proses penyelamatan kehidupan sosial dan penyelamatan lingkungan yang memberikan jaminan hidup yang berkesinambungan.
Proses pendidikan yang berkesinambungan berarti bahwa manusia tidak pernah akan selesai.
2. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia.
Eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Eksistensi manusia selalu berarti dengan hubungan sesama manusia baik yang dekat maupun dalam ruang lingkup yang semakin luas dengan sesama manusia di dalam planet bumi ini. Proses pendidikan bukan hanya mempunyai dimensi lokal tetapi juga berdimensi nasional dan global.
3. Eksistensi manusia yang memasyarakat.
Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Jauh Dewey mengatakan bahwa tujuan pendidikan tidak berada di luar proses pendidikan itu tetapi di dalam pendidikan sendiri karena sekolah adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Apabila pendidikan di letakkan di dalam tempatnya yang sebenarnya ialah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya adalah kehidupan bermoral.
4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
Inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut perlu dihayati, dilestarikan, dikembangkan dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakatnya. Penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai yang hidup, keteraturan dan disiplin para anggotanya. Tanpa keteraturan dan disiplin maka suatu kesatuan hidup akan bubar dengan sendirinya dan berarti pula matinya suatu kebudayaan.
5. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang.
Dengan dimensi waktu, proses tersebut mempunyai aspek-aspek historisitas, kekinian dan visi masa depan. Aspek historisitas berarti bahwa suatu masyarakat telah berkembang di dalam proses waktu, yang menyejarah, berarti bahwa kekuatan-kekuatan historis telah menumpuk dan berasimilasi di dalam suatu proses kebudayaan. Proses pendidikan adalah proses pembudayaan. Dan proses pembudayaan adalah proses pendidikan. Menggugurkan pendidikan dari proses pembudayaan merupakan alienasi dari hakikat manusia dan dengan demikian alienasi dari proses humanisasi. Alienasi proses pendidikan dari kebudayaan berarti menjauhkan pendidikan dari perwujudan nilai-nilai moral di dalam kehidupan manusia.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN.
1.      Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
2.      Pendekatan islam berpandangan bahwa pendidikan adalah sebuah proses pemanfaatan fitrah manusia yang telah di berikan oleh Allah swt kepada manusia, sesuai dengan salah satu firman Allah dalam al-quran yang menjelaskan bahwa manusia tercipta dengan fitrahnya. Pendidikan merupakan sebuah proses eksplorasi fitrah tersebut untuk menjadi lebih baik, menjadi kebenaran dan bukan sebaliknya.
3.      Pendekatan holistik integratif berpandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses utuh Dan berkesinambungan dalam proses pencarian hakikat kehidupan. Berangkat dari kegelisahan bahwa reduksionalisme memandang pendidikan dari hanya salah satu bagian tertentu secara dalam, namun tidak melebar, pendekatan ini mencoba memaknai ulang kembali bahwa pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan utuh.



DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1994.Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan      Interdisipliner. Jakarta : Bumi Akasara.
Abuddinata, 2009.Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta : Rajawali Pers.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya.
Ali, Nizar, Kependidikan Islam Dalam Perspektif Hadits, JURNAL PENELITIAN AGAMA VOL XVII NO. 1 JANUARI-APRIL 2008





[1] Abu a’la al maududi, islamic way of life, hal 39-41.
[2] Nizar Ali, kependidikan islam dalam perspektif hadits, JURNAL PENELITIAN AGAMA VOL XVII NO. 1 JANUARI-APRIL 2008 hal. 123-133

0 Comments:

Post a Comment