Header Ads

19 October 2014

review aliran behaviorisme dalam psikologi pendidikan

       


dalam buku psikologi perkembangan peserta didik karya dra. desmita, m. si. behavioristik adalah salah satu aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh john b. watson (1878-1958). seorang ahli psikologi amerika sebagai reaksi atas teori psikodinamika. fokus dari behavioristik adalah peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia. asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan.
menurut watson, tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan situasional. lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku manusia. mansia sepenuhnya adalah makhluk raktif, yang tingkah lakunya ditentukan oleh faktor-faktor dari luar. faktor ini lah yang  menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. menurut teori ini orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena mereka mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu. gagasan utama dari aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanis dan materialis. sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh. tidak ilmiah ketika hanya mengamati atas kejadian subjektif, kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak diamati dan diukur.
sedangkan dalam buku psikologi pendidikan karya jeanne ellis ormrod, dijelaskan asumsi-asumsi dasar dari behaviorisme yaitu :
1. perilaku orang sebagian besar merupakan hasil dari pengalaman mereka dengan stimulus-stimulus lingkungan. banyak tokoh behaviorisme berpendapat bahwa manusia dilahirkan seperti "kertas kosong"(tabula rasa). lingkungan akan "menulis" pada kertas kosong ini, membentuk secara perlahan atau mengkondisikan.
2. belajar dapat digambarkan dalam kerangka asosiasi diantara peristiwa-peristiwa yang dapat diamati. yaitu , asosiasi antara stimulus dan respon. menurut mereka pemeriksaan psikologis seharusnya berfokus pada hal-hal yang dapat diamati dan dipelajari secara objektif. tepatnya pada respon-respon dari pembelajar dan stimulus lingkungan.
3. belajar melibatkan perubahan perilaku. behavioris tidak setuju ketika belajar diartikan sebagai perubahan dalam asosiasi mental, namun kearah perubahan perilaku.
4. belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respons muncul dalam waktu yang berdekatan. supaya hubungan stimulus berkembang kejadian tertentu harus terjadi bersamaan dengan kejadian lain.
5. banyak spesies hewan, termasuk manusia , belajar dengan cara yang sama. behavioris sering bereksperimen terhadap hewan seperti merpati dan tikus. mereka berasumsi bahwa banyak spesies yang memiliki proses pembelajaran yang sama. memang terkadang cara ini tidak disukai, namun sering kali eksperimen ini menjelaskan perilaku manusia.
didalam buku psikologi pendidikan karangan santrock, disini dijelaskan behaviorisme dibagi menjadi 2, yaitu classic conditioning dan operant conditioning.
classical conditioning secara ringkas dapat diartikan sebagai sebuah teori yang menjelaskan bagaimana kita terkadang mempelajari respons baru sebagai hasil dari dua stimulus yang muncul pada waktu yang hampir bersamaan. classical conditioning pertama kali di jelaskan oleh ivan pavlov (1927) yang dilakukan terhadap air liur. dalam eksperimennya, dia menggunakan anjing sebagai objek. disajikan daging-daging supaya mengeluarkan air liurnya. dia menemukan bahwa anjing itu mengeluarkan air liur setelah mendengar asisten lab datang, walaupun belum mencium bau daging  yang dibawa oleh asisten. dari situ dibuat sebuah sistem pengajaran dimana anak dikondisikan dengan suatu kondisi tertentu agar anak terbiasa terhadap hal tersebut.
sedangkan operant conditioning adalah sebuah teori dimana prinsip dasarnya adalah : sebuah respons diperkuat ketika respon tersebut diikuti oleh sebuah stimulus yang menguatkan (penguat). ketika perilaku-perilaku diikuti dengan konsekuansi yang diinginkan (reinforcement/hadiah), perilaku tersebut cenderung  meningkat frekuensinya. ketika perilaku tidak memberikan hasil, perilaku tersebut akan menurun dan menghilang seluruhnya (punishment/hukuman).
aplikasi behaviorisme dalam pendidikan.
peningkatan tingkah laku yang diinginkan :
1. pilih hadiah yang efektif.

2.pilih waktu yang tepat dalam memberikan hadiah.

0 Comments:

Post a Comment